PART ONE

77 1 0
                                    

Senja itu terasa teramat sunyi. Erin dan olin hanya duduk diam seribu bahasa. Tidak seperti biasanya hari hari mereka penuh canda tawa.

Ting nong, suara bel berbunyi
Erin bangkit dari duduknya dan membukakan pintu untuk yang diluar sana.

Sekilas olin melihat kakak nya menyunggingkan senyum manisnya setelah tau siapa yang menekan bel.

"Masuk mas" erin mempersilahkan stifen masuk.

"Yah terima kasih" stifen menuju ruang tamu dan duduk di sofa yang tidak empuk.

"Sayang , kamu masih galau ya" tanya stif

"Entah lah mas, aku kayak gak tega ninggalin adek aku disini sendiri"

Mendengar nama nya di sebut oleh sang kakak dan pacar nya Olin langsung ke ruang tamu dan duduk bersebrangan dengan mereka

"Kak olin gak pa apa kok di tinggal sendirian, olin kan da gede pasti bisalah jaga diri dan tau cara bagai mana mempertahankan hidup" tetesan air mata jatuh di pipinya

Erin menatap Stifen dan memegang erat tangan stifen mencari kekuatan untuk menjelaskan kepada adiknya satu satunya keluarga yang dia miliki

Stifen mengerti dengan tatapan arin dan memintanyà untuk tidak bersedih.

"Olin, kamu ikut kami aja ya pindah ke Amerika"stifen membuka pembicaraan

Olin hanya menjawab dengan senyuman. Jangan ada airmata lagi agar perpisahan ini terasa indah.

"Iya dek, kakak gak tega ninggalin kamu sendirian disini, ikut ya" erin berkata dengan linangan air mata

"Kakak jangan nangis donk, olin gak papa, olin bangga punya kakak pintar, dapat bea siswa sekolah ke luar negri.
Kalo olin ikut kakak berarti olin jadi pengacara donk disana" canda olin

"Pengacara....????" Sela erin dan stif bersamaan dalam bingung

"Nah kan, pada bingung kan kan kan, pengacara pengangguran banyak acara" sambil tertawa riang

Erin dan stif ikut tertawa, sejenak mereka melupakan kesedihan yang sejak tadi hadir diantara mereka

"O iya kak, kakak dan mas stif kapan nikahnya" tanya olin

Erin mencolek stif agar dia menjawab pertanyaan olin

"Insyaallah dalam minggu ini lin, tepatnya hari jumat jam sembilan pagi"

"Yaaa, kenapa gak minggu si kak, olin kan pengen liat kakak nikahan"

"Emangnya kalo hari jumat kenapa"

"Kuliah"

"Gak bisa bolos gitu"

"Gak pengen"

"Demi kakak"

Olin berpikir sejenak

"Orang pintar bolos sehari kan tak lah jadi masalah, ya kan kan kan" erin mengedip ngedipkan matanya

"Ya elah kak rayuan mu kak gak kukuh de, oke olin usahain satu hari full to my love sister"

Mereka saling berpelukan
"Aku ikutan donk pelukannya" stifen memeluk keduanya bersamaan

"Mas kamu meluk aku atau adik aku ni"

"Emang boleh aku peluk adik kamu"

"Gak boleh" olin menjawab dengan lantang

"Kalo gak bolek aku meluk kakak nya aja, boleh ya , ya , ya," ucap stif menggerak gerakkan alisnya dengan senyum lucu

"Modus, pake nanya nanya segala, paling kalo gak da aku udah nyosor tangan dan bibirnya kemana mana, lanjut de aku tinggal"

Olin beranjak meninggalkan erin dan stif di ruang tamu. Kemudian dia berhenti dan membalikkan badan
"Ingat jangan kebablasan, belum muhrim"

"Thank you, peringatannya dek"

Sebelum olin menjauh erin memanggilnya
"Olin nanti ikut kakak ke rumah mbak naya yuk"

"Kakak sama mas stif aja ngapa"

"Ayo lah dek kan da lama kita gak kesana, naura nanyakin kamu terus, anty olin cantik mana unty lin" erin menirukan ucapan naura yang masih cadel

Olin diam membayangkan gadis kecil anak mbak naya yang baru berumur 6 tahun. Olin selalu ke rumah mbak naya untuk bermain dan membantu naura belajar.

"Udah siap siap ya, kakak tunggu di mobil, gpl"

"Gpl, apaan tuh"

"Gak pake lama"

"Ok kak gpl, gpd"

Gantian erin yang bingung

"Gak pake dandan" olin tertawa dan lari kekamarnya

"Adik kamu lucu ya, senang punya keluarga seperti kalian" kata stif dengan senyum

"Kamu naksir dia" protes erin

"Emang kamu bolehin" pancing stif

"Kalo emang itu kenyataannya kenapa tidak" ada rasa sedikit kecewa si hati erin

"Ya ile pasrah banget, mas cuma becanda kok, mana mungkin hati ini berpaling ke yang lain sayang, gak bisa di bagi bagi"

"Gombal ah"

"Tau gak kenapa mas gak bisa membagi hati ini dengan yang lain"

"Gak, mang kenapa"

Dengan senyum meledek stif menjawab
"Karena hati ini cuma satu, kalo di bagi ke orang untuk aku nya mana", stif tau apa yang akan terjadi, dia pun langsung menjauh dan keluar.

"Maaaaas" dengan geramnya erin berteriak
"Aku serius"

"Ada apa si, berisik banget"

Mereka melihat ke arah olin

"Da siap adik cantik ku" sapa erin

"Yuk kak ntar keburu malam"

**************

RASA ITU ADATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang