PART SEVEN

9 0 0
                                    

Pernikahan olin dan aron berjalan lancar dan sakral. Atas permintaan olin dan aron pernikahan hanya dihadiri kerabat dekat saja dan dilaksanakan dirumah mami papi bandung. Malam harinya digelar resepsi mewah di sebuah hotel.

Tamu tamu sudah pada pulang. Keluarga bramasta, aron, olin, erin dan om ardi bersiap siap akan meninggalkan ruang perta.

"Selamat ya adikku tersayang" erin memeluk erat olin

"Terima kasih kak untuk ucapannya, terima kasih juga karena udah kasih aku
Ponakan cantik" olin mencium pipi cubby ponaannya dalam gendongan erin

"Selamat ya ponakan om, kalian pasangan yang cocok, semoga langgeng sampe ke anak cucu"ardi menjabat tangan aron dan olin dengan senyum bangga walau hatinya sedih mengingat pernikahan nya yang kandas.

"Amiin, Terima kasih om, om yang sabar ya"olin mencoba menguatkan om nya

"Olin, kakak, mas stif dan om ardi malam ini langsung balik jakarta. Besok kami akan balik ke amrik lagi" erin

"Kakak secepat itu kah"

"Mas stif masih banyak kerjaan disana,"

Olin menarik erin menjauh dari aron dan berbicara berbisik

"Kak mau ngomong masalah perusahaan papa"

"Kakak sudah tau dari om ardi, terima kasih karena kamu sudah bekerja keras untuk menyelamatkan kebanggaan papa, ratu adham compeny. Mama dan kita berdua ratu dalam hidup papa" erin menitikkan air mata mengingat impian papa yang hampir runtuh.

"Ini juga berkat bantuan mas stif. Tanpa suntikan dana dari perusahaan nya aku gak bisa bangkit"

"Ayo sayang, cepar berangkat cepat juga kita sampe" ucap stif yang sudah berdiri di samping mereka di ikuti aron di belakangnya.

Olin tersenyum melihat stif dan aron
"Makasih ya mas"
"Untuk apa"
"Suntikan dananya"
"Dana apa" potong aron

Olin jadi gugup mendapat pertanyaan tiba tiba dari aron

"Emmm itu ron" olin juga ikut gugup
"Itu ron, olin mau beli mobil" ucap erin

Aron menatap olin mencari kebenaran
Olin mengangguk pelan

"Kenapa gak minta sama aku aja" ucap aron dengan nada dingin

"Udahlah gak udah di bahas lagi,kami pamit ya aron olin, akur akur selalu bro" stifen memeluk aron

"Kakak titip olin sama kamu ron, jangan biarkan dia sedih tolong bahagiakan dia." Pinta erin

Aron menjawab dalam diam. Dia sendiri tak yakin bisa membahagiakan olin yang kini berstatus istrinya. Pernikahan tanpa cinta.

Erin pamit dengan keluarga aron lainnya.

*********£

Olin dan aron kini tinggal di apartemen aron yang cukup luas, dengan tiga kamar dan perabot rumah serba lux.

"Desain interior yang bagus" ucap olin pelan namin aron mendengarnya.

"Kamu suka" tanya aron dengan nada datar

Olin kecewa dengan ekspresi wajah aron. Olin sadar aron tidak cinta dirinya. Dia harus banyak bersabar dengan apa yang akan terjadi nantinya.

"Kenapa diam lo"

"Ya, aku suka kak, perpaduan warna dan perabot yang ada sangat serasi."

"Lo istirahat lah"

"Iya kak" olin berjalan menuju kamar tapi dia bingung mau masuk kamar yang mana.

"Kak, kamarnya yang mana" tanya olin

"Kamar lo yang tengah" aron asyik memandang televisi

"Kakak gak istirahat "

"Duluan aja"

****************

Selesai mandi olin menghampiri suaminya yang masih asyik nonton tv.

"Kakak mau aku buatin minum"

Aron yang tak menyadari kehadiran olin sedikit terjejut
"Lo, mau buat gue mati mendadak" bentak aron

"Maaf kak, gak tau kalo kakak sedang serius" serius apa ngelamun batin olin

"Gue mau keluar, lo tidur aja, kunci pintu jangan tunggu gue"

**********

Olin tak bisa memejamkan mata. Ini hari pertama dia berada di apartemen aron.
Sejak tadi dia tidak melihat aron masuk ke kamar.
"Apa dia belum pulang ya" pikir olin

Berbagai posisi tidur dilakukannya sampai akhirnya kesadarannya menghilang membawa nya ke alam mimpi.

**********

Olin sudah selesai sholat subuh, dia langsung ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Selesai menata meja makan olin duduk sendirian di meja makan. Dia menanti suaminya yang sekarang dia tak tau ada di mana.

"Bodohnya aku sebagai istri, bisa bisanya aku tak tau dimana suami ku saat ini" kata hati nya

Tiba tiba dari kamar diselah kamar yang olin tempati keluar seorang pria berstelan safari lengkap dengan dasi.

Olin memandang kagum, tak sedetik pun dia memalingkan wajah sampai pada akhirnya

"Saya bukan alien, jadi tak perlu di pandang seperti itu"

"Ganteng" suara olin hampir tak terdengar, malangnya aron mendengarnya.

"Itu bukan pertama kali saya dengar, semua orang yang memandang saya akan mengatakan demikian"

"Katakan apa"

"Ganteng"

Astaqfirullah rupanya dia dengar ucapanku, dasar arrogan, gr tapi emang ganteng kom. Olin merutuk dalam hatinya

"Kakak tidur dikamar itu" olin menunjuk kamar dimana aron tadi keluar.

"Iya, itu kamar ku, ada masalah"

"Apakah termasuk kamar ku juga kak??"

"Apakah kamu keberatan kalo kita tidur dikamar yang terpisah" tanyanya datar tanpa ekspresi.

"Sebenarnya iya,kak. Karena kita suami istri, Tapi semua tak bisa dipaksa, jadi buat apa dimasalahkan" olin memandang aron yang terdiam. Walau hatinya sakit dia tetap tersenyum

"Saya berangkat kerja"

"Sebaiknya kakak sarapan dulu"

"Nanti aja dikantor"

"Maaf kakak. Aku sudah menerima amanah dari mami kak aron untuk mengurus anaknya. Kalo kakak masih sarapan diluar juga, berarti aku gak ngurus kakak donk. sekarang kakak sarapan dulu ya" olin menarik tangan aron agar duduk lalu olin meletakkan sepiring nasi goreng dan segelas susu dihadapannya.

Aron menyuap sarapan nya perlahan lahan. Sejenak dia berhenti mengunyah. Seperti memikirkan sesuatu. Olin memperhatikan itu.

"Enakan mana dengan masakan di kantin kantor atau yang sering di sebut sebut cafe"

Aron hanya diam, dia melanjutkan makan.

"Kak apa aku boleh bekerja" tanyanya hati hati

"Terserah, aku berangkat" aron bangkit dari duduknya dan berlalu begitu saja.

"Kak"

Aron menghentikan langkah nya mengeluarkan kartu kredit dan atm dari dompetnya diserahkan pada olin

"Apa ini"

"Pake ini untuk membeli semua yang kamu butuhkan"

Olin menggelengkan kepalanya. Kemudian dia meraih tangan aron dan menciumnya.

"Selamat bekerja, semoga dipermudah segala urusannya" olin tersenyum manis seolah tanpa masalah

Aron tersentuh, tapi dia gengsi untuk mengakui kalo dia menyukai carolin adham.

"Eh kakak. Jangan bengong, ayo buruan, nanti telat ke kantor"

**********


RASA ITU ADATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang