Chap. 3 : Reason

134 14 2
                                    


*Author pov*

Bruk.

Olive menghempaskan tubuhnya di kasur dan mulai menenggelamkan wajahnya pada bantal. Sosok pria itu terbayang lagi di otaknya. Ia benci mengetahui bahwa ia ternyata menyukai Andrew, ia berusaha melampiaskan kekesalannya pada bantal disampingnya.

Drrttdrtttt.

Olive meraih ponselnya, perlahan ia membaca pesan dari Dane.

Liv gua udah didepan rumah nih main yuk.

Olive pun segera mengetik pesan balasan untuk Dane.

Masuk aja dan gakpapa gua mau mandi dulu.

/-/-/

Selang beberapa menit, Olive keluar kamarnya dan melihat Dane yang asik mengobrol dengan mamanya di ruang tamu.

"Ma, Oliv main dulu sama Dane yaa." Ijin Olive pada mamanya.

"Iyaa tan aku bakal jagain Oliv kokk tante tenang ajaa." Timpal Dane kemudian salim dengan mama olive. Olive meliriknya dengan sinis.

Mama Olive hanya tersenyum melihat anaknya dan Dane yang seringkali bertengkar seperti ini.

"Jangan pulang larut malam nak. Oh iya mama juga titip Oliv sama kamu ya dan." Ucap mama melirik Olive yang kemudian mengerucutkan bibirnya. Dane mengangguk sambil tersenyum dan pamit keluar diikuti oleh Olive.

Setelah sampai di sebuah lapangan. Dane langsung bersemangat dan berlari mendribble bola basket yang ia bawa dan memasukkannya ke ring. berbanding terbalik dengan Olive yang nampak ogah-ogahan dan akhirnya duduk di bawah sebuah pohon rindang. Ia kembali melamun memikirkan Andrew.

Bagaimana reaksi Andrew jika tahu bahwa Olive menyukainya, ia tak ingin Andrew tahu bahwa ia menyukainya. Olive takut. Olive takut jika Andrew membencinya. Perlahan kedua tangannya gemetar. Ia berusaha menahan tangisnya.

*Author pov end*

*Dane pov*

Aku sibuk mendribble bola basket ditanganku dan mencetak beberapa angka. Langit pun mulai mendung. Tanpa sadar aku melupakan Olive yang tadinya kuajak untuk menemaniku latihan. Aku melihat kearahnya memastikan ia baik-baik saja.

Deg.

Kulihat bahunya bergetar dan wajahnya yang ditelungkupkan diantara kedua tangannya. Sontak aku panik dan berlari kearahnya.

"Livv lu sakit apaa mau ke dokter ayok gua anterr."Oliv hanya menggeleng lalu menegakkan wajahnya sambil berusaha menghapus airmatanya dengan kasar. Matanya terlihat berkaca-kaca.

Kubawa tubuhnya kepelukanku agar ia tenang. Aku benci melihat wanita yang kucintai menangis seperti ini. Dibalik sikapku selama ini kuharap Olive sadar akan perasaanku padanya. Aku begitu sangat ingin menjaganya. Aku tak akan membiarkan orang lain menyakitinya bahkan membuatnya menangis seperti ini. Olive semakin terisak. Aku mengusap kepalanya pelan.

Langit pun semakin gelap.

"Menangislah sepuas lu liv. Tapi lu harus janji sama gua abis ini lu cerita kenapa tiba-tiba kejer gini." Olive makin terisak.

"Yee malah makin kenceng syutt syutt udah udah kalo gakmau cerita gakpapa gua ngertii." Aku memelankan suaraku. Olive mulai berhenti menangis dan mendongak kearahku. Aku melepaskan pelukanku. Olive terlihat memandang lurus kedepan dan menghapus air matanya, pandangannya kosong. Kuyakin ia menyembunyikan sesuatu.

Tes.

Hujan mulai turun perlahan-lahan. Awalnya gerimis, namun semakin lama semakin deras. Kulihat bajuku dan Olive mulai basah. Ia menoleh kearahku sambil tersenyum datar.

"Dan, temenin gua ya. Gua pengen disini dulu sebentar aja." Lirih Olive. Suaranya beradu dengan suara air hujan yang turun semakin deras.

Aku tahu Olive sangat suka hujan, biasanya jika hujan turun seperti ini ia langsung melompat dan berlari-lari. Herannya aku tak pernah melihatnya demam atau sakit setelah hujan-hujanan.

"Mampus gua lupa bawa silet." Olive menepuk dahinya pelan. Aku menoleh kearahnya dan berdehem.

"Ampe gua liat satu goresan di tangan lu, lu mesti jadi cewe gua." Ucapku tersenyum miring dengan sangat pedenya. Tawa Olive terdengar ditelingaku.

"Udah balik yuk ah kayanya ujannya makin deres ampe lu kesambet gitu." Ia menyengir dan beranjak pergi.

"Woi tungguinn uda ditemeninn malah ditinggal sendirian guaaa." Aku berlari menyusulnya dan melingkarkan tanganku dilehernya.

*Dane pov end*

*Olive pov*

Deg.

Dane merangkul leherku yang mulai dingin. Aku melirik kearah tangannya yang berusaha menghangatkanku.

"Lepasin ah dan gak enak diliat orang." Ucapku sarkastik. Ia malah tersenyum dan menjulurkan lidahnya.

"Ujan-ujan gini mana ada orang yang ngeliat si pinterr dipeliharaa." Dane tertawa dan makin mengeratkan rangkulannya.

Sial gue kejebak. Umpatku.

Tbc.
.
.
.
.
.
Buat beberapa readers yang mungkin kurang ngerti jalan ceritanya.

Jadi si Dane itukan diem-diem sayang sama Olive yang notabenenya sahabatnya itu makanya dia ngejailin Olive mulu.

Tapi Olive trauma ngebuka hatinya buat cowo lain gara-gara masalah pribadinya jadi dia gak nerima cintannya Dane.

Olive mikir cinta sejati itu bullshit. Gak pernah ada.

Tapi semenjak Andrew muncul Olive kaya ngerasa dia nyaman sama Andrew. Olive panik pas tau kalo dia suka ama Andrew makanya dia tiba-tiba nangis. *Belom juga jadian uda nangis. Soalnya dia gakmau traumanya keulang.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Makasii buat para readers yang udaa nyempetin baca cerita amatiran absurd nan jelas ini😔 part selanjutnyaaa bakall adaa kejutannn dari Andreww👻👻 Staytunee gaezz

Dear Rain(Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang