Chap. 8 : Surprise.

82 7 0
                                    

*Author pov*

Olive memandang lurus kedepan. Pikirannya tak bisa fokus. Felic(read:felis) berkali" melirik kesamping untuk memastikan bahwa temannya itu benar-benar dalam keadaan baik. Pagi hari itu tak sengaja mereka bertemu di gerbang dan memutuskan untuk kekelas bareng.

Sesaat setelah mereka duduk dan menaruh tas dibangku masing-masing, Felic berjalan kearah Olive yang duduk memainkan hpnya.

"Liv gue mau nanya." Felic mulai membuka suara. Olive menengok kearah temannya sambil memberikan tatapan 'ada apa?'.

"Lu jadian sama andrew? Gue gak sengaja liat lu dianter pulang." Ucapnya lebih tepatnya ia bertanya secara telak.

Olive terdiam berusaha menyusun kata-kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan temannya itu. Ia terus meremas ujung bajunya karna tak kunjung menemukan kata yang pas.

"Lu tau kan di kelas ini dia deket sama siapa? Gue cuman gak mau lu disakitin ama dia. Apa gak ada cowok lain liv? Dane gimana? Masa lu tinggalin Dane buat cowok kaya dia--?" Kata-kata sekaligus berbagai macam pertanyaan yang dilontarkan Felic membuat kuping Olive memanas. Rahangnya terlihat mengeras berusaha menahan emosinya.

"Fel, Andrew gak kayak gitu. Gue nyaman sama dia. Jangan ngejelek-jelekin dia didepan gue apalagi banding-bandingin dia sama Dane. Cukup fel." Olive memejamkan matanya dan menghembuskan nafas dengan kasar. Ia berjalan menunduk melewati Felic. Matanya memanas. Ia tahu sahabatnya tidak akan suka apalagi dengan penampilan Andrew yang terkesan 'badboy' dan 'menyelewengkan' aturan-aturan sekolah.

Bruk.

"Ah maaf. Gue gakliat." Sambar Olive dengan cepat takut-takut orang yang ditabraknya marah dan malah memakinya.

"Liv? Kok jalan sambil nunduk?" Olive terdiam mendengar suara khas yang dikeluarkan oleh seseorang. Ia tak berani mendongak karna takut Andrew-orang yang ia tabrak- melihatnya dengan keadaan muka yang acak-acakan.

"Gakpapa, gue mau keluar bentar." Pamit Olive tanpa memandang Andrew kemudian berlalu. Ia bersyukur sempat menahan tangisannya sebelum Andrew menanyakan macam-macam pertanyaan.

Tuh anak kenapa si. Batin Andrew.

Olive memilih berjalan ke area sebelah kelas yang merupakan sepetak tanah yang ditumbuhi rumput-rumput liar. Ia merasakan kepalanya sedikit berdenyut mengingat masalahnya dengan Dane semalam yang belum selesai. Ia hanya butuh waktu untuk menenangkan pikirannya.

/-/-/

*Andrew pov*

Akhir-akhir ini aku melihat Olive dengan pandangan yang sulit diartikan. Ia terlihat berusaha menghindar meskipun aku mencoba berulang kali memulai percakapan dengannya.

"Woi bro mikirin apasi lo, nongss yok nyari tempat kitee" Fadel duduk di sebelahku dan menepuk bahu dengan sangat keras membuyarkan segala lamunan tentang Olive.

"Santai dong gue mah ikut-ikut ajee. Nongss dimaneee kitaaa?" Ia tampak memikirkan sesuatu.

"Nahhh ntar dahh lo pokonya ikutt ajee. Gue kantin dulu mau nemuin anak-anak." Ujarnya disertai cengiran-cengiran kemudian beranjak ke kantin. Sedangkan aku yang masih duduk di bangku teras depan kelas kembali terdiam berusaha menyusun rencana untuk surprise Olive.

/-/-/

Brumm.

Anjrit gue telat jemput Olive. Coba tadi abis selese nongkrong ama anak-anak gue langsung jemput gak ketiduran gini bang***. Umpatku dengan keadaan serba basah. Yapp aku menggas motor dengan kecepatan tinggi ditengah hujan deras mengingat Olive yang mungkin akan lebih basah daripada ini. Sudah hampir duajam Olive menungguku di sekolah setelah aku berjanji padanya akan menjemputnya disekolah usai eskul.

Dear Rain(Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang