Chap. 7: Stuck

125 10 4
                                    

Aku menatap kosong papan tulis didepan. Andrew dan Fadel terdengar sangat gaduh di belakang.

"Ssttt woiii livv minjem pulpen." Fadel berbisik kearahku.

Bu Wanda yang sedang sibuk menulis rumus-rumus yang terdapat pada materi ipa yang akan dibahas didepan mendengar suara bisikan Fadel pun akhirnya menengok kebelakang.

"Fadel ada apa kok berisik sekali?" Tegur Bu Wanda. Fadel hanya menyengir sambil menggaruk-garuk kepalanya.

"Anu bu hehe saya lupa bawa pulpen." Ucapnya. Aku membuka tempat pensil dan menengok kebelakangan untuk memberikan pulpenku yang masih tersisa. Bu Wanda pun kembali sibuk menerangkan materi.

Saat hendak akan berbalik, tak sengaja aku menatap Andrew yang juga menatapku. Alisnya dinaikkan memberikan isyarat 'Ada apa?' Aku hanya menggeleng sambil membenarkan posisi dudukku.

Aku melirik Alexa yang nampak sangat serius menyimak materi yang dijelaskan Bu Wanda. Dia sibuk mencatat rumus-rumus yang terpampang di papan tulis sambil bergumam tidak jelas. Sedangkan aku melirik catatanku yang kosong tanpa berniat menulis materi yang diterangkan Bu Wanda. Pikiranku tidak dapat fokus saat ini.

Anak rajin. Batinku melihat catatan rapi yang Alexa buat.

/-/-/

Andrew menyeretku keluar kelas. Pandangannya terlihat kesal. Ia melepas kacamata yang semula ia pakai kemudian ia tanggalkan diantara kerah bajunya.

"Kenapa ngelamun daritadi? Sakit?" Aku menggeleng kuat pertanda 'tidak'. Andrew tampak semakin kesal.

"Gara-gara kemaren? Gua gak marah kok santaii ajaa." Ucapnya dengan pede. Aku kembali menggeleng sambil berusaha menghindari tatapannya.

"Gakmau cerita nih? Natap gua aja enggak. Yaudah." Ucap Andrew sarkastik sambil berlalu ke kelas. Mood -ku yang sedang buruk tidak memungkinkan untuk meladeni Andrew yang ngambek.

Aku memutar bola mataku malas melihat Andrew yang tingkahnya seperti anak kecil, aku memilih duduk menyendiri dipojok teras depan kelas.

Kata-kata Dane masih terputar jelas di otakku. Aku mengingat air mukanya yang nampak kecewa setelah aku bercerita kepadanya bahwa aku telah menerima Andrew. Aku melihat senyumnya perlahan memudar diganti oleh senyumnya yang menyiratkan kepura-puraan.

Apa gue nyakitin dia? Aku bergumam tak jelas.

"Nyakitin siapa?" Ucap seseorang dingin. Aku menoleh keatas dan mendapati kepala Andrew yang menyembul dari jendela. Aku terdiam tidak berani menjawab pertanyaan yg ia lontarkan. Tak lama terdengar langkah kaki seseorang mendekatiku, aku menoleh dan melihat Andrew yang menatapku menuntut jawaban dari pertanyaan yang ia lontarkan tadi.

"Kurang sehat liv?" Tanyanya sambil duduk tepat disebelahku. Aku menggeleng sambil memainkan ujung bajuku.

Huft bisa copot ini jantung. Batinku tak terima atas perlakuan Andrew yg membuatku gugup.

"Kantin yuk beb." Bisiknya sambil menyeringai. Aku dapat merasakan pipiku memanas. Aku menutup mukaku kemudian berlari menuju kantin sendirian. Aku mendengar samar-samar suara Andrew memanggilku.

"Sabodo teuing aing mahh!" Umpatku tak jelas. Mungkin kantin tempat yang tepat untuk menghindari Andrew.

/-/-/

"Ndrew mau balik?" Ucapku sekaligus memanggil Andrew yang sedang mengenakan jaketnya kemudian mengambil tasnya. Ia berjalan melewatiku tanpa menoleh sedikitpun. Aku menghembuskan nafas berat melihat kelakuannya yang sudah kutau pasti bahwa ia masih ngambek.

Dear Rain(Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang