Siang ini bener-bener panas. Untung aja kelasnya Alfira ini pake 2 AC. Ga kebayang kalo misalnya kelasnya ga pake AC udah berapa juta bulir keringat yang bakal meluncur bebas di sekujur tubuh anak kelas 11 IPA 1.
Tapi justru karena si AC ini, Alfira jadi ngantuk terus. Apalagi sekarang pelajaran Biologi yang udah bikin mata 5 watt. Siapa sih yang bakal tahan mata buat ngedengerin omongan tentang coelenterata, vertebrata, crustacea dan kawan-kawan.
Trus dengerinnya pake suara bu Farha yang mendayu-dayu kaya nyanyi keroncong. Serasa ngedenger lagu payung teduh yang tidurlah. NGANTUK ABIS.
Entah ini udah keberapa kalinya Alfira nguap. Tapi belum ada tanda-tanda kalo nguapnya ini bakal berhenti.
KRING!
Tiba-tiba bel istirahat berbunyi nyaring. Entah bu Farha denger atau enggak, tapi yang jelas semua murid di kelas ini juga udah pada sorak sorai dalam hati.
"Oke anak-anak pelajaran hari ini sampai sini dulu. Sampa jumpa kembali. Wassalamualaikum."
"Walaikumsalam." Teriak murid satu kelas ini.
"Terimakasih bu! Jangan balik lagi ya bu."Teriak benny lantang. Entah bu Farha denger apa enggak.
Sontak tawa murid kelas ini pun langsung membahana karena kelakuan Benny. Si Benny itu emang ga ada jengahnya ngelawan guru. Tapi Alfira mah cuma senyum aja ngeliat itu.
Udah biasa. Pikir Alfira. Pasalnya kelas Alfira ini anak-anaknya geblek semua. Kalo bisa dibilang mah. Anak IPA Jiwa IPS. Jadi hal kaya gitu udah makanan sehari-hari anak-anak kelas ini.
Tiba-tiba kepala Dafina menyembul di pintu kelas Alfira. Ya, memang Alfira dan Dafina beda kelas. Dafina sekelas dengan Adrian di kelas 11 IPA 3.
"Fir! Kantin yuk!" Teriak Dafina.
Masih dengan buku biologi yang berantakan di atas mejanya. Alfira langsung pergi meninggalkan meja yang berantakan itu dan beralih ke sisi Dafina yang sekarang sibuk main handphonenya. Baru sampai luar kelaspun Alfira sudah disambut dengan cuaca terik Jakarta. Bulan Juni memang benar-benar terik.
"Lo mau makan apa? " kini Alfira mulai membuka suara sambil memasang headsetnya ke telinga kirinya.
"Siomay aja paling. Ga terlalu laper. Lo mau makan apa?"
"Roti bakar aja deh. Pesenin sekalian dong Daf. Kaya biasa ya. Gue cari tempat duduk aja . Mager. Minumnya es teh manis ya. Nanti duitnya gue ganti."
"Dih.. Dasar pemalas. Yaudah cari keburu rame."
"Sip."
Pandangan Alfira langsung beralih menyisir kondisi di kantin. Setelah mengalihkan pandangan kesana kemari, Alfira langsung menemukan meja yang masih kosong di bagian paling pojok kanan.
Alfira langsung bergegas karena takut tempat itu diambil alih oleh orang lain yang juga berniat makan di kantin ini. Tapi belum juga dia mendaratkan bokongnya di salah satu kursi di meja di depannya. Suara berat namun terdengar ketus langsung mengalihkan pandangannya.
"Eh.. Ngapain lo duduk-duduk. Ini tempat gue sama temen-temen gue. Hus hus.."
Alfira langsung mengalihkan pandangannya ke asal suara tersebut. Sial. Ternyata meja ini sudah di buat hak milik oleh orang lain. Tapi kenapa wajah salah satu anak laki-laki di depannya ini enggak asing ya.
Lah. Laki-laki itu kan yang nabrak dia kemarin sampe bokongnya masih ngilu sampai sekarang.
"Elo!" Teriak Alfira dan laki-laki itu berbarengan.
"Lo kan yang nabrak gue kemaren. Belom minta maaf lagi. Ga sopan dasar." Ketus Alfira.
"Eh si cantik. Sorry-sorry. Kalo mau duduk-duduk aja gapapa kok. Gue rela makan sambil berdiri yang penting lo makan dengan nyaman." Balas laki-laki itu tanpa merasa berdosa sama sekali dengan cengirannya.

ŞİMDİ OKUDUĞUN
Kelabu {ON HOLD}
Teen FictionMulanya Alfira hanya peduli dengan novel, lagu-lagu di handphone-nya dan teman-teman dekatnya. Namun tiba-tiba sosok itu datang dan memporak porandakan semua hal yg ia selalu lakukan di kerutinannya. Iya. Dia Genta. Laki-laki yang selalu berusaha me...