Siang ini dikantin sekolah, Alfira sedang berkumpul bersama Adrian dan teman-temannya tanpa terkecuali Dafina.
Lontaran-lontaran lelucon tak ada henti-hentinya keluar dari Adrian, Raka maupun Deva. Hanya Fadil yang masih setia dengan sifat kalemnya.
"Fir, pulang nonton yuk!" Ajak Deva.
"Wih, roman-romannya ada yang lagi pdkt-in Fira nih. Ehmmm. Langsung nge-gas aja bos!" Sindir Raka.
"Lah, lo berdua semenjak kapan deket?" Adrian bertanya dengan tatapan bingung kearah Deva dan Alfira bergantian.
"Ah lo mah tau apa Dri. Kerjaannya berantem mulu sama Dafina." Fadil mulai berkomentar.
"Dih apasih kok bawa-bawa gue?" Dafina yang namanya disebutkan mulai sewot dengan perkataan Fadil.
Deva yang mendengar percakapan antara teman-temannya hanya menunjukkan cengiran konyol khasnya.
Sementara Alfira sibuk dengan pikirannya mengenai Genta. Sudah 3 hari dia masih mencoba menghindari Genta. Walaupun saat tidak sengaja bertemu, Genta lebih memilih membuang pandangannya dari Alfira.
Alfira mencoba mewajarkan sikap Genta, karena bagaimanapun dia juga salah karena terlalu ketus terhadap Genta kemarin. Entah kenapa bahkan sampai sekarang Alfira tidak bisa menghilangkan bayangan Genta saat wajahnya mengeras di parkiran hari itu.
"Woy Fir! Lo kenapa sih daritasi bengong aja, nanti kesambet woy!" Teriakan Raka sontak membuat Alfira keluar dari pikirannya.
"Hah? Enggak kok. Gue lagi pusing nih. Gue balik duluan ya." Alfira langsung pergi meninggalkan mereka semua.
Dijalan menuju kelas Alfira harus dihadapkan dengan Arya yang tiba-tiba sudah mencengkram tangannya dan menariknya ke arah belakang sekolah.
"Arya bego! Lepasin ga?" Alfira mencoba melepaskan cekalan Arya di pergelangan tangannya.
Nihil. Tenaga Arya jauh lebih besar daripada Alfira yang bahkan tingginya hanya se-telinga Arya.
"Lo bisa diem gak sih? Tinggal ikut aja!"
Sebelum Alfira mengeluarkan kalimat lagi suara seseorang menginterupsinya.
"Kalo dia gamau jangan dipaksa."
Alfira langsung tau suara siapa ini. Genta. Genta yang sedang dia hindari habis-habisan mencoba menolongnya. Betapa baiknya semesta. Dunia kadang terbalik.
Rasanya Alfira sudah mau lari karena harus mendapatkan tatapan tajam dari Genta yang sekarang terasa seperti laser yang bisa membelahnya. Bagaimana Genta bisa berubah menjadi dingin seperti ini terhadapnya? Alfira dan Genta bahkan baru beberapa hari tidak berbicara, tetapi Genta sudah berubah seperti ini.
Entah bagaimana jika Alfira meninggalkannya selama 1 tahun, mungkin Genta sudah berubah menjadi kulkas berjalan.
Arya tidak tinggal diam setelah mendengar suara Genta yang mencoba mengganggu hal yang sedang dia lakukan.
"Bisa gak lo nggak ngurusin urusan orang lain? Urusin aja urusan lo sendiri."
"Bacot lo bego! Kalo dia gamau jangan dipaksa!" Genta langsung menarik tangan Alfira dan memegang kuat pergelangan tangannya.
"Anjing udah gue bilang jangan urusin urusan gue!" Wajah Arya mulai memerah karena rasa kesalnya terhadap Genta.
"Gue ga peduli." Setelah berkata seperti itu, Genta langsung membawa Alfira pergi ke kelasnya.
Genta membawa Alfira ke kelasnya tanpa melepaskan genggamannya.
"Ge.." Panggil Alfira. Genta bahkan tidak meresponnya sama sekali yang langsung membuat Alfira makin dihantui rasa bersalahnnya.
Setelah sampai di depan kelas Alfira, Genta meninggalkannya tanpa mengucapkan sepatah katapun. Seketika itu Alfira rasanya ingin terjun saja dari lantai 4 sekolahnya ini. Genta benar-benar membuat Alfira gila.
Bagaimana dia bisa mengacuhkan Alfira begitu saja setelah membela Alfira habis-habisan dari Arya yang penuh dengan sifat gilanya itu.
KRING!
Bel masuk langsung mengintrupsi pikiran Alfira tentang Genta. Alfira lalu bergegas memasuki kelasnya.
------------------
"Tugas 7 kali ini harus dikumpulkan sebelum jam 3. Nanti ketua kelas jangan lupa taruh di meja saya. Kalau sampai kalian tidak mengumpulkannya, saya jamin nilai keterampilan kalian saya kosongkan..." Bu Farha masih terus berbicara tentang penugasan biologi bahkan sampai bel pulang sudah berbunyi.
Rasanya kepala Alfira sudah mau meledak. Kenapa tugas-tugas sekolahnya ini unlimited seperti kuota internet. Masalahnya yang memberikan tugas sebanyak ini bukan hanya bu Farha, melainkan semua guru dari setiap mata pelajaran. Baik pelajaran wajib maupun peminatan.
Setelah mendengar bel pulang Alfira langsung membereskan bukunya dan bergegas meninggalkan kelasnya. Dari sehabis istirahat pikiran Alfira hanya berpusat pada Genta, Genta dan Genta.
Oleh karena itu sekarang Alfira berniat untuk menghampiri Genta untuk meminta maaf karena perkataannya saat di parkiran beberapa hari yang lalu.
Langkah Alfira langsung terhenti seketika melihat Genta berada beberapa langkah darinya. Entah kenapa pikirannya mendadak kosong saat sudah berhadapan dengan Genta.
Kemana hilangnya kata-kata yang sudah ia pikirkan sedari tadi. Kenapa saat Genta dihadapannya pikirannya jadi kosong seperti ini.
"Ge.." Panggilan Alfira seketika menghentikan langkah kaki Genta.
"Kenapa?" Genta berkata tanpa menengok sedikitpun ke Alfira.
"Jangan kaya gini Ge." Seketika itu Genta langsung berbalik badan.
"Apa yang lo maksud dari jangan kaya gini?" Genta berkata dengan nada datar.
"Jangan jauhin gue kaya gini."
"Kan lo yang bilang kalo kedekatan kita itu salah Al."
"Tapi bukan kaya gitu maksud gue ge. Gue.."
"Gue ga ngerti Al sama lo. Lo itu aneh, seenak hati lo, egois, lo yang mau gue jauhin lo. Sekarang lo bilang ga mau kalo kita begini. Lo mau nya gimana Al? Gue juga punya hati. Lo engga bisa seenak itu sama gue. Lo terlalu kelabu Al buat gue." Penjelasan panjang lebar dari Genta semakin membuat Alfira merasa bersalah.
"Maaf Ge.."
"Ga usah minta maaf Al. Lo ga salah. Gue yang salah udah deketin lo. Udah sore, gue balik duluan Al." Genta langsung meninggalkan Alfira yang masih membeku di tempatnya.
---------------
Deva baru saja keluar dari kelasnya dan langsung menuju kelas Alfira. Tapi saat ia sudah sampai dikelas Alfira, Veril bilang bahwa Alfira sudah keluar 10 menit yang lalu.
Deva langsung beranjak pergi ke arah parkiran, namun belum sampai parkiran Deva dihadapkan oleh Alfira dan Genta yang sepertinya sedang berbicara serius.
Ya. Deva mendengar hampir semua percakapan Alfira dan Genta. Baru saja Deva ingin keluar dari persembunyian mengupingnya, namun tiba-tiba seseorang memukul tengkuknya yang membuat ia tak sadarkan diri.
---------------
hayyyyy! sorry sempat menghilang dari peredaran wattpad hahaha. sumpah ya tugas gue numpuk parah jadi belum sempet update, dan hari ini gue update sesuai dengan permintaan temen sekelas gue yg lagi ultah. So, happy birthday to you conan girl! semoga lo suka sama update an gue hari ini. Sorry ya gue lupa username lo Cha. But, i will tag u ASAP for tagging this part as yours.
Xoxo

ŞİMDİ OKUDUĞUN
Kelabu {ON HOLD}
Fiksi RemajaMulanya Alfira hanya peduli dengan novel, lagu-lagu di handphone-nya dan teman-teman dekatnya. Namun tiba-tiba sosok itu datang dan memporak porandakan semua hal yg ia selalu lakukan di kerutinannya. Iya. Dia Genta. Laki-laki yang selalu berusaha me...