Enjoy!
Akhirnya bel pulang berbunyi. Alfira rasanya sudah muak dengan pelajaran ekonomi ini. Kenapa juga anak IPA seperti dia masih harus mempelajari pelajaran IPS seperti ini. Bukankah ini hanya membuang-buang waktu.
Disaat Alfira masih berkelut dengan pikirannya tentang pelajaran ekonomi Dafina datang.
"Fir! Gue ga balik bareng lo ya! Gue balik bareng Adrian. Lo hati-hati nanti bawa motornya. Bhay!" Dafina langsung berlalu dari hadapan Alfira.
Alfira hanya membalas dengan gumaman. Setelah memasukkan seluruh buku-buku dan alat tulisnya Alfira pun langung berjalan ke arah parkiran motor di sekolah.
Tak butuh waktu lama Alfira sudah mulai menjalankan skuter kesayangannya. Setelah 20 menit sampailah dia di rumah megahnya.
Pak Setyo satpam rumahnya sudah bergegas membukakan gerbang lantas menyapa Alfira walau hanya dibalas anggukan. Entahlah, walaupun keluarganya cukup berada Alfira bahkan masih mau menggunakan skuternya.
Sepi. Perasaan itu langsung menyergap ketika Alfira memasuki rumahnya. Waktu pulang sekolah seperti ini, rumahnya hanya berisi pembantu dan satpam rumahnya.
Ibu dan Ayahnya sekarang pasti sedang sibuk berkutat dengan pekerjaannya masing-masing. Ibunya yang berambisi untuk mendapatkan posisi tertinggi di karirnya dan ayahnya yang selalu berkutat dengan dunia kedokterannya.
Dunia Alfira benar-benar lenyap jika sudah tiba di rumah besar ini. Warna ceria khas dunia remaja entah kenapa tidak pernah menyambanginya.
Perlahan ia membuka pintu kamarnya dan langsung disambut dengan buku-buku dan benda-benda yang sudah disusun rapi seperti biasanya.
Alfira lantas menaruh tasnya dan berbaring. Menghela nafas. Jenuh dengan segala rutinitas membosankannya.
Ibu dan ayahnya yang tidak pernah peduli dengan apa yang dilakukannya. Tapi selalu menuntut hasil terbaik dari kegiatan menimba ilmunya. Entahlah, sampai sekarang Alfira sendiri bingung kenapa dia harus ada di situasi seperti ini.
Tiba-tiba handphonenya berdering dan langsung disambarnya dengan cepat dari saku kemeja seragamnya.
"Halo." Sapa Alfira.
"Ha el ad bb q g dst."
Anjrit. Sontak bola mata Alfira langsung melebar. Kemudia melihat siapa yang menelfonnya. Adrian. Pantas saja konyol sekali.
"Ada apaan sih lo. Resek deh garing."
Adrian langsung terbahak di seberang telfon sana.
"Lo udah ngerjain makalah bio belom Fir? Nyontek dong." Adrian langsung serius setelah tawanya reda.
Pasti. Kalau sudah urusan Adrian menelfon, kalau bukan urusan Dafina pasti tugas.
Alfira mah apa atuh. Paling cuma dehem atau angguk-angguk aja kalo dimintai tugas oleh anak-anak kampret alias Adrian dll.
"Ambil aja di rumah gue datanya. Tapi jangan sama persis. Nanti gue kena lagi."
"Siap tuan putri. Segera tancap gas kesana. Mau dibawain apa nih?"
Dasar emang Adrian kalo udah terpenuhi kemauannya langsung sok baik.
"Najis lo. Bawain es krim oreo aja."
Betulkan Alfira. Siapa yang akan menyia-nyiakan tawaran manis seperti itu. Terutama es krim oreo.
"Yaudah bye." Tutup Adrian.
Sebentar lagi rumah Alfira pasti akan langsung ramai karena kalau Adrian kesini nggak mungkin cuma sendiri.
Sudahlah lebih baik juga Alfira segera mengambil wudhu karena adzan ashar sudah berkumandang daripada membayangkan Adrian yang akan datang.
--
Tidak lama setelah Alfira menunaikan ibadah wajibnya Adrian pun datang, dan benar saja Adrian membawa pasukan ricuhnya.
Bahkan dari kamar Alfira sudah terdengar teriakan-teriakan setan mereka semua.
"Alfira main yuk."
"Kual dong kual."
"Fira lama keluar kek!"
Benar kan kata Alfira. Kalau pasukan Adrian sudah datang rumahnya pasti serasa pasar malam.
"Bawel lo semua. Nih laptopnya Dri lo cari aja dokumennya sendiri. Mana es krimnya?" Alfira langsung memberikan laptopnya kepada Adrian.
"Sip lah. Noh udah gue taro kulkas."
Tanpa diberitahu dua kali Alfira langsung berjalan ke arah dapur. Namun di saat sudah di depan kulkas handphonenya berdering menandakan ada notifikasi masuk.
Line : Galih Genta P. Add you.
Galih Genta P. : hai!
Seketika Alfira langsung mendengus melihat handphonenya. Bagaimana laki-laki aneh itu bisa mendapatkan id line nya?
Tak lama berselang handphone Alfira langsung dibanjiri bomb chat dari Genta.
"Anjir nih orang gila kali ya. Sok kenal banget najis." Alfira mulai menggerutu melihat handphonenya yang terus bergetar setelah dia taruh di atas meja.
Tanpa menggubris chat yang masuk dari Genta, Alfira langsung mengambil es krimnya dan mendekati meja tadi.
Dia mulai menyendokkan es krimnya sambil pandangannya lurus ke arah handphonenya.
Karena tak tahan lagi dia pun langsung membalas chat dari Genta.
Alfira : bacot.
Singkat, padat dan jelas bukan? Menurut Alfira Genta benar-benar menyebalkan. Bagaimana bisa dengan pertemuan mereka yang tidak pernah berakhir menyenangkan dia bisa sok akrab dengannya.
Gali Genta P. : Subhannallah dibales juga.
Seketika itu Alfira langsung mematikan handphonenya dan meninggalkannya begitu saja di meja dapur. Alfira langsung berjalan kembali ke ruang keluarga dimana Adrian dkk berkumpul.
"Fir bagi dong es krimnya." Alfira bahkan belum menaruh bokongnya tapi Deva sudah merebut es krimnya.
Tidak ada yang mengalihkan pandangan ke Deva atau Alfira karena yang lain sudah sibuk dengan PS4 yang dibawa Adrian. Entahlah, rumah Alfira selalu dipakai untuk Basecamp mereka. Mungkin karena rumah Alfira yang paling sepi.
"Woy Raka anjir curang lo! Ulang-ulang ga mau tau gue!" Adrian mulai berteriak-teriak lagi seperti orang hutan.
Kalo udah kaya gini Alfira mah cuma ngeliatin aja sambil makan es krim oreonya. Bahkan bunyi sendok-sendok yang saling bersinggungan antara milik Alfira dan Deva mulai ikut menambahkan keramaian di rumahnya ini.
Diam-diam Alfira tersenyum. Entah apa yang terjadi jika dia tidak mengenal Adrian dan teman-temannya. Mungkin hidupnya hanya diwarnai oleh hitam putih yang sangat kontras.
Dan tanpa diketahui Alfira, ada yang diam-diam memperhatikan senyuman tulus yang dia keluarkan.
--
Halo! Part ini gue bikin tengah malem gini cuma gara-gara temen sekelas gue yang maksa biar update hahahaha. Halo Fosil! Hope u enjoy this part! Hahahaha.
ŞİMDİ OKUDUĞUN
Kelabu {ON HOLD}
Teen FictionMulanya Alfira hanya peduli dengan novel, lagu-lagu di handphone-nya dan teman-teman dekatnya. Namun tiba-tiba sosok itu datang dan memporak porandakan semua hal yg ia selalu lakukan di kerutinannya. Iya. Dia Genta. Laki-laki yang selalu berusaha me...