Part 3 : "SECOND MEET"

2.9K 320 28
                                    

LELAKI itu berjalan disepanjang pelataran parkir Sekolah yang masih sepi ditemani seorang pria tua setengah baya yang memakai jas rapih berambut klimis.

Hari ini tepat pukul enam pagi, terlalu dini untuknya datang kesini. Langkah mereka berderap diantara koridor sekolah dan berbelok ke lobby tempat tamu biasa menunggu. Matanya tak lepas dari layar ponsel sampai akhirnya entah mengapa hembusan angin menggiring matanya pada satu sosok yang berjalan lesu dari arah gerbang ke sebuah tangga dipojok koridor. Matanya mengikuti gadis itu hingga ia muncul di lantai atas dan berjalan ke sebuah pintu kelas.

"Dia?" desisnya pelan diselubungi senyum samar seolah menertawakan kebetulan yang seenaknya datang menghampiri. "Interesting," gumamnya lagi dengan tatapan dibalut kebencian jauh tersembunyi di dasar.

🍀🍀🍀

"Ka, tolong dong bantuin nata rambut jadi mohak." Gerald menyodorkan Khika setube Pomade, beserta ubun-ubunnya ke depan wajah Khika ketika dia muncul di muka kelas.

"Manja, sini lah gue ubek-ubek,"

"Eits, semena-mena ... ini rambut bukan kobokan, jangan di ubek tapi di elus," sahut Gerald mengangkat alisnya tengil. Khika tertawa geli, sejenak ia lupa kalau orang ini adalah andil terbesar dalam patah hatinya kemarin.

Saepudin datang. "Sini Ger biar aku aja yang ngelus, Nih!" Dia menoyor Gerald hingga terjengkang selangkah.

"Anjir rambut gue!"

Saepudin mencibir lalu mengalihkan pandangan pada Khika tanpa menghiraukan dumelan Gerald. "Ka, tolong lah kau tatakan rambutku ini, sudah berulang kali ku reka-reka dengan banyak kreasi tetap saja jadinya gini. Nguncup,"

Memang benar, rambut kribo Saepudin jadi nguncup seperti es krim. Khika makin ketawa geli melihatnya. Rambut itu basah sebasah basahnya bukan seperti di oles gel tapi nyaris persis kayak di celup.

"Kok bisa Din?"

"Entahlah Ka, padahal sudah ku tata dengan cara yang sama kayak Gerald, tapi yang lain jadinya bagus, cuma aku saja yang gagal," ratap Saepudin.

Khika memandangi rambut anak-anak cowok lain yang sedang sibuk mematri diri depan cermin kelas. Benar juga, model mohak dirambut mereka tertata sempurna. Cuma si Udin aja yang rambutnya agak-agak ajaib.

"Maklum Din, tergantung amal-amalan," celetuk Gerald sambil terkekeh girang. Udin mendelik keki kearah Gerald.

"Nih amal-amalan niiih!" Dengan gesit Saepudin melancarkan toyoran bertubi-tubi ke kepala Gerald dengan dua tangan sekaligus, persis jurus sakti.

"Anjeeeer Udiiiiiiin!" Gerald langsung mengejar Saepudin yang kontan lari waktu melihat Gerald berusaha menoyornya balik. Mereka pun jadi kejar-kejaran dengan kocak sambil lari bulak balik dari kelas ke ujung koridor kemudian balik lagi.

"Kaaaaa, tolongiiiin!" Saepudin menjadikan Khika tameng dan berdiri tepat dibelakang punggung Khika, sedangkan Gerald dengan sigap berkacak pinggang dihadapan Khika untuk mencegat Saepudin yang berniat kabur lagi.

"Ka, liat, Ka, ada pengantin baru lagi ngamuk," sindir Saepudin sambil terkekeh.

Pengantin baru? Kata-kata itu meluncur mulus lalu menghempas Khika kembali ke kenyataan. Buliran hati yang semalam retak kini merebak memunculkan bentuk yang acak. Ia teringat lagi akan rasanya pada Gerald yang semalam harus kandas. Dewi kini diantara mereka. Gerald sudah punya pacar dan Khika sadar diri kalau kedekatan ini tak akan pernah sama.

Pandangan Gerald secara tak sengaja menangkap kemurungan Khika yang tiba-tiba muncul ke permukaan. Yang membuatnya bingung adalah penampakan sepasang mata Khika yang nyatanya tak seperti biasa. "Kok mata lo sembab Ka? Nangis?" tanya Gerald tak jadi memperdulikan Saepudin.

CLOVER BESIDE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang