18 (Choice)

11.4K 915 19
                                    


Tak memiliki semangat hidup, itulah yang kurasakan. Rasa pusing bercampur mual yang sejak tadi kutahan seperti sebuah komponen pelengkap kesengsaraanku.

Sepanjang perjalan kembali ke New York, aku bungkam. Pikiranku terombang-ambing tak karuan. Semuanya terasa begitu hampa. Tatapan kosongku yang terus mengarah ke jendela sembari berharap aku bisa melompat ke luar dari jet ini sekarang juga. Max berada di pesawat lain, pesawat khusus, dia ditemani oleh dokter ahli. Franzel melarangku untuk berada dengan satu pesawat dengan Max, dia tak mengatakan alasan yang jelas, namun aku tahu dia meliki alasan kuat untuk itu.

Franzel duduk di kursi lain, dia hanya termenung di sana. Aku tak ingin terlalu sering melirik ke arahnya, itu hanya membuatku ingin menamparnya. Dia terlihat begitu frustasi saat orang-orang yang dia kerahkan tak berhasil menangkap pergerakan Ron dan anak buahnya. Mereka bergerak begitu cepat, seperti telah memperhitungkan semua ini.

Meski aku dan Franzel tak banyak bicara perihal kejadian hari ini, namun dari percakapannya dengan orang-orang kepercayaannya lewat ponsel membuatku mampu menyimpulkan beberapa hal. Aku bisa menyimpulkan bahwa Franzel sama sekali tak mengenal Ron, dia juga baru tahu bahwa Ron Felton merupakan dalang di balik semua.

Ron Hart Felton. Dia adalah pelopor utama Bad Spanners, sebuah kelompok yang jika dilihat dari jauh merupakan sebuah gangster brandal biasa. Namun mereka adalah kelompok gelap yang paling meresahkan banyak kalangan. Bad Spanners dibayar untuk kepentingan-kepentingan khusus oleh beberapa oknum, mereka bisa saja merampok, mengirimkan paket terlarang, bahkan membunuh target yang disuruhkan. Mereka dibayar untuk itu, mereka bekerja untuk itu.

Bad Spanners sendiri memiliki markas besar di Dubai dan seperti yang dulu pernah dikatakan Franzel padaku. Mereka marah pada Franzel karena Franzel dan para pemegang saham lainnya berencana untuk membongkar tempat mereka untuk dijadikan bangunan lain. Secara hukum, pihak Franzel tentu berada di sisi yang benar. Namun, terkadang banyak orang yang tidak bisa menerima kebenaran. Inilah alasan kuat mengapa Bad Spanners menyerang Franzel yang memang memegang tanggung jawab besar atas proyek itu.

"Mr. Franzel. 30 menit lagi kita akan mendarat," seorang wanita yang berdandan bak asisten professional itu dengan sopan memberi informasi pada atasannya. Aku ingat wanita itu, namanya Rosemary, terkadang dia memang sering ikut dalam perjalanan kami untuk melayani beberapa keperluan Franzel maupun diriku.

Franzel mengehembuskan nafas beratnya lalu perlahan menoleh ke arahku yang sangat berantakan. "Kalau begitu. Kau bantu dia merapikan diri, ganti bajunya dan pastikan dia rapi," perintah Franzel pada Rose.

Spontan aku membalas tatapannya dengan alis terangkat. Mengapa? Mengapa Franzel menyuruh Rose untuk melakukan itu?

"Tidak! Aku tidak mau!" pekikku sengit saat Rose berjalan menghampiriku. Dia berhenti, terkejut karena bentakanku.

Rupanya sikapku membuat Franzel sedikit kesal, dia memberiku tatapan menusukknya. Tatapan yang paling kubenci. "Menurutlah. Atau akan kubatalkan pendaratan pesawat yang ditumpangi Max, dan tentu dia takkan bisa bertahan lama," ancamnya dengan nada paling mematikan.

Aku mengepalkan tanganku kuat. Dengan mudahnya dia merendahkanku. Menjadikan Max sebagai alat untuk mengancamku sewaktu-waktu. Dan pada akhirnya aku tak bisa membalas apapun lagi saat Franzel mulai berdehem seraya memberi isyarat pada Rose untuk segera bergerak, melanjutkan apa yang tadi sudah diperintahkan padanya.

*****

Sebuah dress selulut dengan coat flannel berawarna biru doker kini melekat di tubuhku. Pakaian yang cukup membuatku merasa hangat. Rose tersenyum saat dia telah selesai menyisir rambutku. Lalu dia beranjak pergi, kembali ke bagian depan bersama pilot saat merasa pekerjaannya sudah selesai.

Another HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang