1

176 69 15
                                    

~ Semua yang diawali hanya dengan belas kasihan akan selalu berakhir tragis ~
-Syafir-

***

Dalam hiruk pikuk kelas Arianna berfokus pada buku tebal dihadapannya. University of Forence. Begitulah yang tertera di sampul buku tebal itu. Sikap profesional selalu saja dianggapnya penting. Saat diluar kelas ia boleh melakukan apapun yang diinginkannya. Menangis,tertawa, bahkan menggila sekalipun. Tapi saat ada di ruang kelas,belajar adalah tugasnya. Dan karena keras kepalaanya itu ia telah berhasil menyabet banyak prestasi diranah nasional maupun internasional.

Dalam segi akademik dia selalu diurutan pertama,dan di non-akademik dia berhasil di beberapa kejuaraan seni,bela diri dan kreativitas. Gadis 16 tahun itu selalu saja memasang senyum dihadapan orang. Membuat orang menilai bahwa dirinya adalah manusia tanpa masalah. Cantik,kaya,jenius,berprestasi. Mana ada manusia yang menolak mendapat anugerah semacam itu.

Bisakah aku menjadi bagian dari universitas ini??? Batin gadis itu, huh pasti. Aku bisa melakukan apapun yang ku mau.

Ia kembali membaca rangkaian kata yang berubah manjadi kalimat,lalu berubah lagi menjadi paragraf,dan berlanjut menjadi halaman. Halaman demi halaman berlanjut. Sampai tanpa disadarinya memori masa lalu mengambil alih pikirannya.

***

Menjadi murid baru di sekolah populer itu sangat berat. Pada senior selalu memandang rendah pendatang baru yang hanya bergantung pasa beasiswa. Ya,sekolah menengah Venesia memang sudah tidak diragukan lagi sebagai tempat pendidikan yang terkenal dengan siswa-siswi dari keluarga pejabat,keluarga kaya,pengusaha sukses dan keluarga pengajar yang namanya tak asing lagi di dunia. Dan nasib baik itulah yang dianugerahkan pada Arianna Costa.

Gadia Venesia itu terlahir sebagai keluarga kaya,mempunyai perusahaan sukses,ayahnya seorang pejabat dan ibunya seorang rektor di universitas ternama di Italia. Betapa beruntungnya dia.

Sebagai seorang pendatang baru yang disambut hangat,sekarang Arianna tengah duduk bosan di bangku taman sekolahnya. Melihat para kaum minoritas yang menyendiri. Tak ada rasa iba yang terselip dihatinya. Ia malah berpikir betapa beruntungnya mereka yang tak harus mengeluarkan sekeping pun euro untuk tempat memuakkan seperti ini. Tempat yang berisi orang-orang yang menggilai kekuasaan.

" Dorr ," seseorang mengagetkannya. Membuat jantungnya berdebup abnormal. Kepalanya berpaling,mendapati wajah tampan sahabatnya. Namun,Arianna malah memasang wajah masam pada Kevin. Pemuda itu tahu bahwa Arianna paling benci jika dikagetkan,tapi kebiasaan pemuda keturunan Italia-Rusia itu selalu saja melakukan hal yang dibenci Arianna.

" Kau mau mati ?" Arianna bertanya dengan suara tajam.

"No."

Gadis itu mendengus kesal. Pandangannya beralih pada sekumpulan senior dengan make up setebal lima cm. Itu membuat Arianna merasa jijik.

" Abaikan saja mereka ," Kevin bersuara sambil tangannya jahil memainkan ujung rambut pirang sahabatnya.

"Seharusnya jalang seperti mereka ditendang dari tempat ini. Mereka yang membuat tempat bermartabat ini berubah menjijikkan," timpal Arianna.

Setelah itu tak ada yang bersuara. Arianna sibuk menatap muak pada para wanita yang disebutnya "jalang". Sementara Kevin sibuk memainkan ujung rambut Arianna. Dan dari kejauhan sekumpulan pemuda senior tengah menatap mereka. Saling berbisik dan mendorong. Sampai akhirnya salah satu dari mereka berjalan ke arah sepasang sahabat yang sibuk dengan pikiran mereka sendiri.

Amore Non CorrispostoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang