Rosalie (dua puluh tiga)

741 55 4
                                    

"Yakin ini rumahnya?"

Rizky menatap gerbang abu di hadapannya. Gerbang abu itu memperlihatkan sesosok rumah sederhana bergaya minimalis yang mempunyai taman sedikit lebih besar dari rumah itu sendiri. Tidak mewah, namun indah. Tapi sepertinya bunga dan tanaman di taman itu tersisa sedikit. Terlihat jelas sekali dari sini.

Tian sendiri baru keluar mobil dan mengangguk tak yakin melihat rumah itu.

Empat jam sebelumnya mereka berputar-putar kemana saja, mencari rumah yang sekiranya terlihat lebih unik dibandingkan yang lainnya. Tapi selama itu mereka tidak kunjung menemukannya, harapan mereka hampir pupus.

Namun saat Tian dan Rizky berhenti di sebuah toko penjual minuman pinggir jalan. Seorang Ibu bertanya padanya tentang apa yang sedang mereka cari.

Tian menjelaskan ciri rumah tersebut. Yang menurut mereka, rumah itu akan memiliki ciri sama seperti rumah Rosalie. Unik, sepi, mempunyai taman yang luas dan penuh dengan bunga, terutama bunga mawar. Namun Bapak-bapak dan Ibu-ibu disana yang mendengar pembicaraan mereka malah menggeleng.

Sampai pada seorang bapak menyeletuk, "Kalau kalian membicarakan mawar, bapak jadi ingat. Ada seorang gadis cantik yang suka membagikan sebuket bunga mawar merah secantik dirinya ke seluruh rumah yang diseganinya. Rumah bapak juga termasuk. Ia sangat baik dan sopan. Bapak jadi ingin mengangkatnya menjadi anak bapak mengingat bapak hanya mempunyai anak laki-laki."

Banyak Bapak dan Ibu lainnya yang menyetujui perkataan bapak tadi. Lalu mereka mulai membicarakan gadis itu secepat angin.

Namun seorang Ibu menyahut senang, "Benar, saya juga kenal gadis baik itu. Yang saya tau dia tinggal di depan rumah tetangga sebelah saya loh Pak, sepertinya ia menempati rumah kosong yang sejak dua bulan tidak diisi pemiliknya yang entah kemana."

Mulai dari situlah Tian dan Rizky tau kalau itu pasti Lolyta. Setelah mendapat petunjuk, mereka pun bergegas dan sampailah mereka di depan rumah ini.

"Ayo masuk," Tian menepuk pundak Rizky. Ia mendorong gerbang itu dengan pelan. Suara deriknya terdengar nyaring. Sepertinya gerbang ini sudah karatan.

Mereka pun masuk. Harum tanah yang menyegarkan dari sana tercium jelas. Membuat hati mereka merasa tenang.

Langkah mereka terhenti di depan pintu coklat rumah itu. Rizky mengetuknya. Tak ada sahutan maupun suara sedikitpun dari dalam sana. Kini Tian yang gantian mengetuknya, "Apa ada orang di dalam?"

Setelah sekian lama, suara gaduh akhirnya terdengar dari dalam, "Iyaa, sebentar."

Pintu itupun terbuka. Menampilkan seorang gadis dengan baju tidur yang dilapisi jaket tebal serta rambutnya yang digelung asal. Hidungnya merah dan matanya terlihat sayu.

Lolyta tersenyum ramah, "Ah, Kak Tian dan..."

"Rizky," tambah Rizky dengan senyuman.

Bibir Lolyta membulat lucu, kemudian ia memperkenalkan dirinya. Lolyta terbatuk sebentar sebelum mempersilahkan Tian dan Rizky masuk.

Mereka pun duduk di sofa ruang tamu bernuansa coklat itu. Suasana hening beberapa saat karena Tian maupun Rizky sibuk meneliti rumah yang mereka masuki itu. Rintihan Lolyta membuat fokus keduanya buyar seketika, Tian bertanya, "Kamu kenapa?"

Lolyta memegang kepalanya, karena lagi-lagi sebuah dentuman keras yang menyakitkan kembali menyerang ia disana. Lolyta menengadah menatap Tian dan Rizky dengan wajah memohon, "Boleh nggak aku tiduran? kita ngobrolnya dengan aku yang tiduran, nggak apa-apa kan?"

Tian mengangguk cepat, Rizky menambahkan, "Boleh lah. Selain kamu lagi sakit, kamu kan juga pemilik rumahnya."

Lolyta berbisik menguvapkan terima kasih. Ia berbaring di sofa panjang yang tadi di dudukinya. Entah darimana, Lolyta tiba-tiba telah mendapatkan bantal dan selimut yang segera ia pakai.

RosalieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang