Whined for ...
OtherwiseM present
Written for swagpop weekly challenge
|| You and [Boyfriend] Kwangmin || Fluff, failed!Comedy, slight!Romance || Ficlet || PG-15 for some curse(s) ||
Based from prompt
10. Pilih pacaran denganku atau kau kugulingkan ke sungai?Berhenti merengek atau kutendang pantatmu!
.
.
."Ayolah!"
"Tidak."
"Aku janji tidak akan menyakitimu."
"Aku bilang tidak ya tidak!"
"Kamu semakin cantik deh hari ini."
"Berhenti bicara atau kurobek mulutmu!"
"Bahkan saat marah begitu
kamu masih saja cantik."Tungkaiku berhenti terayun. Menarik napas dongkol, kuputar leher hingga wajah super menyebalkannya itu nampak jelas. Ia sedang mengedip manja dengan kedua tangan ditangkupkan di depan dada. Orang ini sudah gila atau apa sih? Tidak paham bahasa manusia, ya?
"Kalau kamu mau jadi pacarku, hidupmu pasti bahagia dunia akhirat. Jadi pacarku, ya?"
Argh! Aku tidak tahu lagi harus bicara apa agar orang ini mengerti.
"Ayolah!"
"Berhenti merengek atau kutendang pantatmu!"
Binar di matanya sirna. Tergantikan wajah cemberut. Lengkap dengan bibir manyun lima senti. "Pilih pacaran denganku atau kau kugulingkan ke sungai?"
Mataku membola. "Apa? Ya! Bahkan sebelum kau menggulingkanku ke sungai, aku pasti sudah mematahkan kedua tangan sialanmu itu, dasar kau Jo Kwangmin idiot!"
Sinar matanya meredup. "Lalu aku harus bagaimana? Aku benar-benar menyukaimu."
Menurunkan kedua tangan yang semula bersedekap di dada, aku melangkah mendekatinya. "Di dunia ini ada banyak gadis yang lebih baik dariku. Aku yakin kau bisa dapat satu."
Kwangmin menundukkan kepalanya hingga sebatas leher. "Aku sudah berusaha, tapi hatiku menolaknya. Salah sendiri kenapa kau bisa membuatku jatuh cinta-AKH! Kenapa kau pukul kepalaku?!"
Oh, sudahlah aku tidak tahu lagi bagaimana harus bicara dengan bocah ingusan ini! Apa aku harus selalu menggunakan kekerasan agar ia mengerti?
"Kenapa kau pukul aku?" Lihat tingkahnya sekarang! Merengek sambil jingkrak-jingkrak--persis seperti anak lima tahun yang ingin dibelikan es krim.
Kuletakkan kedua tangan di bahunya. Menatapnya dalam-dalam sebelum berujar,
.
.
.
"Aku ini kakak iparmu. Ingat itu, Jo Kwangmin!"
-end-