OtherwiseM presented
|| [Boyfriend] Jo Kwangmin × [IU] Lee Jieun || Drama, Family, Slice of Life || PG-15 ||
Dibuat berdasarkan filosofi bunga Anemone
Hei, apa kalian pernah dengar sebuah situs bunuh diri dengan alamat web www.letsdeath.com?
.
.
.Kwang Min merebahkan tubuh di ranjang dengan segumpal beban di kepala. Bahkan aroma lavender kamarnya tak sanggup salurkan ketenangan pada hatinya yang kelam. Lelaki bersurai hitam itu menghela napas panjang. Menatap dalam langit-langit kamarnya.
Tidak, hari ini masih sama buruknya dengan kemarin. Orang tuanya masih rela menukar dirinya dengan setumpuk dokumen di kantor. Teman-temannya--yang Kwangmin ragu bisa disebut temam--masih mendekatinya demi traktiran gila dari kartu kreditnya. Namun entah mengapa, Kwangmin merasa begitu lelah.
Notifikasi ponsel memaksa Kwangmin bersingut dari ranjang. Sebuah pemberitahuan dari salah satu fanspage yang Kwangmin ikuti. Ia menyerngit tatkala sepasang irisnya menangkap rangkaian kata yang tertulis rapi di sana.
Hei, apa kalian pernah dengar sebuah situs bunuh diri dengan alamat web www.letsdeath.com? Kudengar, itu adalah situs illegal yang paling terkenal. Polisi sudah berulang kali memblokirnya, namun anak dari situs tersebut selalu saja bermunculan keesokan harinya. Katanya polisi sudah angkat tangan dalam kasus ini. Menurut kalian bagaimana?
Menurut kalian bagaimana? Tentu saja itu gila--umumnya orang akan beranggapan seperti itu. Namun Kwangmin malah tersenyum simpul. Tidak ada salahnya membuka situs tersebut, 'kan? Namun kekeringan yang melanda tenggorokan memaksanya turun dari ranjang.
Kwangmin menuruni satu demi satu undakan hingga pintu utama yang menjebelak terbuka singgahi netranya. Lelaki separuh baya berjas melangkah sempoyongan menuju sofa. Tubuhnya langsung ambruk disusul erangan panjang.
Kwang Min tersenyum kecut. Bau alkohol yang tercium membuatnya kian muak tinggal di rumah megah ini. Kalau bukan karena tenggorokan keringnya yang menjerit, mana mau Kwangmin keluar kamar. Sepertinya ia harus beli sekardus air mineral besok.
“DASAR ANAK TIDAK TAHU DIRI! BAGAIMANA BISA KAU TAK MENATAP AYAHMU YANG KELELAHAN INI SAMA SEKALI, HAH?!”
Kwangmin meremas ujung piyama. Air mata menggenang di kedua pelupuk matanya. Dengan tergesa-gesa ia meneguk air, lantas berlari kecil menaiki anak tangga. Napas Kwang Min terasa lebih sesak saat sang Ayah melanjutkan perkataannya.
“KAU TULI DAN BISU YA? DARIPADA MENAMBAH BEBANKU, LEBIH BAIK MATI SAJA!!”
“Saran Ayah ada benarnya juga. Aku akan mencobanya,” sahut Kwangmin sarkasme.
Lelaki itu menggerakkan tungkainya secepat mungkin.
Ia tutup pintu kamarnya keras-keras. Air mata tak sanggup dibendung lagi. Semuanya tumpah dalam satu kedipan. Ini menyakitkan, sangat menyakitkan.Sehina inikah dirinya hingga ia diperlakukan seperti ini? Seperti sampah yang sama sekali tak berguna?
Ia hanyalah seorang anak malang yang tak pernah merasakan kecupan hangat dari sang ibu. Anak malang yang tak pernah dibanggakan meski prestasinya di atas rata-rata. Anak malang yang harus menggunakan wali di setiap acara sekolah.
Oh, lengkap sudah semuanya. Dan Kwangmin memutuskan sesuatu.
Ia meraih ponselnya. Membuat akun baru bernama “UnluckyBoy” di situs ‘kematian’ tersebut. Jari-jarinya dengan lihai berman di atas ponsel touchscreen-nya. Ada satu hal yang lelaki itu baru sadari. Yaitu adanya ratusan manusia tak beruntung yang bernasib sama sepertinya.