Yap! Disini gue sekarang, negara yang indah nan romantis. Prancis! Gile bro!
Ini kedua kalinya gue ke Prancis. Skalian jalan-jalan dan juga mengunjungi makam nyokap gue.
Gue nggak tau ini sebuah kebetulan atau takdir , yang jelas gue ketemu sama 'Dia'. Walaupun cara kita ketemu nggak baik sih, tapi gue juga sedikit bersyukur dengan itu.
Dia juga orang yang pertama bikin gue bete habis-habisan saat kedua kalinya gue datang ke Paris. Sempet juga bikin gue hampir mau pulang lagi ke Indonesia. wkwkwk
Tapi yah, gue nggak tau kenapa saat selalu diganggu sama dia, Dia nyaris berhasil nyuri sebagian keping-keping dari hati gue yang masih berdebat dengan kenangan masa lalu yang sepertinya ingin gue ulangi semuanya dari awal. buset, alay dah.
Kalo emang gue ketemu sama dia adalah sebuah takdir. Gue pasti orang yang beruntung banget, haha.
Tapi, kalo emang gue ketemu sama dia hanya sebuah mimpi. Maka, Tuhan tolong jangan bangunin gue dari mimpi yang indah ini, karena mungkin nggak bakal terjadi dua kali.
"Arghh.. Lelahnya." Sarah mulai meletakkan penanya di atas meja kamar apartemen dan segera membaringkan tubuhnya di atas ranjang yang empuk. Dalam hitungan detik, matanya sudah mulai tertutup dan terlelap dalam tidur yang sedari tadi menghantuinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is More Pain
Teen FictionBiarkan rasa ini mengakhiri semuanya. Rasa yang sementara tertancap di relung hatiku. Biarkan ia mengalir seperti layaknya air, begitu tenang. Sampai suatu saat kau akan tahu, aku disini mencoba bertahan namun di sia-siakan.