Loving Can Hurts

68 10 0
                                    

"Lo kayak ondel-ondel mau pergi ngaji" lanjut Sammy. Sarah langsung mendengus kesal saat mendengar kalimat lanjutan yang keluar dari mulut cowok itu. Padahal, dia mengira jika cowok itu akan memujinya atau hal lainnya yang dapat membuat hatinya senang.

"Tai."

Akhirnya kedua orang itu langsung keluar dari apartemen dan bertemu dengan wanita yang telah lama dicintai pria bermata coklat yang sekarang sedang berjalan di sisi kanan Sarah. Kebetulan, toko buku itu tidak terlalu jauh dari apartemen mereka, jadi hanya perlu berjalan kaki untuk sampai disana.

Sarah dan Sammy pun sampai di tempat yang sering dikunjungi oleh Riska. Diam-diam Sammy membuka pintu masuk dan langsung celingak-celinguk mencari sosok yang dirindukannya. Kedua matanya langsung tertuju ke bangku sebelah pojok yang dimana seseorang sedang memunggunginya sembari membaca buku yang sementara ia pegang. Hanya dari belakang saja, Sammy sudah mengetahui jika dialah orang yang sekarang tengah dicarinya, orang yang selalu dikiriminya surat setiap bulan, meskipun tak satupun yang terbalaskan dari gadis berambut sebahu yang berhasil memikat hatinya. Sammy melangkah pelan mengikuti suara dentuman hati kecilnya yang sedang mencekamuk dan ingin berteriak sekeras-kerasnya agar gadis itu tau sekarang cowok ini berada tepat dibelakang ia berpijak sekarang dan berharap langsung memeluknya seraya melepaskan kerinduan yang sejak lama terkubur dalam-dalam di hati.

Sekarang tubuh Sammy hanya berjarak beberapa centi saja dari Riska. Ia mengangkat tangannya dan bermaksud mencoba menutup kedua mata gadis ini dari belakang. Tapi, niat itu ia urungkan setelah melihat seseorang entah siapa dan ada keperluan apa berani melakukan hal yang sama seperti apa yang ingin Sammy lakukan, menemui Riska.

Detak jantung Sammy langsung berkelebat hebat saat mendengar kata demi kata yang diutarakan cowok itu kepada gadisnya "Hey babe, aku sangat rindu padamu sekarang. Maukah kamu berhenti membaca dan menemaniku pergi makan malam?"

Babe?

"Iya, sebentar. Aku mau ngasih kembali buku ini dulu" Sepertinya Riska mengenal baik cowok ini. Atau mungkin dialah orang kedua yang berhasil mencuri hati Riska dari diri Sammy.

Cowok itu masih terpaku melihat adegan yang perlahan mengikis kepercayaan yang ia curahkan kepada Riska. Ia langsung memutar posisi ke barlawanan arah, sekarang ia tidak mau jika gadis itu tau jika orang yang tak diharapkannya hadir, malah datang kembali kepadanya.

Dengan hati hancur berkeping-keping, Sammy memutuskan untuk pergi dari tempat itu. Bertahan didekat gadis itu, perlahan tambah membuatnya mengingat kenangan-kenangan yang sempat mereka bangun bersama lalu hancur dengan perasaan Sammy sekarang. Dan tak sengaja Sammy menabrak meja yang berada didepannya, sehingga meja itu menjadi tergeser diikuti dengan suara decitan yang nyaring. Sontak, membuat penghuni toko ini termasuk Riska memandanginya penuh tanda tanya.

"Sa.. Sammy?" suara yang tak asing didengar Sammy tiba-tiba saja memasuki gendang telinganya tanpa diminta-minta. Tidak tau harus bagaimana lagi, ia pun langsung menoleh ke sumber suara yang tadi sempat menyebutkan namanya.

"Hi Riska, its been a while. Lo apa kabar?" Cowok itu sekarang berusaha menenangkan suasana hatinya, dan berusaha terlihat biasa-biasa saja seolah apa yang ia lihat tadi tidak terjadi sama sekali.

"Lo ngapain disini?" tak menjawab pertanyaan Sammy, Riska malah mengutarakan pertanyaan yang membuat telinga cowok didepannya ini menjadi panas layaknya api yang sedang berkobar-kobar hinggap diatas kepalanya.

"Gue mau ketemu sama lo. Alasan gue kesini Cuma karena elo, Ris. Gue kan udah janji bakal kesini dan nemenin lo nyelesein semua urusan-urusan, terus kita balik lagi ke Indonesia dan nikah." Mendengar penjelasan Sammy, cowok yang tadi sedang duduk bersama Riska, sekarang telah berdiri tegap.

Love Is More PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang