Chapter 02

10.5K 123 1
                                    

Author POVE

"Oh my godness, what are doing ? Why you become so late ?" Ujar Evie sambil memutar bola mata yang berwarna coklat itu.

"Sorry tadi aku ada urusan sebentar, my mom is called me." Ujar Diana sambil tersenyum menunjukkan deretan giginya yang putih tersusun rapi.

"Ta maman ? ( dalam bahasa prancis berarti ibumu ) what ? Memangnya ada apa ?" Tanya Evie sambil mengerutkan keningnya.

"Ya gitu deh. Nanya kabarku tapi dia juga nyuruh aku besok untuk pulang ke Indonesia. Aku juga gak ngerti kenapa." Kata Diana sambil berjalan-jalan menelusuri jalanan kota.

"Kenapa mendadak gitu ? Ada urusan penting ?"tanya Evie sambil membuka tasnya untuk mencari kue yang sudah ia beli sedari tadi.

"I don't know , she said ada hal yang penting yang harus dibicarakan dan sepertinya harus empat mata ama aku." Ucap Diana sambil memasang muka memelas.

"Ya udah deh. Mending habis kita selesai keliling kamu mending langsung ke apartmenmu. Prepare barang-barangmu untuk besok."

"Hmm okay." Kata Diana singkat.

"Oh iya by the way aku bawain kue raspberry lonetre kesukaanmu." Ujar Evie sambil menyodorkan kuenya ke arab Diana

"Pour moi ?" ( dalam bahasa prancis berarti 'untukku' )

"bien sûr." ( dalam bahasa prancis berarti 'tentu saja')

Walaupun ia baru saja dari cafe tadi membeli kue, ia tetap saja ketagihan yang namanya cake ala prancis. Kelezatannya memang tidak ada duanya. Rasanya yang enak dilidah membuat orang yang memakannya seakan membuat merena ketagihan.

Jordan POVE

Gue gak ngerti kenapa hari ini papa memanggil gue mendadak begini. Memangnya ada urusan penting apa sampai harus mengganggu keseruan aktivitas gue. Jarang-jarang gue bisa main judi di waktu senggang.

"Sorry bro, hari ini gue cabut dulu. Ada urusan mendadak." Ujar gue yang langsung mengambil jaket abu-abu model Zara yang baru gue beli kemarin.

"Yah gak seru bro. Lanjut lagi dikit aja kali." Ujar Jodi rival judi gue.

"Gak bisa hari ini bener-bener gak bisa. Lain waktu deh." Ucap gue yang langsung menuju pintu keluar dan mengambil kunci mobil gue.

Sesampainya di rumah gue langsung bertemu dengan papa dan mama yang sepertinya sudah menunggu gue sedari tadi. Hmm kira-kira ada apa sih ? Sebenarnya gue bisa saja nolak permintaan papa untuk pulang dengan membuat banyak alasan tapi nada suara papa sepertinya sedang serius, tak biasanya ia begitu.

"Ada apa pa ? Kenapa mendadak nyuruh Jordan pulang ?" Tanya gue

"Papa perlu membicarakan hal penting denganmu. Kamu harus dengar baik-baik." Ujar papa sambil menatap gue dengan tatapan yang serius begitu juga dengan mama.

Oh my god, sebenarnya ada apa? Seakan gue akan diintrogasi saja.
"Hmm memangnya ada hal apa pa ?" tanya gue penasaran

"Papa akan menikahkanmu dengan salah satu kerabat papa. Ia merupakan keluarga kato yang sudah papa kenal sejak dulu."

What ? Menikah ? Gue gak salah denger kan ? Buat apa ? Gue masih muda , gue perlu yang namanya kebebasan. Gue belum siap yang namanya... bagaimana papa bisa membuat keputusan seperti itu.

"A-apa ? Menikah ? Pa Jordan gak salah denger kan ?" Tanya gue sambil membulatkan mata gue.

"Iya mulai besok calon istrimu akan datang. Jadi persiapkan dirimu." Kata papa dan beranjak dari sofa yang sepertinya tidak ingin mendengar pendapatku.

Seketika gue langsung mencegah papa "Pa Jordan gak mau menikah. Jordan belum siap. Lagi pula menikah itu ka-"

"Jadi kamu menolak untuk menikah dan terus menjalani kehidupan malammu dengan pergi ke kafe, mabuk-mabukkan dan berjudi ? Itu yang kau inginkan ?" Teriak papa

"Pa bukan begitu Jordan hany-"

"Papa benar-benar malu akan sikapmu. Papa menikahkanmu agar kau berubah. Apa kau tak tau ? Memiliki anak bertabiat buruk sepertimu bisa menjatuhkan harga diri papa ?"

"T-t-tapi pa beri Jordan untu-"

"Dengar kalau kamu menolak untuk menikah, maka papa tidak akan mengirimmu uang ke kartu kreditmu, menarik mobilmu dan juga semua kehidupan mewah yang sudah kau dapatkan. Kau akan papa titipkan di desa. Apa itu yang kau inginkan ?" Tanya papa mendelikkan matanya.

Apa ? Menarik kartu kredit gue , termasuk mobil dan segalanya? Enggak. Enggak. Ini gak bisa gue gak mau kehilangan itu semua.

"Tentu saja Jordan gak mau pa, tapi menikah kan hal yan-"

"Jordan, dengarkan saja semua perkataan papamu. Mama yakin itu yang terbaik untukmu. Lagipula kau tidak akan menikah dengan wanita sembarangan. Ia adalah wanita terdidik dan cerdas." Kata mama sambil memegang bahu gue.

"Nah itu dia masalahnya ma Jordan ka-"

"Jangan banyak bicara! Segeralah bergegas ke kamarmu dan siapkan dirimu untuk besok." Ucap papa yang langsung berlalu bersamaan dengan mama menuju lantai atas.

Gue bener-bener gak bisa ngelak. Setiap perkataan gue dipotong oleh papa. Sialan. Gue harus gimana sekarang ? Selain itu calon istri gue adalah cewe terdidik dan cerdas. Bakalan repot kalau punya cewe cerdas gtu, pastinya dia bakal jadi orang yang perfeksionis dan suka ngatur banget. Kelar dah hidup gue.



Hi this is the second chapter. Hope you like it. Mohon vote dan sarannya. Makasih 😀😁

Beating HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang