Chapter 03

8.7K 113 1
                                    

Diana POVE

Oke. Everything is done. Semua barang-barang sudah kukemas. Semua perlengkapan sudah siap juga. Besok pagi pesawatku akan berangkat menuju Indonesia, mungkin sekitar pukul 06.00 pagi waktu Paris.

Kring kringg kringg...

Terdengar ponsel ku berdering. Panggilan dari kakakku Dylan. Tak seperti biasanya ia menelpon malam-malam begini

"Halo kak ? How are you ?" Sapaku

"Good. Everything is good my little sister. Besok pesawat kamu nyampe jam brp ? Kakak yang jemput soalnya." Tanya kakakku

"Entahlah kak, nanti aku telfon deh kalau udah nyampe. Itu urusan gampang, aku juga rada-rada lupa soalnya." Ucap ku sambil nyengir

"Ya udah. Hari ini jangan begadang, siapin stamina, besok pagi kamu udah harus ke bandara." Ujar kak Dylan.

Woww tak seperti biasanya kak Dylan perhatian gini ke aku. Biasanya dia cuek bebek minta ampun. Hari ini kenapa tumben sekali ? Apa mungkin karena ia sudah lama tidak bertemu dengan adik kecilnya yang tercinta ini ?

"Okay sir. " kataku sambil mengancungkan jari jempol.

"Siap-siap aja untuk kejutan besok my little sister." Kata kakakku yang langsung diputus olehnya

"K-kak ? Halo ? Are you still there ?" Sepertinya ia memang benar-benar sudah mematikan telfonnya. Aneh.

What ? Kejutan ? Memangnya aku besok ulang tahun ? Seingetku ulang tahunku masih lama. Ulang tahunku kan bulan Desember bersamaan dengan hari raya natal. Terus maksudnya kejutan itu apa ?

Ah sudahlah. Aku pun langsung memakai piyama, mematikan lampu dan bergegas tidur.

------

Author POVE

Keesokan harinya pesawat Diana sudah mendarat di Bandara Soekarno Hatta di Jakarta. Diana langsung menelfon kakaknya dan memberi tahu lokasinya.

"Halo kak aku udah nyampe. Kakak dimana ?" Tanya Diana sambil clingam clinguk mencari batang hidung kakaknya.

"Kakak lagi di starbucks. Cari kakak disana ya." Kata Dylan .Diana pun langsung bergegas bersama kopernya yang sudah sangat berat menuju starbucks.

'Sialan. Kenapa mesti aku yang mencarinya? Kan seharunya dia yang mencariku. Dasar. Punya kakak cowok tapi gak bisa diandalkan sama sekali. ' gumamnya

Akhirnya setelah beberapa lama terlihat laki-laki memakai topi putih bergambar baseball dan memakai kacamata yang duduk disudut ruangan.' Woww sudah lama sekali aku tidak bertemu dengan kakakku itu.' Gumam Diana

Terlihat beberapa wanita mencuri-curi pandang dengannya. Wajar saja dia memang tampan sekarang. Perasaan dulu waktu Diana pertama kali pergi kuliah wajahnya tidak seperti ini. Dan perasaan dulu kakaknya tidak memakai kacamata. Apa mungkin sekarang matanya minus? Ato Apa mungkin inikah yang disebut efek puberty?

"Ehemm" deham Diana sambil langsung melirik ke arah lain.

"Eh ternyata udah disini my little sisterku." Kata Dylan yang langsung berdiri dan menatap Diana.

"Hehee kakak kok berubah ya ? Tambahh..." ujar Diana sambil mengedip ngedipkan matanya.

"Tambah apa ?" Tanya Dylan sambil menaikkan alisnya yang tebal itu.

"Ganteng." Bisik Diana di telinga Dylan. Tampaknya Diana berusaha untuk menggoda kakaknya itu. Sadar akan hal itu Dylan langsung memukul kening adiknya.

"Aduh.. sakit kak." Rintih Diana sambil memegangi dahinya.

"Kamu ya. Udah berani nakal!!!" Kata Dylan yang langsung mengambil koper Diana dan menuju tempat parkiran mobil.

Terlihat semua mata wanita memandang ke arah Dylan dan Diana. Wajar saja mereka seperti sepasang kekasih. Sebab Diana sempat mendekatkan wajahnya ke Dylan. Jadi wajar mereka beramsusmi seperti itu.

"Kan gara-gara kamu sih. Semua orang jadi ngeliatin kita. Dasar." Kata Dylan langsung memasang muka cemberut.

"Yee suka-sukaku dong. Lagipula wajar kan kakak adik yang sudah lama tidak bertemu seperti itu ?" Goda Diana sambil memincingkan senyumnya

Dylan hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalnya dan tak menggubris adik kecilnya itu. Ia pun langsung membuka bagasi mobil dan memasukkan koper Diana ke dalam.

Didalam perjalanan Dylan hanya bisa diam dan mendengarkan adiknya yang tiba-tiba menjadi sangat cerewet. Diana mulai menceritakan kesan-kesannya selama ia di Prancis dan bagaimana studynya disana. Dan bagaimana style dan mode busana di Prancis yang benar-benar sudah sangat menghipnotis matanya itu.

Sesekali ia menggoda kakaknya dengan menanyakan apa ia sudah punya pacar apa belum. Kakaknya paling lemah kalau ditanya soal ini. Karena Diana sempat mendengar dari mama kalau kakaknya baru saja putus dari pacarnya tiga bulan lalu.

Dylan hanya bisa diam hanya menatap jalan didepannya dan fokus menyetir ,hanya sesekali menatap adiknya. 'Sialan. Mom pasti sudah memberitahu Diana soal putusnya gue sama Jessi.' Gumamnya. Mamanya memang tergolong ember jadi segala masalah Dylan , Diana pasti akan mengetahuinya.

"Kak Dylan ngomong dong, diem aja dari tadi. Serasa ngomong sama batu jadinya." Ucap Diana sambil menggerutu.

Dylan hanya melirik sekilas adiknya dan berkata "Kalau kakak bicara , kamu bakalan kaget. Mending sekarang kakak simpan dulu rahasianya." Ucap kakaknya

Diana yang tak mengerti maksud kakaknya hanya bisa menatapnya bingung.

"Rahasia ? A-apa maksud kakak?"tanya Diana penasaran

"Nanti kamu juga bakal tahu." Jawab Dylan sambil mengedipkan mata kirinya ke arah Diana.

Hi this is the third chapter. Hope you like it. Mohon vote dan sarannya. Makasi 😁😀

Beating HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang