Dearest Friend

3K 177 4
                                    

Author: alamandatalia


***


"Lucky i'm in love with my best friend."

***

Alfian dan Alfina sudah bersahabat sejak kecil. Bahkan mereka lahir di hari yang sama. Mereka sudah bersahabat 17 tahun lamanya. Ya, hanya sahabat. Tidak lebih, tidak kurang.

Sebenarnya, Alfian sudah lama memendam rasa terhadap Alfina. Sejak mereka duduk di bangku SMA. Tapi, ia tak pernah berani mengutarakannya. Ia terlalu takut. Takut nantinya Alfina malah menjauhinya.

Klise, jatuh cinta pada sahabat sendiri.

***

Alfian mendatangi kelas Alfina karena hari ini mereka janji pulang bareng. Iya, mereka memang beda kelas. Alfian sudah sampai di kelas Alfina, dan mendapati Alfina yang sedang terlelap. Di sampingnya, ada Manda--sahabat Alfina--yang sedang berusaha membangunkannya.

"Eh, ada Alfian. Bangunin si Alfina dong, gue udah di telfon nyokap suruh disuruh pulang," pinta Manda sambil membersihkan barangnya. Alfian mengangguk, "oke!"

"Gue duluan ya, bye."

Alfian yang sejak tadi hanya berdiri, kini duduk di bangku yang tadi Manda duduki. Dia menatap wajah Alfina yang sedang terlelap. "Fin," panggilnya namun tak ada sahutan ataupun gerakan.

"Fin."

"Mmm iya Manda ntar ya 5 menit lagi."

"Heh mancung, ini gue Alfian," balas Alfian sarkas. Alfina memang mempunyai hidung yang pesek, tapi Alfina selalu marah apabila dikatai 'pesek'. Jadi, Alfian memanggilnya 'mancung' walaupun terdengar menyindir.

"Tumben lo pedes gitu ngomongnya, Man."

Alfina membuka perlahan matanya lalu merapikan barangnya. Dia belum sadar kalau orang yang disebelahnya ini adalah Alfian. "Ayok Mandaa." Alfina mulai menaikkan tasnya di punggung dan hendak berdiri. "Eh, ada Alfian--" ucapannya terputus lalu...

"KOK ALFIAN?"

"Santai buk."

"LO NGAPAIN DISINI? LAH UDAH JAM SEGINI LAGI, MANDA MANA?"

"Pulang."

Alfina melongo tak percaya.

"Heh, malah melamun." Tangan Alfian melambai-lambai di depan wajah Alfina. "Ayok, pulang. Keburu sore nih, ntar gue kena siraman kalbu sama nyokap kalo pulang kesorean," jelasnya.

"Dih, anak mami."

"Nyokap gue perhatian itu namanya."

"Ngeles aja lu."

"Udah ah buruan." Alfian menarik tangan Alfina sehingga perempuan itu jalan dengan terseret-seret.

"AL! GAUSAH NARIK-NARIK BISA GAK?" Protes Alfina lalu berusaha menyentakkan tangannya. Alfian kemudian berhenti melakukan aksinya, lalu menoleh ke belakang tempat dimana Alfina berdiri.

"Lo lupa ya, kita hari ini janjian pulang bareng?"

Alfina menepuk jidatnya. "OH IYA! Sorry, gue lupa."

"Yee dasar si mancung! Yok pulang."

Alfian dan Alfina kemudian berjalan melewati koridor-koridor kelas. Sekolah sudah mulai sepi. Hanya tersisa beberapa murid saja.

***

Sesampainya di parkiran, Alfian naik ke atas motornya dan memberikan helm untuk Alfina. Alfian sengaja membawa 2 helm agar Alfina bisa memakainya. "Nih, helm."

Kumpulan One ShotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang