^_^9^_^

8.1K 346 7
                                    

Suara tembakkan pada pesta malam itu menggema, membuat semua mata tertuju ke arah sosok gadis yang terbalut dress berwarna putih berdiri menahan sakit. "Arreeeeeeeeeel"rafa berteriak sambil berlari ke arah arrel. Terlihat arrel memegangi perutnya yang terkena tembakan, perlahan dirinya tidak mampu menahan rasa sakit akhirnya tubuh arrel terhempas kedalam kolam renang.

Sontak rafa menceburkan diri ke dalam kolam renang, di dekapnya tubuh arrel kedalam pelukannya hingga ia sampai ke tepi kolam renang. Vivy sontak menangis melihat keadaan arrel, tapi ia tidak diam saja ia segera malukan apa yang dia bisa untuk menyelamatkan arrel. Segera ia menyuruh asril menelfon ambulance sedangkan ia terus berusaha mencegah darah arrel keluar, vivy memanfaatkan ilmu yang sempat ia pelajari saat ia kuliah di fakultas kedokteran dulu.

"Arrel bertahanlah ku mohon"vyvi menangis.

***

Kini arrel sudah berada di ruang operasi. Semua menunggu dengan cemas, tidak terkecuali rafa ia terlihat sedang berbicara dengan seseorang.

"Cari tau semua yang terlibat dalam penembakan ini, tak kan ku beri ampun mereka"ucap rafa dengan emosi menggebu.

"Baik tuan"ucap pria berpakaian hitam di hadapan rafa.

Tidak lama seorang dokter keluar dari ruang opesrasi. "Maaf ia kehilangan banyak darah, dan untuk sekarang kami kehabisan stock darah AB, apa di sini ada yang bisa membantunya?"ucap sang dokter.

Mereka saling menatap dan hasilnya tidak ada satu pun diantara mereka yang bergolongan darah AB. Tetapi sesaat vivy terlihat sedang berfikir.

"Satu-satunya cara kita harus menghubungi ayahnya"vivy memberi ide.

"Tunggu apalagi cepat hubungin dia"ucap rafa tidak sabar.

Vivy dengan tangan bergetar memegang gadgetnya.

"Hallo, permisi saya ingin bicara dengan pak surya"

"Maaf tunggu sebentar pak surya sedang ada rapat mohon tunggu sekitar 10 menit lagi"ucap seorang lelaki berumur sekitar 40 tahun.

"Aku tidak bisa menuggu Ku mohon beritahu pak surya anaknya sangat membutuhkannya saat ini, arrel ia baru saja tertembak dan saat ini ia kritis"vivy menangis memohon.

"Arrelia... baiklah akan segera ku beri tahu"

Terlihat sekertaris tadi memasuki ruang rapat dengan terburu-buru, reflek semua orang menoleh padanya tidak terkecuali seorang surya pratama.

"Maaf tuan ada seseorang yang menelfon dan ingin bica.."

"Kau tau aku paling tidak suka ada yang menggangguku saat rapat"pak surya memotong perkataan sekertaris tadi.

"Tapi ini pent..."

"Sepenting apapun itu? ku mohon Keluar dari sini bagas"pak surya lagi-lagi memotong.

"Arrel membutuhkan anda, saat ini dia sedang kritis, apa tuan ingin kehilangan anak anda sekali lagi?"teriak bagas tidak peduli ia tengah berbicara di hadapan atasannya.

Seketika pak surya membeku.

"Rapat selesai, bagas siapkan jet pribadiku"pak surya langsung meninggalkan ruang rapat.

Kembali ke suasana rumah sakit, semua menunggu dengan sangat cemas. Tidak berselang setengah jam terdengar seseorang berlari mendekati mereka.

"Arrel bagaimana keadaannya?"tanya pak surya panik.

"Ia kehilangan banyak darah, dan untuk saat ini hanya om surya saja yang dapat membantu"ucap vivy lemah.

Segera setelah pak surya tahu ia menghampiri sang dokter.

"Saya akan mendonorkan darah saya untuknya dok"ucap pak surya tegas.

"Tuhan selamatkan anakku ku mohon"batin pak surya saat dokter mulai mengambil darahnya.

Akhirnya arrel telah melewati masa kritisnya, mereka sangat bahagia mendengar hal itu, sekarang arrel telah di pindahkan keruang rawat inap, asril pun sekarang membawa pulang vivy untuk beristirahat karena kondisinya menjadi lemah akibat kelelahan menangis. Sekarang tinggallah pak surya dan rafa bersama arrel.

"Apa kau benar-benar mencintainya?"tanya pak surya kepada rafa dengan tetap menatap arrel yang belum sadar.

"Yaa aku sangat mencintainya, walaupun ia tidak akan membalas cintaku tapi aku akan tetap mencintainya, menjaganya dan membuatnya bahagia"rafa tertawa miris.

"Saya juga sangat menyayanginya, saya ingin sekali menjaganya, melindunginya dan menjadi seorang ayah yang baik untuknya tapi saya telah gagal menjalankan semua itu"lirih pak surya dengan mata berkaca-kaca menatap arrel. Pak surya menahan air matanya, ia tidak ingin terlihat lemah, oleh karena itu untuk menutupi kesedihannya ia pergi dari kamar arrel. Tersisalah hanya rafa yang menemani arrel, rafa terus saja menatap arrel dengan menggenggam tangannya.

"Heyy kamu harus kuat, ku mohon sadarlah, kau ingat kita sudah mengatakan kepada orang-orang bahwa kita akan bertunangan apakau setega itu mau meninggalkan tunanganmu ini? Mmm...atau kau memang tidak ingin bertunangan denganku? Nggak papa setidaknya kamu sadar dulu, kau sangat mencintai yogi bukan?! Maka dari itu sadarlah, aku mencintaimu rel aku nggak bisa melihat kamu seperti ini setidak jika kau sadar dan memilih tetap mencintai yogi itu tidak apa-apa biar aku saja yang merasakan sakit"ucap rafa menangis dan terus menciumi tangan arrel.

Perlahan jari tangan arrel begerak, rafa yang menyadari hal itu sontak terkejut.

"Rel...arrel kamu sudah sadar?"

Arrel mulai membuka matanya, dan berusaha melepas alat bantu pernapasan yang terpasang di wajahnya.

"Heyy rafa kenapa kamu menangis seperti itu aku kan udah nggak papa"ucap arrel tersenyum. Rafa sontak memeluk arrel dan menangis bahagia.

"rafa kalau seperti ini aku akan pinsan lagi karna nggak bisa nafas"ucap arrel terkekeh.

"Mmm...maaf..maaf hehehe"rafa melepas pelukannya dan tersenyum malu.

Arrel mencoba untuk duduk tapi tiba-tiba ia meringis menahan sakit di perutnya, rafa membantunya dengan cemas.

"Loh raf, kamu belum ganti baju dari semalem?"tanya arrel melihat keadaan rafa yang acak-acakan. Rafa mengagguk lalu mengusap tengkuknya.

"Ya udah raf sekarang kamu istirahat aja, aku kan udah baikkan, oh iya raf thanks banget kamu udah mau bantuin aku lagi"arrel tersenyum tulus.

"Sudah tugasku tuan putri untuk menjagamu"balas rafa diiringi tawa.

"Ya sudah tunggu aku 30 menit hmmmm 20 menit mmmm..nggak..nggak..tetep di sini aja deh"rafa berencana untuk berpamitan.

"Rafaa...aduhh.."arrel tertawa hingga membuat bekas operasi jahitan pelurunya terasa nyeri.

"Kamu nggak papa?"rafa mendekati arrel.

"Hahahaa nggak..nggak papa, sana kamu bau aseem tau, udah pulang gih"arrel mencubit hidung rafa sambil tertawa. Rafa menuruti perkataan arrel, perlahan tubuh rafa menghilang di balik pintu, terlihat arrel seperti sedang berfikir.

'Dia sangat baik, seharusnya sudah waktunya aku membuka hatiku untuknya dan belajar untuk melupakan yogi karna aku tahu rasanya mencintai tanpa dicintai,pasti aku sudah menyakitinya selama ini,kau bodoh arrel sudah menyianyiakannya, 'batin arrel menyesal.

Suara pintu di buka membuyarkan lamunan arrel, melihat sosok lelaki tua yang berdiri di pintu perlahan mata arrel memerah. Semua kenangan menyakitkan kembali terbayang layaknya sebuah film.

Maaf baru bisa update, thanks buat kalian yang masih setia nunggu kelanjutan ceritaku yang aneh ini bagi vote and comment nya dungs, Ma'aciww :*






CEO coupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang