One Death

94 11 1
                                    


Francisco dan Annisa pergi bersama. Sesampainya di apartement annisa, mereka berbincang bincang bagaimana kehidupan mereka masing masing serta pengalaman yang mereka jalani selama ini.

*********

Annisa datang ke sekolah seperti biasa dengan tampangnya yang bisa di bilang culun dengan kaca mata khasnya dan headset yang selalu ia kenakan setiap pagi.

Hari ini dia jalani seperti hari hari sebelumnya. Tetapi ada yang berbeda dengan suasana sekolah hari ini, membosankan.

Hari ini theresia, musuh bebuyutan annisa tidak masuk sekolah. Theresia dan ayahnya akan menguburkan ibunya yang dikabarkan meninggal pada kemarin malam.

'Flashback on'

Annisa mulai mengemasi barang barangnya. mengemas satu per satu alat yang akan dipakainya untuk menyiksa seseorang yang akan menjadi korbannya kali ini kedalam tas gendong kecil agar mudah di bawa. Dilihatnya jam yang melingkar di tangannya menunjukkan pukul 07:00 PM.

"Theresia, gue mau tau gimana perasaan lu saat ngeliat orang yang lu sayang mati gitu aja dengan mengenaskan" gumam annisa dengan menunjukkan senyum miringnya.

Annisa mengendarai mobilnya dengan cepat. Hanya butuh waktu 5menit saja dia sudah sampai di depan rumah theresia walau jarak antara apartemen annisa dengan rumah theresia sangat jauh.

Annisa memarkir mobil miliknya dan keluar dari sana. Ia berjalan melewati halaman rumah theresia yang cukup luas.

Tokk tokk tokk..

Annisa mengetuk pintu rumah theresia perlahan sampai ada yang membukakan pintu tersebut. Dilihatnya wanita yang cantik dan stylenya yang cukup trendi menandakan bahwa orang tersebut adalah ibunya theresia.

"Tidak salah lagi dia orangnya" batin annisa.

"Em. Maaf, adek ini siapa ya?" Tanya ibu theresia dengan nada lembutnya.

"Kenalin bu, saya annisa. Teman sekelasnya theresia" balas annisa sambil tersenyum. Senyum yang di paksakan lebih tepatnya.

"Ohh gitu. Ada keperluan apa ya adek annisa sampai datang kesini?"

"Saya ada perlu sama theresia bu. Apa theresianya ada?"

"Tere lagi ada janji dek sama temennya juga. Katanya mau ada acara makan makan sama temen temennya"

"Ohh gitu ya bu. Yaudah deh bu saya pulang aja. Mungkin lain kali aja saya ketemunya"

"Iya dek. Heh jangan pulang dulu, kamu kan baru sampe. Sini masuk dulu, ibu bikinin teh manis"

"Gak usah bu. Saya gak mau ngerepotin"

"Gak ngerepotin kok dek. Sini ayo masuk dulu"

Ibu theresia menarik tangan annisa menyuruhnya masuk ke dalam rumah.

"Bagus, waktu yang tepat" batin annisa senang.

Annisa berjalan sambil melihat lihat ke sekitar, dilihatnya lemari kaca yang di penuhi barang barang antik milik keluarga theresia.

Annisa melepaskan tangannya dari genggaman ibu theresia dan mendorong tubuh wanita itu sampai dia terjatuh ke lantai.

"Aduh dek, kamu apa apaan sih bikin ibu jatuh gini" ucap ibu theresia kesal.

Annisa hanya menunjukkan senyum miringnya. "Oh ibu mau marah? Saya belum aja mulai".

'Brukk'

Annisa menendang kepala ibu theresia dengan kencang hingga wanita itu pingsan. Dengan mudahnya darah keluar begitu saja dari hidungnya membuat bercak dilantai.

*********

Ibu theresia terbangun dari tidurnya. Betapa terkejutnya dia saat melihat dirinya telah terikat dan tergeletak begitu saja di lantai dengan mulut yang di tutupi dengan lakban.

"Oh sudah bangun, cepat juga" ucap annisa dengan alis yang dinaikkan.

Annisa menjambak rambut wanita itu dan menyeretnya sampai ke dapur. Ditariknya rambut wanita itu kuat kuat. Kini posisi wanita itu tengah terduduk. Ditendangnya wanita itu sampai ia menyentuh dengan tembok.

Tess..

Setetes air mata menetes melewati pipi ibu theresia. Semakin lama semakin banyak air mata yang mengalir.

"Kenapa? Ibu takut sama saya?"

Annisa berlutut di depan ibu theresia, dia mengangkat dagu wanita itu. Annisa menatap wajah ibu theresia dengan senyum miringnya membuat wanita itu semakin mengeluarkan air matanya degan hebat. Annisa mengeluarkan sebuah benda dari dalam tasnya, dia mulai memainkan pisaunya di atas leher ibu theresia. Sayatan demi sayatan mulai annisa luncurkan.

Annisa tersenyum lebar, pisau di tangannya kini sudah menancap sempurna kedalam leher wanita itu. Dilihatnya darah segar mulai keluar dari lubang yang baru ia buat, membasahi pakaian yang ia kenakan.

"Ini baru saja di mulai, nikmati saja saat saat terakhir mu" ucap annisa dengan senyum lembut yang menghiasi wajahnya.

Ibu theresia hanya bisa meringis dan menangis dengan perlakuan yang di lontarkan oleh annisa.

Annisa menjalankan pisaunya kesamping perlahan mulai merobek leher wanita itu. Semakin banyak darah yang mengalir hebat, hingga akhirnya ibu theresia menghembuskan nafas terakhirnya.

Annisa menatap korbannya yang sudah tidak bernyawa lagi, dia melihat jam di pergelangan tangannya menunjukkan pukul 09:00 PM. "Selesai" ucapnya puas.

*********

Theresia membuka pintu rumahnya dengan wajah yang ceria. "Ibu, aku pulang" ucapnya sambil melangkahkan kakinya kedalam rumah.

Senyum di wajahnya lenyap begitu saja saat dilihatnya bercak darah dilantai. "Ibu? Ibu dimana?" ucapnya dengan nada takutnya. Perlahan air matanya menetes melewati pipinya, diikutinya bercak darah itu sampai ke depan pintu kulkas. Dengan ragu dia pun memberanikan diri untuk membuka pintu kulkas itu.

Betapa terkejutnya theresia saat melihat ibunya mati dengan tubuh yang terpisah dengan kepalanya. Theresia berteriak histeris dan segera berlari keluar rumah. Dia tidak dapat menahan tangisannya lagi.

Theresia merogoh saku roknya mengambil handphonenya. Diketiknya beberapa nomor dan menempelkannya di telinga.

"Halo ayah? Hiks hiks" ucap theresia setelah tersambung dengan nomor ayahnya.

"Iya ada apa nak? Kenapa kamu menangis?" tanya ayahnya khawatir dengan putrinya.

"Ayah.. cepatlah pulang. Aku takut"

"Kamu kenapa nak? Iya ayah akan segera pulang"

Theresia memutuskan sambungan teleponnya. Tangisannya sudah tidak bisa ia hentikan lagi sampai dia jatuh terduduk di depan rumahnya sendiri. Dia masih tidak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya tadi.

Annisa tersenyum lebar. Terlihat wajahnya yang berseri seri mengatakan kemenangannya saat melihat theresia dari dalam kaca mobilnya yang tidak jauh dari tempat theresia menangis.

"Ini baru awalnya aja. Lihat kejutan apa lagi yang bakal gue kasih" gumam annisa dengan menaikkan alisnya.

Annisa menjalankan mobilnya menuju apartemennya. "Malam yang menyenangkan" ucapnya setelah sampai di apartemennya. Annisa berdiri di depan kaca kamarnya, dilihatnya dirinya yang dilumuri dengan begitu banyak darah "kerja bagus".

'Flashback off'

*********

Francisco menepuk pundak annisa yang sedang berjalan pulang. Annisa melirik francisco dengan tatapan datar.

Wow gimana pendapat kalian dengan chapter yang satu ini? Maaf kalo ceritanya gak nyambung alias ngaco. Maaf juga kalo ada banyak typo. Tunggu aja cerita selanjutnya. Tapi jangan bosen ya buat voment cerita aku ini okey.

Revenge MissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang