The Atmosphere In The Hospital

40 3 0
                                    


Buk! Prang!!

"Sialan! Apa?! Dad?! Ngebunuh orang tua annisa?! Dasar kurang ajar!" gerutu eka dalam kamar mandi setelah ia memukul kaca di depannya hingga kaca itu pecah membuat punggung tangannya mengeluarkan darah "Bukan cuma mum yang suka di siksa dad, bahkan orang lain juga. Kenapa gue harus jadi anak dari dad brengsek itu hah?!" teriaknya pada dirinya sendiri di depan kaca yang sudah jadi berkeping keping.

Eka saat ini sedang berada di kamar mandi, meninggalkan annisa dan francisco. Tidak ingin menguping lebih banyak lagi, setelah eka tau bahwa ayahnya lah yang telah membunuh orang tua annisa. Eka langsung pergi dan sangat amat marah pada ayahnya sendiri. Karna ayahnya juga yang selalu menyiksanya dan menyakiti ibunya, itulah sebabnya mereka bercerai.

Dengan perasaan eka yang kacau, ia memutuskan untuk kembali ke dalam kelas. Jam pulang akan di percepat karna para guru yang masih sibuk rapat. Saat berada di depan kelas, eka membuka pintu kelasnya dan melangkah menuju tempat duduknya. Tanpa di sangka annisa sudah berada di sana terlebih dulu. Eka berusaha bersikap tenang meski sudah mengetahui kebenaran tentang annisa, memilih untuk diam dan pura pura tidak tau.

Annisa menatap eka bingung, tidak biasanya dia bersikap seperti ini. Eka yang biasanya bawel bukan main jadi lebih pendiam. Annisa juga terkejut saat melihat tangan eka yang di penuhi dengan darah. Setelah eka duduk di kursinya, annisa mulai angkat bicara.

"Nih, tangan lu berdarah" ucapnya pada eka sambil menyodorkan saputangannya.

Eka hanya melihat saputangan milik annisa tanpa berniat mengambilnya "Gak usah, gue gak papa" elaknya padahal rasanya perih dan sakit.

"Oh yaudah, gue sukurin kalo nanti tangan lu sampe infeksi dan harus di amputasi" balas annisa jengkel karna kebaikannya di tolak.

"Lu nyumpahin gue? Y-yaudah sini sini" ucap eka kesal tapi tetap mengambil saputangan annisa dan mulai mengelap darah ditangannya "Gue pinjem dulu, bakal gue balikin kalo udah gue cuci" lanjutnya lagi masih dengan kefokusannya mengelap lukanya.

"Gak perlu dibalikin, buat lu aja" balas annisa yang sedang memakai jaketnya.

"Kenapa? Ini kan punya lu" ucap eka yang terhenti dengan aktifitasnya.

Kringg.. tanda bel pulang sekolah berbunyi

"Lu lebih ngebutuhin itu di banding gue" balasnya setelah ia memakai tas dan mulai melangkah keluar kelas.

Eka hanya diam melihat kepergian annisa dan memegang erat saputangan pemberiannya.

"Eka! Lu ikut kita ya, jenguk theresia di rumah sakit" ucap nesta pada eka.

Eka menoleh melihat nesta yang sedang bersama acil "Gak mau, gue gak mau jadi orang ke tiga di antara lu berdua" ucapnya dengan kesal.

"Oy kita mau jengukin theresia, jahat banget lu ada temen yang sakit tapi gak di jenguk" celetuk acil memarahi eka.

"Hehe iya iya gue ikut, emang theresia sakit apaan sih?" tanya eka sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Acil menatap nesta yang menundukkan kepalanya "Sebenernya.."

"Ayah theresia baru aja meninggal kemarin, pasti theresia stess dan depresi. Makannya kita jenguk supaya keadaannya membaik" lanjut nesta menundukkan kepalanya tapi dengan cepat ia mengangkat kepalanya dan tersenyum pada acil dan eka.

"Yaudah iya gue ikut" ucap eka pasrah dari pada di ceramahin terus sama acil juga nesta.

"Yosh! Langsung aja ya" kata nesta girang sambil melangkah keluar kelas diikuti acil dan eka tetapi langkah nesta terhenti saat tangannya di tahan oleh seseorang di depan pintu kelas.

Revenge MissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang