"Ares,, persiapkan diri kamu besok untuk ke sekolah baru" kata prasetya yang selalu membincangkan masalah kepindahan sekolah ares.
"Pa,, gak ada topik lain apa selain Sekolah- Sekolah?"
"Tidak bisa nak,, Pendidikan itu penting. Papa ingin semua anak papa punya masa depan yang bagus. Papa gak mau kamu jadi pengangguran" setelah ucapan papanya tadi ares gak bisa berkata-kata, hanya hening. Dalam pikiran ares tersangkut bayangan imajinasi. Seraya memikirkan bahwa seorang lelaki harus menjadi pemimpin. Bagaimana ia memimpin untuk keluarganya nanti kalau memimpin dirinya menjadi lelaki tangguh aja belum bisa----
"Iya. I know. Tapi pa,, aku gak ingin apa yang ada di otak ku selalu pekerjaan dan pekerjaan. Just wasting time" dengan bahasa yang diperjelas menyindir prasetya.
"Tapi res,, papa kerja juga buat untuk kamu, untuk nafkahin keluarga kita. Kalau papa gak kerja, kalian hidup bagaimana? Siapa yang kasih kalian nafkah? Kamu sudah besar nak, cobalah pikir ke masa depan"
"Ada waktunya buat menguruskan pekerjaan, tapi berkumpul dengan keluarga lebih berarti buat aku!! Saat mama keadaan kritis aja papa masih mementingkan kerjaan daripada isteri sendiri. Apa itu dinamakan pria sejati?" Dengan sigap prasetya memukul meja dan melotot ke arah anak sulungnya itu. Ares yang menatapnya bukannya merasa bersalah malah memasang muka yang makin menyindir. Tangan kanan prasetya serasa ingin menampar anak lelakinya yang kurang ajar atas ucapannya itu. Tapi tamparan yang ingin dijatuhkan ke pipi ares tidak berhasil karna mendengar suara aurel yang baru saja pulang dalam kondisi mabuk.
"Haii papa,, selamat malam" kata aurel yang mulutnya tercium bau alkohol. Malam ini aurel baru pulang dari club bersama teman ganknya di sekolah. Seperti halnya dengan ares, aurel juga sama liarnya. Pergaulan yang berujung kerusakan jati dirinya.
Apa mungkin prasetya kurang cekatan mengurus kedua anaknya yang sudah dirusak jati dirinya karna salah pergaulan???
"Aurel pasti kamu mabok lagi?" Ucap prasetya sambil menutup hidungnya karna tak tahan dengan aroma alkohol.
"Pa,, kenapa sikap aurel sekarang sama liarnya seperti aku? Aku bilang apa! Papa gak becus ngurus anak kan? Bagi papa bisnis dan segala pekerjaan apalah itu lebih penting. Pa,Aku gak mau jati diri aurel ikut hancur. Cukup aku aja yang hancur" setelah berucap dengan kata kasar untuk prasetya, penyakit jantung prasetya langsung kambuh. Tapi ares gak peduli itu bahkan dia gak sudi menolong papanya yang sudah terkapar di lantai. Ares malah membawa adiknya ke kamar. Aurel tak sadarkan diri karna efek minuman alkohol.
Sungguh keluarganya benar-benar hancur berantakan. Pikiran ares mulai kacau dan lemas tidak bertenaga. Seharusnya, dengan kembalinya ia ke indonesia, ia sangat berharap keluarga kembali seperti dulu, dengan satu kata HARMONIS.
*dering hp*As you are dari hp milik ares. Dia langsung mengangkat panggilan telpon yang terpampang nama 'Andi' di layar hpnya.
"Hallo..."
" What?"
" Eh ares?? Gimana kabar lo? Masih ingat sama gue kan?"
"Hahaha lo andi kan? Bocah ingusan yang sama seperti gua. Haha"
"Kampret.... Eh gimana kabar lo? "
"Fine. You?"
" Woi jangan pake sok inggris deh, mentang-mentang sekolah di london"
" Calm my bro!! Lo sehat kan ndi? Gimana masih ingusan seperti dulu?"
"Kampret!! Gak usah ungkit yang dulu. Gue sekarang mah beda. Gue udah ganteng nih. Kasih selamat dong"
KAMU SEDANG MEMBACA
Untukmu Yang Tertulis Di Lauhul MahfudzNya
Novela JuvenilAt frist,, I changed my attitude couse you but that word is mistake, but I must changed because Allah... - Ares Alvaro- Ya Allah,, awalnya Aku mengira dia jauh dari kesempurnaan dan jauh apa yang aku idamkan tapi pikiranku salah. Mungkin Karna skena...