chapter 8

309 23 1
                                    


Sekarang prilly sudah berada dimana ia harusnya bekerja. Melayani orang pacaran. Eh ralat, maksudnya melayani pasangan yang memesan tetapi kebanyakan anak muda yang berpasangan, gitu maksudnya.

Author jadi pengen*lah

Prilly bekerja sampai nanti jam 8, biasanya kalau lagi tidak ada keperluan dia akan pulang sampai jam 9 dengan ojek langganannya atau angkutan umum lainnya. Ini karena ada keperluan untuk mempelajari soal-soal yang sudah pernah diberikan gurunya untuk olimpiade, jadi dia pulang jam 8.

Tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya "Prill, ChocoRilla Frappucino nya 4 ya"

Prilly yang kaget pun menjawab dengan gugup "eh- ya, iya"

"Jangan bengong mulu makanya, mbak" ejek Evan teman prilly bekerja.

Evan adalah salah seorang lelaki yang dekat dengan prilly. Memang, Evan orangnya suka bergaul dan itu membuat teman obrolannya nyaman, sama seperti prilly.

Kisah Evan tidak jauh lebih dengan dirinya. Evan sebenarnya adalah anak dari pengusaha yang dibilang cukup terkenal. Kalau kalian tanya mengapa Evan harus bekerja dan di tempat seperti ini, itu karena katanya dia merasa dijual.

Dulu Evan mau dijodohkan dengan teman ibu-nya, padahal Evan belum tahu yang akan dijodohkan itu siapa. Soal perjodohan itu dikarenakan juga umur Evan yang sudah menginjak kepala dua, yaitu 22 tahun. Tetapi Evan menolak karena iya sudah mempunyai pasangan sendiri. Evan dan kekasihnya sudah menjalin hubungan saat kelas 2 SMA. Mereka backstreet.

Lalu, Evan kabur dari rumah saat malam harinya. Ia kabur dibantu oleh sahabatnya. Semua barang-barang di kamar Evan yang dulu pun sekarang sudah bersih, tidak ada satu-pun barang yang tertinggal. Barang-barangnya dibawa pindah secara berangsur-angsur, saat orang tuanya kerja.

"Ya, orang lagi mikirin olimpiade nanti" jawab prilly santai, sambil meracik minuman tersebut.

"Oh iya, lo olimpiade mau gue anter gak?" tanya Evan sambil membereskan meja dapur cafe.

"Nggak deh, kan ini dari sekolah pasti nanti pake mobil sekolah"

"Ohh gituu.."

"Yoii" tandas prilly "nihh udah jadi, kasih orangnya"

"Nggak ah, lu aja"

"Dasar Evan jelek"

"Lo juga"

"Situ lebih" Evan terkekeh. Sambil membawa nampan, Prilly keluar dari dapur cafe menuju orang yang memesan minuman tadi.

Saat sudah sampai prilly terhenyak karna orang yang saat ini memesan adalah 2 orang yang ia kenal. Baru (kenal) lebih tepatnya. Tetapi 1 orang lagi, prilly belum mengenalinya. Cepat-cepat Prilly meletakan minuman tersebut, saat ingin kembali lagi, suara yang memanggil namanya membuat ia gugup.

"Neng Prilly ?"

***

"Aliii bangunn!!" suara teriakkan dari bawah menggema diseluruh ruangan.

"Apasih bik, tumbenan banget manggil pake nama. Teriak-teriak lagi." gerutu Ali sambil menaikkan kembali selimutnya sampai menutupi ujung kaki dan kepalanya.

Mama-nya yang sedari tadi teriak memanggil nama anaknya pun kesal, karena sang pemilik nama belum bangun juga.

"Kebo emang nih anak, kalo tidur" gerutunya sambil menaikki tangga.

Saat sudah sampai depan pintu kamar Ali, Rosallia atau Allia, 'nama kecilnya, langsung membuka knop pintu yang untungnya tidak di kunci.

"Arghhh.. Duh aduhh sakittt.. Ampunn" teriak Ali sambil memegang telinganya yang dijewer oleh Mamanya. Dan jeweran tersebut belum dilepas. Haha.

Happiness is SimpleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang