Prolog

6.2K 350 51
                                    

Kim Jongin, lelaki tampan, pintar, rajin, memiliki kulit tan yang berbeda dengan orang korea di sekitarnya tapi itulah yang membuat dia sangat mempesona, dan tentunya ia juga kaya. Semua poin yang bisa dibilang sempurna itu seluruhnya melekat pada dirinya.

Ayah dan ibunya, Mr.Kim dan Mrs.Kim adalah pengusaha terkenal di Korea. Siapa yang tak bisa mengenali anak tunggal dari keluarga Kim yang terkenal itu? Hampir di semua media wajah anak tunggal pewaris perusahaan Kim Coperation itu terpampang jelas. Wajahnya yang maskulin itu mampu memikat banyak perempuan diluar sana. Bahkan, berkat kesempurnaan dan pamornya itu ia sangat terkenal di kampusnya. Terdengar sempurna kan? Banyak wanita yang mengidolakannya, uang yang berlimpah, bahkan si jenius yang tak pernah dilupakan dalam setiap Olimpiade.

Namun, meskipun begitu ia adalah pemuda dengan hati yang hangat. Sehangat matahari. Jika kalian menebak ia adalah seorang anak pengusaha yang memiliki sikap arogan, sombong, dan dingin. Maka tebakan kalian salah besar. Nyatanya, walaupun ia terkenal luas di seluruh kalangan bahkan selalu dihormati, ia tak pernah suka berbuat seenaknya. Ia akan memilih bermain di panti asuhan bersama anak panti lainnya di hari liburnya, ketimbang balapan liar ataupun berpesta di klub. Satu hal yang perlu kalian ingat, jongin itu tak suka membuang uang orang tuanya dengan percuma. Ia akan memilih membeli banyak buku pelajaran dibandingkan membeli wine yang mahal sekalipun.

Pantas saja. Banyak sekali perempuan yang menyukainya dan mengidolakannya.
What a perfect Man, Right?

Dikampusnya, jongin bahkan memiliki nama julukan. Seluruh penjuru kampus memanggilnya dengan sebutan Prince Charming. Mereka bilang walaupun jongin itu kalem dan tak banyak tingkah namun entah kenapa auranya sangat memikat. Namun, dibalik itu semua jongin tak akan suka jika orang lain memujanya bak Dewa agung yang baru saja turun dari langit. Terlebih-lebih yang melakukan hal itu adalah temannya sendiri. Baginya, itu terlalu aneh dan berlebihan. Semua manusia memilik derajat yang sama dimata Tuhan. Sekalipun itu adalah orang nomor satu di negaranya. Begitu katanya.


Tahun ini adalah tahun ke 2 nya berkuliah. Jongin adalah anak jurusan hukum. Usianya lebih muda satu tahun dari semua teman satu angkatannya. Kenapa? Karena seperti yang sudah aku katakan, jongin itu anak yang jenius. Otaknya yang jenius itulah yang mampu membuatnya mengikuti kelas akselerasi dan lulus lebih dulu dari teman-teman sebayanya. Jongin kadang bersyukur atas kemampuan otaknya itu.

Ketika penerimaan mahasiswa baru di universitasnya tahun lalu, ia dapat mengenali dengan baik beberapa calon mahasiswa yang ternyata adalah teman-teman sekolahnya dulu. Walaupun mereka satu tahun dibawahnya ia tak akan memaksa mereka memanggil dirinya sebagai sosok sunbae yang harus mereka hormati. Hey, mereka itu seumuran dengan jongin, apa kalian pikir ini adalah drama Boys before flower dimana jongin disini harus dihormati dan dilayani? Heol!

Namun, jauh dari semua itu, jongin memiliki sebuah kekurangan. Biar bagaimana pun juga setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan dalam dirinya kan? Tak semuanya sempurna seperti yang terlihat. Seperti yang orang lain, jongin juga menyimpan suatu rahasia yang mungkin teman-temannya tak sadar. He is a good actor. Ia mampu menyembunyikan perasaan dan rahasianya dengan baik tanpa ada yang tahu.

'Hidupmu sungguh sangat membosankan tuan muda Kim'

Jongin memandang lekat-lekat memo kecil yang tadi ia temukan di atas meja nakasnya. Kemudian, dengan cepat ia meremas-remas memo itu menjadi gumpalan kecil dan membuangnya pada tempat sampah. Ia lantas bercermin pada kaca yang ada di meja riasnya. Wajah dengan kulit tan yang memiliki rahang yang tegas itu menatap pantulan dirinya dengan tenang. Tapi, jika diperhatikan lagi, rahang tegas lelaki itu mengeras menahan emosi. Kilatan pada kedua maniknya pun terlihat kosong.

TOK TOK

"Silahkan masuk" Dengan cepat, jongin mengubah mimik wajahnya saat seseorang memasuki kamarnya.

"Tuan, sup rumput lautnya sudah siap". Seorang dengan baju pelayan itu berucap dengan badan yang di bungkukkan. jongin memandang pelayan pribadinya dari pantulan cermin. Ya, jongin punya pelayan pribadinya sendiri. Orang yang sedang berdiri di samping pintu kamarnya itu adalah pelayan pribadi yang dimaksud. Pelayan pribadi yang juga memiliki misi khusus untuk menjaga jongin dari bahaya.

"Ah, baiklah. Aku akan segera turun"

Jongin berjalan mendekat. Tapi, baru beberapa langkah yang ia dapat jongin merasakan dunia sekitarnya berputar. Langkahnya terlihat sedikit sempoyongan.

"Akh"

"Tuan! Anda tidak apa-apa?!" Pelayan pribadinya yang berdiri di samping pintu kamar itu segera berlari menghampiri tuannya. Ia merangkul erat lengan kiri jongin dalam rengkuhannya agar tak terjatuh.

Jongin tak berucap apapun. Pemuda itu hanya memegangi kepalanya yang terasa berdenyut sakit dan sesekali merintih.

"Tuan? apa saya harus memanggil dokter Kim kesini untuk mengecek kondisi Anda?" Pelayan itu bertanya dengan nada khawatir. Alisnya mengernyit cemas menatap wajah tuannya yang berubah pucat.

Jongin menggeleng lemas. "Tak perlu. Aku baik-baik saja" ucapnya dan mendudukkan dirinya dipinggir kasur king sizenya sembari pelayan pribadinya membantu jongin untuk duduk. "Apa 'dia' melakukannya kemarin ?" Jongin bertanya dengan ambigu. Pelayannya mengangguk ragu menjawab pertanyaan jongin, ketika tahu ke arah mana pembicaraan jongin saat ini. Jongin mendesah lelah melihat anggukan kepala pelayannya.

Kenapa 'dia' bisa menemukannya? Padahal ku pikir kemarin sudah aku letakkan di tempat yang tersembunyi.., pikirnya heran. Ia mencoba mengingat dengan keras tentang suatu hal.

"Maaf tuan. 'Dia' mengancam saya kemarin.." Pelayan pribadinya berucap dengan lirih. Jongin melotot horor mendengarnya

"Mengancam apa maksudmu ?!"

"Jika saya tak memberitahukan dimana letak benda itu yang anda sembunyikan, maka 'dia' akan membawa anda ke klub malam.." adu pelayannya dengan wajah gugup. jongin terdiam mendengar penuturan pelayannya itu.

"Jam berapa 'dia' muncul ?"

"Sekitar jam 8 malam, tuan."

Jongin kembali mendesah lelah. Ia mencoba merilekskan tubuhnya. Kepalanya saat ini berdenyut sakit. Jongin lantas memijat pelan pelipisnya.

"Apa saat itu ayah dan ibu sudah pulang?" tanyanya lagi.

"Belum tuan"

"Bagus. Tolong jangan beritahukan mereka apapun tentang kejadian kemarin dan hari ini" ucap jongin kemudian dan bangkit dari duduknya, setelah dirasa kepalanya sedikit ringan. Sang pelayan pribadi menjawab dengan penuh kepatuhan perintah dari jongin tersebut.




TBC or END?

Mau dilanjut hm?
Buat disana terima kasih sudah mengijinkan ku untuk meramake ff mu *tebar kecupan

One Person is Good, One Person is Bad (Kaistal Ver)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang