Part 2

2.5K 257 20
                                    

Jongin berjalan dengan santai melewati koridor kampusnya dengan tas abu-abu yang dipegangnya asal ditangan kanannya. Menyebabkan tas abu-abu itu bergelantungan bebas di atas permukaan lantai koridor kampus itu. Ekspresi wajah jongin tidak menampilkan ekspresi apa-apa, hanya wajah datar yang ia tunjukan.

Dengan mata yang berbeda sebelah.

Setelah berjalan beberapa menit, jongin berbelok ke arah kanan dan membuka pintu yang bertuliskan toilet pria. Jongin berjalan mendekati wastafel dan meletakkan dengan kasar tas abu-abu miliknya di atas wastafel. Pemuda itu lantas menyalakan keran air dan membasuh wajahnya. Rambutnya pun Ia basahi dan mengacak-acaknya.

DRRTT...DRRTT...

Mendengar handphonnya berdering, jongin menghentikan acara membasuhnya dan membuka resleting tasnya. Ia mengambil handphon berwarna putih yang bergetar itu dari dalam tas dan melihat layar screennya.

KIM JONGDAE

Jongin berdecih. Ternyata pelayan pribadinya yang meneleponnya. Tapi untuk sekarang, ia tak berminat mengangkat panggilan pelayannya itu, lalu jongin mematikan screen handphonnya dengan malas dan setelah itu ia melempar kasar handphonnya di atas tasnya. Seakan tak takut kalau handphonnya bisa rusak jika ia melemparnya seperti itu. Jongin mengamati dirinya melalui pantulan kaca.

Ia bisa melihat wajahnya yang menampilkan wajah datar dengan mata sebelah kiri yang berwarna biru kelam, serta rambut yang saat ini basah berantakan. Oh... betapa sexynya seorang Kim Jongin saat ini. Tapi, Siapa saja yang menatap kedua bola mata jongin itu pasti akan langsung menatap ngeri pada lelaki tan itu. Sungguh!. Itu terlihat mengerikan dari pada sexy.

Jongin menyeringai melihat penampilannya sendiri saat ini.

Lelaki itu kemudian menarik tasnya mendekat dan merogoh isinya. Setelah beberapa detik merogoh tasnya, tangannya terlihat memegang sebuah kotak putih kecil lalu membukanya.

Ternyata isi dari kotak kecil itu adalah sepasang lensa kontak berwarna coklat.

Jongin membersihkan lensa itu terlebih dahulu dengan cairan khusus, kemudian mengambil salah satu lensa dengan perlahan. Pemuda itu mendongakkan kepalanya dan memasang dengan hati-hati lensa tersebut untuk kornea mata di sebelah kirinya itu. Jongin kemudian nampak mengedip-ngedipkan matanya kecil.

DRRTT...DRRTT...DRRTT

jongin kembali berdecih kesal ketika mendengar handphonnya kembali berdering dengan keras. Ia lantas mengambil handphonnya itu dengan kasar dan menggeser layarnya.

"Ada apa"

"Tuan jongin?"

"Hm"

"Apa Anda sudah pulang dari kampus?"

"..."

Jongin tidak menjawab lagi. Pemuda itu asyik mencuci kedua tangannya. Ia hanya membiarkan handphonnya itu tergeletak di atas wastafel dengan layar yang menyala.

"Tuan jongin?"

"..."

Jongin mengambil sisir dari dalam tasnya dan menyisir rambutnya ke arah belakang. Tak sedikitpun menghiraukan panggilan pelayannya.

"Tuan jongin?! apa Anda mendengar saya?!"

Suara diseberang sana terdengar mulai khawatir. Pasalnya, jongin tak menyahuti apapun padahal sambungan teleponnya masih belum terputus.

"Ahh...Sepertinya aku harus mengecat ulang rambut ini..." jongin malah berbicara sendiri sembari menyentuh tiap helai rambutnya dengan wajah kesal.

One Person is Good, One Person is Bad (Kaistal Ver)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang