Sakura berdiri di depan cermin besar yang menampilkan seluruh bayangannya. Di dalam cermin terlihat seorang gadis mengenakan gaun pengantin putih dengan desain indah yang memperlihatkan bahunya yang sempurna. Wajahnya yang terpoles make up tampak berbinar sekaligus gugup. Rambutnya disanggul ke atas dengan beberapa anak rambut dibiarkan menjuntai di sisi wajahnya, sebuah tiara kecil dengan batu saphire biru tampak pula melengkapi keindahan tatanan rambutnya.
"Kau jangan gugup seperti itu, nanti kau berkeringat dan riasanmu bisa rusak''. Seorang wanita berambut pirang tampak menghampiri Sakura. Menatap dan mengagumi penampilan putrinya yang terpantul di cermin. Mebuki, ibu Sakura begitu terharu melihat putrinya sebentar lagi akan melangsungkan pernikahannya, meskipun awalnya Mebuki tidak menyetujui pilihan putrinya itu, namun melihat bagaimana perjuangan Sakura untuk membuktikan bahwa pria yang dipilihnya adalah pria yang terbaik untukknya, membuatnya akhirnya mengalah. Bagaimanapun juga, kebahagiaan Sakuralah yang terpenting.
Sakura sempat tersentak mendengar suara ibunya sebelum menatapnya dengan perasaan yang tidak menentu. Gugup, bahagia, khawatir, takut, semuanya terlihat jelas di wajahnya.
"Ibu, aku khawatir sekali. Bagaimana kalau nanti aku terjatuh, atau aku membuat kesalahan?''. Sakura meremas tangannya yang sudah berbalut sarung tangan putih sampai sebatas siku.
"Tidak akan. Bukankah Naruto akan menemanimu''. Mebuki coba menenangkan putrinya. Tangannya merapikan anak rambut di dahi Sakura.
"Seandainya Ayah masih ada, mungkin aku tidak perlu setakut ini''. Sakura menunduk kali ini. Menatap lantai kamar yang kini menjadi ruang riasnya.
"Ayahmu pasti bahagia melihatmu sekarang. Sudah jangan menangis, atau kau akan merusak penampilanmu''. Tangannya beralih menggenggam tangan putrinya, mencoba menguatkan.
"Bicaranya nanti lagi. Ayo cepat sudah waktunya sekarang''. Kini seorang wanita berambut merah yang datang menghampiri. Menyela obrolan mereka. "Sakura, cepatlah, Naruto sudah menunggumu di luar''. Perintahnya tidak sabar.
Sakura menatap ibunya terlebih dahulu baru kemudian melangkah setelah melihat Mebuki tersenyum dan mengucapkan kata 'semangat' dengan suara pelan. Sakura mengikuti langkah Kushina, wanita berambut merah tadi, keluar dari kamar dan bergegas menuju halaman belakang rumah tempat akan dilaksanakannya pernikahan. Di luar rumah, Naruto dengan kemeja putih, jas hitam dan juga celana yang senada di tambah dasi kupu - kupu berwarna putih, tampak menunggu. Rambutnya yang biasanya selalu berantakan, kini tersisir rapi membuat penampilannya terlihat sempurna.
Menengok ke bekakang, Naruto tersenyum melihat penampilan Sakura yang begitu sempurna dimatanya, kini berjalan menghampirinya.
Naruto mengulurkan tangannya begitu Sakura sudah berada di depannya. Sakura segera menyambut uluran tangan itu. Naruto menatap Sakura lama. Mengagumi kecantikkan gadis dihadapannya.
"Kau siap?'' Tanya Naruto lalu mengapit tangan Sakura begitu melihat gadis itu menganggukkan kepala.
Mereka kini berdiri di lorong yang terbuat dari bunga - bunga berwarna putih yang ditata sedemikian rupa, membentuk lorong yang lumayan panjang. Menghadap ke depan, di mana para tamu kini menoleh ke arah mereka, menunggu sang mempelai lewat.
Alunan sonata dari piano yang dimainkan Kushina memberi tanda bahwa mereka harus segera melangkah.
Perlahan Naruto dan Sakura melangkah, melewati jalan setapak yang ditaburi bunga - bunga. Alunan nada dari piano mengiringi dan menjadi tempo bagi langkah mereka. Naruto merasakan cengkeraman erat di lengannya yang dipegang Sakura. Naruto hanya tersenyum maklum, mengerti dengan perasaan gadis di sampingnya yang pastinya merasa gugup luar biasa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Love
FanfictionKapan cinta datang?. Entahlah. Disc : Naruto @ Masashi Kishimoto.