CHAPTER 2

7.9K 559 23
                                        

"Hei semua Naruto yang tampan datang''. Suara yang cukup keras terdengar dari arah pintu masuk perpustakaan, membuat orang - orang yang berada di dalamnya seketika menoleh ke arah pintu.

Karin, dengan geram dan wajah tidak bersahabat segera menghampiri orang yang tidak tahu sopan santun sudah membuat keributan, tidak lupa dengan hadiah jitakan di kepala berambut pirang itu.

"Kau ini, sudah kubilang, jangan berisik disini''. Omel gadis berambut merah dan berkaca mata itu. Naruto sendiri hanya tertawa sambil mengusap kepalanya yang terkena jitakan sayang dari Karin.

Karin semakin kesal melihat tingkah Naruto yang seolah tidak punya salah.

''Sasuke ada di belakang, memeriksa buku yang baru datang tadi pagi''. Tanpa ditanya Karin memberi tahu keberadaan Sasuke. Dia sudah paham tujuan pemuda yang selalu datang ke perpustakaan, paling tidak tiga kali dalan seminggu,  sejak sebulan ini.

"Terima kasih, kau memang yang terbaik''. Naruto mengedipkan sebelah matanya, sebelum berlalu meninggalkan Karin yang hanya bisa mengelus dada.

Naruto memang jadi sering mengunjungi perpustakaan tempat Sasuke bekerja, hanya untuk menemui atau lebih tepatnya mengganggu ketenangan dan konsentrasinya saat bekerja. Setidaknya itu yang dipikirkan Sasuke atas kelakuannya.

Sebenarnya setelah mendapat kontak Naruto, Sasuke tidak pernah sekalipun menghubungi pemuda itu. Sasuke hanya merasa tidak punya urusan atau kepentingan dengan Naruto hingga harus menghubunginya. Tapi mendadak, seminggu kemudian, Naruto muncul di perpustakaan dengan wajah suramnya. Dia merengek dan bertanya dengan wajah kesal pada Sasuke kenapa setelah punya alamat email dan kontaknya Sasuke tidak pernah menghubunginya.

Sasuke yang kala itu sedang menyusun buku di rak, tentu saja terkejut dengan kemunculan Naruto yang tiba - tiba dan juga rengekannya.

Saat itu juga Naruto memaksa atau lebih tepatnya mengancam Sasuke agar memberikan alamat email dan kontaknya, dan jika Sasuke menolak, Naruto akan mengikuti kemanapun Sasuke pergi.

Awalnya Sasuke tidak mengacuhkan ancaman pemuda, ralat bocah pirang itu- bagi Sasuke tingkah Naruto saat itu benar - benar mirip bocah yang merengek karena tidak dibelikan es krim oleh orang tuanya. Tapi ternyata Naruto benar - benar membuktikan ancamannya. Seharian itu, Naruto mengikuti Sasuke kemanapun dia pergi. Ke gudang, saat membersihkan buku, mendata buku - buku yang masuk, saat makan  bahkan ke toiletpun Naruto masih, mengikuti Sasuke.

Lama - lama Sasuke jadi jengah sendiri. Akhirnya dengan sangat terpaksa Sasuke memberikan apa yang diminta Naruto. Setelahnya, Sasuke harus menahan malu karena Naruto langsung menghambur memeluknya di perpustakaan, dimana saat itu pengunjungnya cukup ramai.

Entah Sasuke harus menyesal atau tidak memberikan apa yang diminta pemuda itu, Naruto menjadi sering menghubunginya, menanyakan hal - hal yang menurut Sasuke tidak penting, menceritakan kegiatan yang dia lakukan seharian padahal Sasuke sebenarnya tidak peduli pada aktifitas si pirang itu. Mengunjunginya di perpustakaan juga termasuk hal yang selalu dilakukan Naruto - mengganggu pekerjaannya- itu istilah yang diberikan Sasuke.

Seperti saat ini, Naruto dengan bahagia mendatangi Sasuke yang sedang sibuk di depan laptop, mendata buku - buku baru yang datang pagi tadi. Sembari menenteng tas kertas berisi makanan dia menghampiri Sasuke. Naruto memang kadang kala membawa makan siang ke tempat Sasuke, dan makan di sana.

"Sasuke ayo makan''. Ajaknya dengan senyum lebarnya.

"Hn''

Tanpa mengalihkan pandangannya dari layar laptop, Sasuke hanya bergumam menjawab ajakkan Naruto. Dia masih harus mengerjakan tugasnya itu dan belum berniat untuk beranjak pergi.

Unexpected LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang