CHAPTER 7

4.4K 401 17
                                    

Musim gugur selalu membawa keindahan tersendiri. Dengan warna - warni cerah seperti langit sore. Daun momiji yang berubah warna menjadi orange adalah keindahan yang selalu ditunggu di setiap musim gugur.

Warna momiji yang cerah menciptakan ketenangan dan kedamaian. Banyak yang mengatakan musim gugur adalah musim yang penuh dengan warna cinta. Mungkin karena warna daun yang berubah kemerahan ataukah karena warna matahari sore yang terlihat lebih memukau ? Entahlah. Segala macam filisofi ataupun ungkapan yang menyertai tidaklah penting untuk seorang pria yang sedang duduk di taman itu. Sasuke duduk menyendiri di bangku taman. Mino Park hari ini tidak terlalu ramai, mungkin karena hari sudah menjelang sore hingga orang - orang sudah memilih untuk pulang.

Angin dingin musim gugur memainkan helai rambut lurusnya. Pandangannya tertuju pada gambaran sebuah keluarga yang nampaknya sangat bahagia. Sang ayah menggendong anak laki - lakinya yang berusia sekitar lima tahun di pundaknya sementara si ibu berjalan di belakangnya dengan membawa keranjang piknik.

Seulas senyum terlukis di bibir Sasuke melihat kebahagiaan di depannya yang sesaat kemudian berubah menjadi senyum miris kala teringat akan masalah yang sedang dihadapinya.

Meyakinkan seorang Uchiha Fugaku adalah hal yang sulit bahkan mustahil. Sasuke menyadari itu, tapi apakah hanya karena itu dia akan menyerah? Merelakan Naruto pergi dari hidupnya? Tentu saja jawabannya tidak. Sasuke akan pastikan dia mendapatkan keinginannya meski akan terasa sulit dan lama. Tidak masalah jika itu bisa membuatnya bersama Naruto.

Sasuke masih bertahan di Osaka sejak kepergian Naruto seminggu lalu. Segalanya menjadi buruk karena ayahnya benar - benar murka. Fugaku tetap tidak menerima hubungan yang terjadi antara dirinya dan Naruto. Sasuke sebenarnya mengerti. Ayahnya adalah orang yang konservatif orang yang taat pada tradisi dan budaya dan tidak akan mudah merubah itu.

Menghela napas dalam, Sasuke memutuskan untuk pergi dari tempat itu. Sedikit merapatkan syal yang melingkari lehernya. Udara musim gugur tidak terlalu baik untuknya yang gampang terserang flu.

Hey.. kau sedang apa? Aku kesepian. Kakashi bahkan mengomeliku terus karena aku selalu memikirkanmu. I miss you.

Sasuke sedikit tergelak melihat pesan yang dikirimkan Naruto padanya. Secepatnya dia mengetikan balasan dari pesan itu dan mengirimkannya. Hanya seperti ini yang bisa dilakukannya untuk sedikit mengurangi perasaan rindu yang tidak bisa dipungkiri sangat mengganggunya. Saling berkirim pesan dan bicara di telfon.

⭐⭐⭐

"Wajahmu itu menyedihkan sekali. Lihatlah lingkaran hitam dan kantung matamu. Kau tidak pernah tidur ya?''. Naruto mendengus sebal melihat sahabat berambut coklat yang mendadak berdiri disampingnya tersenyum mengejek padahal seharusnya pria bernama Kiba itu bertugas menjaga kasir. Tidak ingin terpancing, Naruto memilih kembali mengotak atik ponsel di tangannya.

"Kalau memang merindukannya kenapa tidak kau temui saja dia''. Kiba menaik turunkan alisnya.

"Kalau bisa menemuinya, aku pasti sudah tidak ada disini sekarang''. Sahut Naruto yang tetap asyik berbalas pesan dengan Sasuke.

"Jadi dia belum kembali?''.

"Ckk.. kalau Sasuke sudah kembali aku tidak mungkin sefrustasi ini''. Naruto mengacak rambutnya yang memang sudah berantakan. "Aku takut dia tidak akan kembali''. Gumamnya lirih.

"Hahh.. aku tidak mengerti urusan kalian. Kalau memang ayahnya tidak setuju, kau bawa kabur saja Sasuke itu. Beres kan''. Ucap Kiba tanpa dipikir yang langsung dihadiahi jitakan di kepalanya.

Unexpected LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang