CHAPTER 9

5.6K 429 18
                                    

Mata biru Naruto menatap lekat pada gadis berambut panjang di depannya. Seorang gadis cantik dan anggun yang baru beberapa kali dilihatnya, tapi tidak mungkin Naruto akan melupakannya.

Pandangan gadis itu tajam, menyimpan tekad yang kuat. Naruto bisa merasakannya. Dia sendiri tahu apa yang diinginkan gadis itu dan Naruto juga salut akan keberanian gadis itu meminta bertemu dengannya seperti ini.

Angin sore di kawasan sungai Tombori berhembus cukup kencang sore itu. Alirannya memainkan helaiam rambut kedua manusia yang berdiri di tepiannya. Hinata bersandar pada pagar besi. Pandangannya teralihkan pada jernihnya air sungai yang mengalir di depannya.

"Naruto. Boleh kupanggil seperti itu''. Suara Hinata terdengar mengalun di telinga pria pirang yang berdiri tidak jauh di belakang gadis berambut panjang itu.

Hinata bicara tanpa menoleh ke arah Naruto yang berdiri beberapa langkah di belakangnya.

"Silahkan''.

Hinata tersenyum, meski tahu pria pirang itu tidak melihatnya. "Kau pasti sudah tahu tujuanku memintamu datang kesini''. Kali ini Hinata membalikan tubuhnya, menghadap Naruto.

"Maksudmu?''. Naruto mengeriyit.

"Berikan Sasuke padaku''. Ucapnya tegas.

Senyum tipis terukir di bibir Naruto menanggapi permintaan Hinata.

"Maaf Nona, Sasuke bukanlah barang yang bisa aku berikan pada orang lain yang meminta''.

"Memangnya apa yang kau harapkan dengan hubungan kalian ini? Sasuke akan lebih bahagia bersamaku. Kehidupannya akan jauh lebih baik. Bekerja di tempat yang baik, dengan lingkungan yang baik. Apa kau tidak ingin melihat Sasuke sukses dalam hidupnya. Aku pikir, jika kau memang mencintainya kau akan mengerti''.

Naruto mengangguk pelan. Kakinya dilangkahkan mendekati pagar pembatas. Berpegangan pada pagar itu. Kini giliran Naruto yang memandangi sungai di depannya. Jujur, hatinya sedikit terusik dengan ucapan Hinata, tapi keyakinannya pada Sasuke menepiskan rasa itu.

"Nona Hyuga, ucapan Anda memang benar. Anda seorang yang memiliki segalanya, tidak sepertiku. Aku hanya ingin bertanya, bisakah Anda memastikan kalau semua tawaran Anda yang menggiurkan itu pasti akan membuat Sasuke bahagia. Bisakah Anda meyakinkanku?''. Naruto menatap lekat mata gadis itu.

Mata lavender di hadapannya membulat. Hinata membuka mulutnya hendak bicara namun tidak dilakukannya.

"Anda juga pasti tahu. Sasuke bekerja bukan hanya untuk uang, tapi untuk kesenangannya. Sasuke bahagia dengan pekerjaannya, dan itu yang penting. Bukan lainnya''.

"Aku tahu, tapi aku juga tahu satu hal. Tidak ada masa depan untuk hubungan kalian''.

"Masa depan ya''. Mata biru Naruto menerawang memandangi langit yang terpantul di jernihnya air sungai. Matahari sore di musim gugur tidaklah terlalu panas. Naruto suka itu, mengingatkannya pada Sasuke yang seringkali bersikap dingin padanya, tapi itu hanya luarnya. Sasuke tetaplah hangat dalam hatinya.

"Ada masa depan atau tidak, kita tidak pernah tahu. Masa depan ada karena usaha yang dilakukan pada masa kini, jadi, jika aku dan Sasuke berjuang, aku yakin ada masa depan disana yang menanti''.

"Aku bahkan tidak melihat ada usaha yang kau lakukan. Kalau kau mencintai Sasuke seharusnya kau membawanya pergi''. Suara Hinata kali ini terdengar sinis.

"Cintaku tidak seperti itu Nona. Aku hanya akan membawa Sasuke pergi, jika keluarganya mengijinkan. Aku tidak akan membuat diriku semakin terlihat buruk di mata Paman Fugaku''.

Raut wajah Hinata menggambarkan ketidak percayaan akan ucapan Naruto, ingin menyangkal tapi apa yang dikatakan Naruto memang benar.

"Terserah apa katamu, tapi yang pasti aku akan tetap bertunangan dengan Sasuke''. Hinata melangkahkan kakinya meninggalkan tepi sungai Tombori yang indah dengan langkah berderap kesal.

Unexpected LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang