The Royal Wedding

7.8K 422 2
                                    

Dier Yovia yang manis

Uangmu sudah kami terima. Terimakasih banyak atas bantuanmu, berto dan El sangat menyukai buku buku yang kau berikan. Terutama El, dia kini terobsesi dengan buku kesehatan yang kau kirimkan. Dia sekarang menjadi ahli dalam melahirkan kuda.

Adikku. Aku tidak tahu, sebenarnya aku ingin memberikan hadiah untuk El yang akan berulang tahun sebentar lagi. Dan tentang tawaranmu, aku pikir aku menyetujuinya. Bagaimana menurutmu?.

El bukan anak yang mudah diatur terkadang. Tapi sesuai permintaanmu, aku akan mengirimnya ke Stockholm. Semoga kau tidak kerepotan dengan ke jahilannya. Bagaimanapun dia masih berumur 15 tahun dan akan 16 tahun.

Sekian suratku.

Dari Tuhne Manov yang sebatang kara.

Aku masih terasa sesak. Korset yang melilit tubuhku dan perasaan bahagia tiada tara ini. Aku tidak tahu, its unbelieveble.

Sewaktu pulang dan masih dengan perasaan yang girang. Bibi memberikan surat kepadaku. Itu adalah surat terakhir ibu yang menyetujui pernikahan ini diadakan. Aku ingin menangis dengan surat itu.

Terimakasih bu, hadiah ulang tahunmu sangatlah mengesankan. Aku tidak tahu harus bicara apa, aku sangat bahagia amat sangat bahagia.

Keluarga kerajaan menginginkan pernikahan diadakan lebih cepat. Berita tentang perhelatan akbar itu sudah terdengar hingga ke penjuru negeri. Kini aku tidak bisa keluar rumah seenak jidatku. Banyak orang kini berada didepan rumah Bibi Yovia. Beberapa diantaranya ada wanita wanita yang mencintai Herald.

Kini kehidupanku mulai terkekang. Aku makin gampang bosan akhir akhir ini karena aku harus banyak belajar. Temen bibi datang setiap pagi sore untuk mengajariku ini itu. Aku pun belajar bermain piano akhir akhir ini.

Hari itu tiba.

Aku sedang berada didepan sebuah cermin besar. 20 orang membantuku menggunakan Gaun. Gaun dengan rok besar dengan menyangga besi didalamnya, memang terasa berat. Dengan korset yang membuat dadaku sesak, serta lengan baju sebahu dengan aksen lace. aku menyukainya, ini gaun putih yang elegan.

Rambutku di sanggul tinggi tinggi. Ada banyak bunga yang menghiasi, ada kain yang menerawang yang menutipi wajahku hingga sedada, dan terurai panjang di belakang sepannang 1000 jengkal. Ditanganku ada bucket bunga ester yang menjuntai lucu.

"Kau menyukainya?" Tanya Bibi.

Aku mengangguk. Beberapa orang menggunakan bedak diwajahku, sebagian membuat pemerah bibir yang langsung dipulaskan dibibirku.

Aku adalah pesona dari swedia. Aku adalah seorang calon permaisuri sekarang. Aku menikahi putra mahkota. Aku bahagia, benar benar bahagia.

Aku diantar ke altar oleh paman Govry. Tapi betapa terkejutnya aku ketika disana tidak berdiri siapapun. Hanya pendeta dan beberapa orang yang mulai panik.

Aku terperajat.

"Im late" pintu terbuka. Herald baru datang, tanpa wajah bersalah dia melewatiku. Dia bahkan baru melepas sarung tangannya, wajahnya masih sayu seolah dia baru bangun tidur. Dia melepas jas kulitnya dan menggunakan jas hitam sambil berjalan di altar. Kemejanha bahkan terlihat lusuh. Rambut panjangnya berantakan.

"Aku hanya memiliki waktu 15 menit" ujarnya membuat seisi ruangan itu terperajat tanpa terkecuali aku.

Paman melepaskan tanganku. Dia menepuk tanganku halus. Memintaku untuk berjalan sendiri. Aku berjalan mendekati lelaki itu. Lelaki dengan bau alkohol dan sedikit bau muntah dan bau amis.

Aku berjalan ke altar seorang diri. Dengan langkah kaki dan dengan hati yang berdebar. Aku berdiri dihadapan pendeta disebelah seorang yang diidolakan dinegeri ini.

"Eryon David Herald. Maukah engkau menereima Elizabeth Manov dalam suka maupun duka. Dalam susah dan senang..."

"I do" jawab Herald.

"Elizabet Manov maukah engkau menerima Eryon David Herald dalam suka maupun duka......."

"I do" jawabku.

Riak tepuk tangan segera memenuhi ruangan. Kami langsung menukarkan cicin, setelah itu aku dan Herald bergandeng tangan. Dan keluar ke balkon istana. Melambai lambai kepada orang orang yang telah menunggu diluar. Mereka seperti kumpulan semut yang ikut betepuk tangan.

Herald segera mengajakku memasuki gedung istananya. istana pangeran berbeda lokasi dengan istana utama. Istana itu berbentuk seperti kuil, hanya saja banyak orang berlalu lalang disana.

Sama seperti bangunan utama. Istana ini sama megahnya, memiliki taman yang luas. Dan dekat dengan hutan. Aku lebih menyukai istana ini daripada istana utama.

"Itu kamarmu" tunjuk Herald ke sebuah ruangan dilantai tiga yang berada dekat tangga. "Itu kamarku" tunjuknya ke kamar diseberang kamar yang katanya kamarku.

"Pangeran" panggilku.

"Panggil aku Herald saja. Kata pangeran membuat telingaku sakit" ujarnya.

"Mengapa kita tidak tidur sekamar?" Tanyaku.

Herald mengeluarkan dencitan dari bibirnya. Seperi suara Ccct, yang entah mengapa sangat seksi ketika dia melakukannya.

Postur tubuh Herald sangat sempurna, dia memiliki ABS yang terlihat maskulin dibalik jas panjangnya. Dia sangat tinggi, dan dia menambahkan poni. Dia terlihat cantik. Matanya biru bersinar seperti matahari yang membias langit.

"Aku lelah. Kau bisa pergi" ujarnya aku mengangguk dan masuk keruanganku.

"Oh ya" ujarnya sebelum membuka pintu kamarnya. "Aku tidak menerima sedikitpun gangguan. Jadi jangan membuat suara aneh sekecil apapu itu"

Aku mengangguk mengerti.

Kamarku sangatlah menawan, berbeda dengan kamar kumuh dirumahku ataupun kamar loteng kecil rumah bibi Yovia yang di cat pink. Kamar ini bertembok kechoklatan, sangat soft dengan tempat tidur luas yang menghadap taman. Dipannya terbuat dari kayu jati Dengan kain berwarna senada dan aksen kotak kotakyang dipasang di keempat sisi kasur. Spreinya rapi dengan selimut yang tebal dan tidak berdebu.

Dibalik kamar ini ada lemari pakaian. Kupikir bukan pakaian, itu terlihat seperti sebuah butiq. Ada sepatu, gaun, selendang, wig, perhiasan yang ditaruh didalam lemari kayu yang amat sangat tinggi. Ada sebuah cermin besar disudut ruangan ini. Itu adalah cermin terbesar yang pernah kulihat sepanjang hidupku.

Disebelah ruang pakaian ada kamar mandi. Kamar mandi dengan hal yang besar. Dan tempat pembuangan dengan type duduk. Jika didesa aku selalu buang air dikubangan dan sangat jauh dari rumah. Dan sekarang tempat poop itu berada dibelakang kamarku.

dier Ibu terhebat didunia

Aku benar benar bahagia. Mereka memperlakukan aku dengan baik, kau tahu aku bahkan tinggal menunjuk jari jika menginginkan apapun.

Kamarku luas, kuharap ibu bisa kemari dan memelukku di kamar yang hangat ini. Kasurnya empuk. Ada kaca yang sangat besar.

.......................................................

Nevertheless (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang