The Dark Knight

8K 386 0
                                    

"Pergilah bersamaku dipesta nanti malam" pinta Herald. Dia sedikit memaksa.

"Pergilah bersama seseorang dari kamarmu" tolakku. Dia makan makan siangnya dengan cemberut.

"Baik baik. Aku akan ikut" ujarku. Dia tersenyum dan itu sangat manis.

Ini adalah pesta pertama Herald tanpa satupun gundik. Bibi Yovia datang menjengukku, dia tahu semua perasaanku terhadap Herald. Aku sering bercerita banyak pada bibi.

"Kalian masih nampak seperti pengantin baru" puji bibi. Kami duduk diatas rumput yang menguning karena musim gugur datang lebih dekat.

Aku tersipu malu. "Paman akan berhenti dari pekerjaannya" bibi memberitahu.

"Kenapa?" Tanyaku.

"Kami tidak sejalan dengan prinsip kekuasaan raja yang baru" ujar bibi.

"Maksud bibi Raja Eryon Herald?" Tanyaku.

"Siapapun namanya. Aku tidak mengukainya, dia adalah raja yang ngawur. Menerapkan pajak yang terlalu tinggi dan memberatkan rakyat dan mengadakan pesta setiap malam." Ujar bibi.

Dup.

Jantungku terasa berhenti seketika. "Kau tahu, banyak rakyat yang menderita. 3/4 hasil bumi adalah upeti. Busung lapar dan cacar menular diseluruh pelosok negeri. Penjarahan dan kejahatan merebak. Tapi kalian tetap mengadakan pesta pora" cerita bibi.

Bagaimana ini bisa terjadi padahal baru 6 bulan kami menjabat. Aku pernah menjadi penggila ekonomi, bagaimana aku bisa tidak peduli. Mengapa aku malah menjadi bodoh seperti ini.

Sore itu setelah berhias aku segera kekamar raja. Dia menggunakan jas yang indah, menampakkan tubuhnya yang terlihat sempurna. Aku menyuruh para pelayan keluar. Memeluk Herald dari belakang.

"El" panggil Herald. Aku hanya menggumam memeluknya lebih erat.

"Permaisuriku" panggilnya dengan cengengesan. Aku tersenyum dengan guyonannya.

"Aku bahagia" ujarku manja. Herald berbalik badan, terlihat bahwa aku memang pendek karena tinggiku hanya sedadanya.

"Aku lebih bahagia" ujarnya menaruh rambutku detelinga. Lalu mengecup keningku.

"Herald. Bolehkah aku mengatakan sesuatu?" Tanyaku.

"Tanyalah permaisuriku" ujarnya.

"Apakah kau pernah melihat kelur pagar kerajaan?" Tanyaku. Herald menggelang dia sibuk dengan membelai rambutku dengan jemari jemari lentiknya.

"Mereka semua menderita" ujarku melanjutkan.

Tangan Herald berhenti. Dia menatapku tajam. Seketika dia menjauhkan tubuhku dari tubuhnya.

"Kau tahu dari mana?" Tanya Herald. Suaranya sedikit membentak.

"Seseorang mengatakan kepadaku" jawabku ingin memeluknya lagi. Herald menjauh.

"Jangan percaya. Mereka hanyalah sekumpulan pemberontak" ujar Herald. Lalu pergi meninggalkanku, dia membanting pintu.

Aku segera keluar ketika aku menyadari bahwa Bibi Yovia dan pegawainya sudah berada didepan kamar Herald.

"Bibi" panggilku.

"Herald kelihatan marah" ujar bibi.

Aku mengangguk. "Aku memberitahunya tentang tadi yanh kita bicarakan" jawabku.

"Bagaimana kau bisa memberitahunya" bibi Yoseva berteriak. Membuatku takut. Apakah aku salah?.

Tapi wajah bibi berubah. "Tidak apa sayang" dia tersenyum dan memberikan salah hormat kepadaku. Kemudian pergi. Aku memilih untuk mengejar Herald.

Nevertheless (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang