Part 1*

10.1K 830 76
                                    

Aku sudah siap dengan baju kerjaku. Hari ini aku mulai bekerja di Akatsuki Corp. Perusahaan itu milik keluarga jauhku dan istrinya yang bernama Pein dan Konan. Perusahaan itu bergerak di bidang keuangan swasta.

Sebenarnya ibu Kurenai menyuruhku untuk masuk ke perusahaan ayah. Tapi aku langsung menolaknya. Aku yakin ayah tidak akan suka jika aku berada di sana. Cukup di rumah saja dia melihatku. Satu hal lagi yang aku yakini, ayah tidak akan menerimaku di perusahaannya. Karena ada Karin di sana. Karin mempunyai semua hal yang disukai ayah, tidak sepertiku. Aku hanya bisa menyusahkan dan membuat ayah menderita.

Aku merapikan penampilanku. Kemeja berwarna abu dilengkapi dengan blazer hitam serta rok hitam longgar di atas lutut. Aku tidak memakai riasan yang mencolok, aku hanya memakai bedak tipis dan lipstick berwarna orange pucat. Rambutku sengaja kugeraikan, dengan pony rata yang kusukai.

"Selesai," gumanku pelan. Setelah memakai sepatu aku langsung keluar dari kamar menuju meja makan. Tapi saat aku melewati kamar ayah, aku mendengar ayah dan ibu Kurenai berdebat. Aku sejenak menghentikan langkahku dan menguping perdebatan mereka.

"Minato, tolong cegah Naruto untuk bekerja di Akatsuki. Ajak dia berkerja ditempatmu." Bujuk Kurenai memelas. Sepertinya dia berusaha untuk membujuk ayah.

"Itu kemauannya sendiri. Jadi biarkan dia melakukan semua hal yang dia sukai," bantah ayah.

"Kenapa kau seperti ini? Tidak cukupkah kau mengabaikannya selama bertahun-tahun, Minato. Harus berapa lama lagi dia menanggung penderitaan ini. Kenapa kau tidak sadar juga? Ini bukan kesalahannya. Ini semua sudah di atur oleh tuhan," ujar ibu di iringi pekikan kecil.

"Berhenti membelanya dan ingat aku menikahimu bukan untuk menguruiku!" bentak ayah. Aku hanya bisa terdiam mendengar suaranya. Ini bukan untuk yang pertama kalinya ayah berkata seperti itu pada ibu Kurenai. Dia akan selalu marah kalau ibu membelaku.

"Kau, kau kejam Minato. Ingat, Kushina pasti tidak suka melihatmu seperti ini," balas ibu. Berikutnya aku mendengar suara langkah mendekat ke arahku. Lalu pintu di depanku terbuka. Mataku dan mata ibu bertemu. Dia tersenyum dan sedikit gugup. Dia yakin kalau aku pasti mendengar pembicaraan mereka.

Aku tersenyum ke arahnya, "pagi, Bu." Sapaku.

"Pagi," balasnya. "Kau sangat cocok dengan pakaian kerjamu itu, sayang. Ayo turun, kita akan sarapan bersama."

"Maaf, Bu. Aku tidak bisa ikut sarapan. Hari ini atasan menyuruhku untuk datang awal," bohongku. Sorry karena aku berbohong. "Aku berangkat dulu, Bu." Aku mencium pipinya.

"Iruka akan mengantarmu," ujarnya.

Aku mengangguk, kemudian berlalu pergi.

...
...

Setelah turun dari mobil, aku langsung berdiri didepan gedung yang tinggi menjulang didepanku. Sejenak aku menghela nafas. Sebenarnya sekarang terlalu awal untuk berada di kantor. Lihatlah, sekarang keadaan disini masih sepi.

Memasuki gedung yang masih sepi itu dengan perlahan, segera kuisi absen kehadiran. Setelahnya aku berjalan menuju ruangan divisiku.

Lansung saja aku duduk. Disini aku bekerja di bagian pembukuan logistik. Di divisiku terdiri dari empat orang. Terdiri dari aku, Ino, Matsuri dan Haku selaku manager.

Ini hari pertama bekerja, jadi aku belum terlalu mengenal mereka secara pribadi. Tapi satu hal yang aku ketahui, mereka bertiga adalah orang yang sangat ceria dan bersemangat di tambah berisik. Aku terkekeh membayangkan hari-hariku ke depan. Mungkin akan lebih berwarna dengan kehadiran mereka.

The Fight  ( FF ) 🔚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang