Minato hanya bisa menatap sendu Kurenai yang terbaring di ranjang rumah sakit, beberapa saat lalu ia membawa Kurenai ke rumah sakit. Wajah istrinya itu nampak pucat dan semakin hari semakin tirus. Tubuh Kurenai juga terlihat semakin kurus tiap hari.
Dengan pelan Minato meraih tangan Kurenai, ia mengengam tangan kecil itu dengan lembut dan meremasnya pelan. Penyesalan? Itulah yang di rasakan Minato. Semenjak kepergian Naruto setahun yang lalu, Kurenai jadi sering jatuh sakit, tubuhnya melemah dan daya tahan tubuh Kurenai semakin memburuk.
"Naruto," gumanan Kurenai membuat Minato tersentak. Hal itu bukan sekali ini saja terjadi. Kurenai selalu memanggil nama Naruto dalam tidurnya. Kurenai sering seperti itu jika ia sedang sakit.
Dengan telaten Minato mengusap wajah Kurenai pelan, "maaf, seharusnya waktu itu aku tidak egois dengan mengusirnya pergi. Aku- aku waktu itu di butakan oleh sakit hatiku akan kehilangan Kushina." Minato mencium pelan tangan Kurenai, tanpa sadar airmata Minato sudah mengalir menuruni pipinya dan membasahi tangan Kurenai. "Kushina, apa yang harus aku lakukan untuk membawa Naruto kembali serta mengembalikan kebahagiaan orang-orang di sekitarku." gumannya lagi.
...
...
Sasuke berjalan memasuki restoran Saringan, di sana ia sudah berjanji akan makan siang dengan Sai dan Gaara. "Ck, terlambat!" decaknya kesal. Iya Sasuke terlambat sepuluh menit dari waktu yang sudah di janjikan oleh mereka. Keterlambatanya tentu saja karena si kacamata itu. Ini sudah seringkali terjadi, bahkan setiap hari Karin akan selalu merecoki dirinya dengan segala hal yang tidak penting.
"Terlambat lagi!" sindir Sai ketika Sasuke sudah duduk di kursi samping Gaara.
"Selalu seperti itu!" tambah Gaara.
"Ck, bisakah kalian tutup mulut. Ini memang sangat mengesalkan, kalian tidak tahu bertapa repotnya aku dengan tingkah si kacamata itu!" ujar Sasuke kesal.
Sai dan Gaara terkekeh kecil.
"Kenapa kau tidak tinggalkan saja dia? Atau beri dia sedikit pelajaran!" usul Gaara.
"Betul, bukankah kau tidak mencintainya?" tanggap Sai.
"Ayolah, kita sudah sering membahas ini. Jadi hentikan obrolan tentang si kacamata, dia akan sadar sendiri nanti bahwa aku tidak menginginkannya." ujar Sasuke.
Gaara hanya mengangkat bahu, sedangkan Sai selalu setia dengan senyumnya.
"Bagaimana? Apa masih belum menemukan jejak sedikitpun?" tanya Gaara.
Sasuke menggeleng, "nihil," ujarnya. "Dia seolah-olah di telan bumi." tambah Sasuke. "Bagaimana dengan kedua sahabatnya? Barangkali Naruto pernah menghubungi mereka."
"Aku selalu bertanya kepada Matsuri tentang Naruto, akan tetapi jawaban yang sama aku dapatkan." Gaara berkata. Ia sedikit membayangkan bertapa susahnya ia berbicara dengan Matsuri. Perempuan berambut coklat itu masih benci kepada Gaara, hal itu membuat Gaara selalu tersenyum miris.
Sasuke menghela napas setelah mendengar perkataan Gaara, kemudian ia beralih ke arah Sai. Siapa tahu si pirang milik si senyum palsu itu ada kabar tentang Naruto.
"Kau selalu mendapatkan jawaban yang sama, berbicara dengan Barbie hidup itu sangat susah. Perlu kesabaran penuh untuk menghadapi kebenciannya padaku." ucap Sai.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fight ( FF ) 🔚
FanfictionSeperti sampan kecil di tengah samudra yang terombang ambing diterpa ombak besar. Seperti itulah perjuangan Naruto untuk mendapatkan kepercayaan dan hati ayahnya. Seperti itu juga perjuangannya Naruto untuk permasalahan cintanya. Akan tetapi, adaka...