Kembar " Tidak" Identik 7

52 2 1
                                    

   Hari kedua setelah kematian Shae, aku berusaha menerima kenyataan, walaupun masih ada yang menjanggal. Benarkah Shae bunuh diri? Rasanya tidak mungkin. Setelah kematian Shae beberapa kali aku membuka akun media sosialnya. Tidak ada satupun penyebab dia harus bunuh diri.

    Kariernya di Tokyo sedang bersinar, kawan kawannya menyukainya. Cantik, pintar, kaya, populer, apalagi yang kurang darinya? Rasanya janggal jika di bunuh diri.

"Tidak begitu, orang Jepang selalu alasan kecil untuk bunuh diri." Papa mencoba menghapus keraguanku. Kami sedang menikmati sarapan saat aku membicarakan keherananku tentang kematian Shae.

  "Mungkin, tapi Shae bukan murni Jepang, kan? Lagi pula sejauh yang aku tahu, dia sangat amat menghargai hidup. Papa kenal Shae kan? Nyamuk saja tidak mau dia bunuh, apa lagi dirinya sendiri," aku membantah

   Papa mengangakt bahu. " sepuluh tahun cukup untuk megubah seseorang"

"Iya, tapi bukan Shae"

    Diam hanya terdengar denting sendok beradu dengan piring.

  "Mayatnya, diautopsi?" tantaku.

   Papa  menggeleng. "Polisi meminta izin untuk melakukan autopsi, tapi paa menolak. Papa tidak mau Shae dijadikan eksperimen"

    "Eksperimen? Bukannya dengan di autopsi kita bisa tau penyebab asli kematian Shae?"

    "Penyebabnya sudah jelas. Jadi, tidak usah dipastikan lagi. Papa tidak tega mayat Shae debedah, disayat, dan entah diapkan lagi."

   Walau tidak setuju, aku tidak membantah. Lagi pula, papa lebih berhak atas Shae daripada aku

    Namun, ada satu lagi membuat ku bertanya tanya. Ke mana Mami? Sejak kemarian Shae hanya satu kali mami menelpon. Itupun hanya untuk memastikan Shae dimakamkan dengan baik. Setelah itu tidak ada satu kabar darinya. Bukanah Shae anak kesayangannya? Mustahil dia tidak kehilangan atas kematian Shae. Apa mungkin karena dia punya anak dari suaminya yang baru?

   Selepas sarapan, aku langsung mengendarai mobilku menuju toko. Beberapa meter keluar dari gerbang perumahan Ciomas Arsi Tower, aku meliat sebuah motor hitam d belakang ku. Aku menepi tenyata motor itu berbelok kesebuah jalan kecil.

     Aku melajukan Perjalananku, tetapi aku terkesiap, motor yang tadi terlihat dibelakangku sudah membuntutilu lagi ! Hatiku mulai tidak nyaman, sunyal bahaya tiba-tiba berdentang kencang. Aku berusaha tidak panik. Aku berhenti di pinggir jalan berpura pura menerima telepon.

  Motor itu melaju melewatiku. Aku tidak bisa meliat wajah pengendaranya karena terhalang helm dan masker yang ia pakai. Setelah bebarapa saat aku kembali melanjutkan perjalanan. Tokonya tinggal beberapa blok di depan.

    Aku hampir melonjak ketika melirik spion untuk kesekian Kalinya. Pengendara misterius itu tepat di belakangku. Peganganku gemetar. Aku berusaha menenangkan diri tetapi tidak berhasil.


      Dia membuntutiku! benar-benar membuntutiku!. Mobil ku pun oleng.


Maaf skali typos



  Enjoy
Vote please
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

KOKESHITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang