Paket Misterius 2

92 7 1
                                    

Hy, balik lagi. Aku mohon votenya donk kan gampang tuh nge-vote, hehe jadi vote please dan komentnya,.. Love you readers.

°°°°°°°°°°°°

Langit sudah senja saat aku tiba di rumah. Sebuah mobil berwarna hitam mengkilat terparkir di halaman. Travis , adik tiriku, rupanya sudah pulang. Dia kuliah di kota Sydney dan pulang setiap jumat sore.

Benar saja, dia terlihat sedang asyik menonton televisi. Mulutnya nyengir senang begitu melihatku. Dia menadahkan tangannya sambil memainkan alis.

Aku mencibir dan melempar kantong plastik yang kubawa. "Nih, tahu saja aku bawa sesuatu." aku pun mengeloyor ke dapur, minum.

Travis menyambut kantong itu dengan suka cita. Tak lama, mulutnya sudah penuh dengan roti isi blueberry. Dia mengancungkan jempolnya padaku saat aku menuju kamar.

Tapi begitu membuka pintu kamar, aku menyesal telah memberikan rotiku padanya. "TRAVIS ...!!" Aku yakin suaraku bisa terdengar hingga ujung kompleks.

Terdengar suara jawaban Travis dan tak lama sosoknya sudah berdiri di belakangku. "Apa?"

Aku tidak menjawab. masih terbelalak, aku geser badan ke samping, memberi ruang padanya agar melihat apa yang membuatku histeris. Aku menunjuk kamarku yang berantakan. Tidak tepatnya sungguh sungguh berantakan. Sepertinya baru ada ribuan gajah berpesta di kamarku.

Pakaianku tumpah ruah memenuhi lantai, buku buku,  ah! Aku tidak tahu ada orang yang membuat kekacauan sehebat ini.

"Ya ampun, Kak, kenapa kamarnya berantakan begini?" Travis bertanya sembarangan.

" aku baru datang, ingat?" aku merapatkan gerahamku. "Kamu yang ada dirumah. Tertuduh satu satunya ya kamu," kataku sambil menunjuk hidungnya. Dia hanya terperanjat sesaat, lalu tertawa. Itu membuat ku semakin jengkel. Ugh! Dia memang sering mengisengiku, tapi kali ini dia sudah keterlaluan.

"Aku memang suka iseng, tapi kali ini tidak" Travis membela diri.

Aku tidak percaya. Siapa lagi selain dia dirumah. Papa kerja, Mama hari ini pergi ke pameran sejak pagi. Tidak ada orang lain lagi selain Travis.

"Dengar aku baru sampai tiga jam yang lalu, langsung masuk ke kamarku, terus nonton sampai kakak datang. Aku tidak ke kamar kakak, ruang depan, dapur, dan ruang tengah." jelas Travis. Dari wajahnya jelas dia tidak mau di salahkan.

Aku tertegun "lalu siapa?"

Wajahnya menegang. "Maling!" seru Travis. Serta merta dia menerobos pintu kamar, langsung menuju jendela.

"Hei, ayolah akui saja perbuatanmu. Tidak perlu menyalahkan orang lain. Mana ada maling siang siang begini." aku mengikutinya memasuki kamar.

Travis sepertinya tidak mendengar perkataanku, dia melongok ke luar jendela. "Tidak ada jejak,..." Gumamnya.

"Tentu saja!" tukas ku marah. "Tidak ada yang masuk lewat jendela. Tidak mungkin. Rumah ini dikelilingi tembok, akses satu satunya hanya lewat pagar depan yang pasti di gembok sebelum kamu datang. Mana ada irang yang melewati tembok setinggi tiga meter?"

"Mungkin saja..." igau Travis. "Pakai tali,atau tangga." lanjutnya. Dia lalu bergegas keluar.

Aku memutar bola mata. Kenapa dia tidak mengaku saja sih? Aku dongkol. Lihat saja nanti aku melapor pada mama. Meski lelah dan marah. Aku tidak punya pilihan selain membereskan kamarku. Ugh! Sambil cemberut aku melipat satu persatu pakaianku. Syukur tidak terlalu kusut. Jadi aku tidak perlu menyetrika ulang pakaianku.

Tiba tiba Travis muncul dari pintu. "Ada yang hilang tidak?"

Aku hanya mendelik, tidak menjawab, aku sibuk melipat kaus dan blus.

"Aku serius diluar tidak ada tanda tanda orang masuk. Maksudku tidak ada tanda tanda orang masuk, tidak ada jejak kaki, rumput rebah atau tali, atau apalah yang jadi petunjuk seseorang penyusup masuk" Travis menceracau.

"Sejak kapan kamu jadi detektif?" aku mencebik.

"Kak, aku serius"

"Ya, kamu sudah mengatakannya tadi."

Travis tercengang. Sepertinya dia tidak menyangka aku akan semarah ini. Tidak, dia salah. Aku tidak marah aku murka.

"Baiklah, terserah saja"  Travis menyerah berbalik badan dan kembali ke ruang tengah.

Aku menghela napas dan mualai menata baju di lemari gantung. Huf, sungguh melelahkan dan menyebalkan. Perlu waktu tiga jam aku merapikan Kamarku dan menjadi seperti semula. Aku menyeka keringat yang ada di mukaku, duduk mengelesot di samping tempat tidur.

Kepala Travis muncul dari balik pintu "ada yang hilang tidak?"

"Tidak, tentu saja tidak." Aku tertegu . "Kamu benar. Benar tidak menghancurkan kamarku?"

"Kakak, masih tidak percaya" Travis terlihat terpukul.

"Mmm ... Tadinya begitu"

"Aku memang suka iseng tapi bukan kriminal." Travis tersinggung.

"Iya, maaf" kalau bukan Travis  siapa yah?. Tidak mungkin Seorang iseng melompati pagar tembok rumah. Lalu mengacak ngacak kamar ku. Orang gila saja mendadak waras untuk berbuat seperti itu.

°°°°°°°°°°.
Hay maaf ya kalau pendek ya gitulah vote please and keep calm always smile!!!! :):):):):):):):):):):)::)::):):):):)

Enjoy
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

KOKESHITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang