Pertama kali bikin story yang genrenya marriage life semoga ada yg suka.Cerita ini hanya khayalan fiktif belaka bila ada kesamaan nama, tokoh, jalan cerita, dll itu semata-mata unsur ketidaksengajaan. :V
:DHappy Reading ^-^
Chapter 1
Seorang gadis berjalan dengan langkah gontai sembari menarik kasar kopernya. Sejak tadi malam mendapat kabar yang sangat mengejutkan dari tantenya bahwa ayahnya mengalami serangan jantung dan kini kondisinya tengah kritis ia langsung memesan tiket keberangkatan paling awal ke Indonesia. Ekor matanya menyapu kesana kemari mencari sosok yang dikenalnya diantara kerumunan orang-orang dan ia tersenyum lega melihat kedatangan tantenya.
"Yuki" panggil wanita paruh baya tersenyum lembut melihat keponakannya telah sampai dengan selamat. Ia dapat melihat guratan-guratan cemas dan khawatir pada wajah cantik itu.
Yuki segera melangkah lebar menghampiri wanita paruh baya itu yang sudah ia anggap selayaknya ibunya sendiri, ia kemudian mencium punggung tangan wanita itu. Lalu memeluk wanita itu untuk sekedar melepas rindu atau membagi sedikit beban yang sejak semalam ia pikul sendiri.
Setelah puas ia menatap teduh manik tantenya."Tante Ratna, gimana keadaan papa?" tanya Yuki . Ia benar-benar merasa takut, khawatir dan cemas akan kondisi ayahnya.
"Papa kamu dari semalam masih belum sadar" jawab Ratna sendu. Pundak Yuki merosot mendengar kabar itu. Ia menunduk menatap sepatu highheels hitam yang terpatri indah dikaki mungilnya. Kini ia merasa semakin kalut.
"Oh ya ayo kita pulang dulu kamu pasti capek" ajak Ratna menggenggam lembut lengan Yuki.
"Yuki langsung kerumah sakit aja tan"sela Yuki. Mana mungkin ia bisa pulang jika kondisi ayahnya masih belum sadar dan belum ada kepastian.
"Tapi kamu kan baru sampai pasti kamu masih kelelahan lebih baik kamu istirahat dulu sebentar " nasehat Ratna.
"Yuki nggak pa-pa kok tan anter Yuki ketemu papa ya Yuki kangen sama papa" kukuh Yuki.
"Ya sudah kalo begitu"
Ratna hanya mendesah pasrah ia menuruti keinginan keponakannya yang ia mengerti pasti sangat mengkhawatirkan keadaan papanya.Diperjalanan Yuki tampak lebih diam memikirkan kondisi ayahnya. Ia sangat gelisah sejak tadi ia hanya meremas-remas buku-buku tangannya. Dan sesekali menggigit bibir bawahnya. Ia benar-benar takut, panik dan cemas. Perasaannya benar-benar kacau saat ini dibenaknya hanya ada papanya. Ia bahkan meninggalkan kewajibannya begitu saja untuk tampil di sebuah Festival Kesenian.
"Tante apa yang bikin papa kena serangan jantung? Ada apa sebenarnya?" tanya Yuki memecah keheningan karena sedari tadi tante Ratna pun tampak diam tak bersuara.
"Tante nggak tau pasti tapi semalem sekertaris papa kamu menemukan keadaan papa kamu sudah pingsan. Entahlah tante sendiri masih nggak tau penyebab pastinya apa. Mungkin masalah kantor atau ada hubungannya sama kamu?" tanya Ratna menatap manik Yuki.
"Yuki kemaren emang sempet marahan sama papa tapi Yuki nggak nyangka keadaannya bakal kaya gini" ungkap Yuki.
"Lho kok bisa memangnya ada apa? Cerita sama tante" Ratna memandang serius ke arah Yuki.
"Yuki dilamar sama Al tan" Yuki menjeda ucapannya sedang netra Ratna membulat mendengar penuturan Yuki. Pantas saja Awan mengalami serangan jantung karena ia tahu Hermawan menentang hubungan Yuki dengan sosok pemuda yang bernama Al.
"Dan kemarin aku bilang sama papa terus papa terang-terangan menolak gak mau ngasih aku restu. Dan kemaren aku marah sama papa. Mungkin itu yang bikin papa drop .Aku bingung tan harus gimana? Disatu sisi Yuki cinta sama Al tapi di sisi lain Yuki nggak mau ngebuat papa jadi kaya gini" curhat Yuki. Ratna mengelus pelan pundak Yuki memberi sedikit ketenangan.
"Kamu yang sabar ya sayang tante tau ini berat buat kamu. Tapi saran tante untuk saat ini kamu utamain kesehatan papa kamu nanti kalo papa kamu sudah baikan kamu bicarakan baik-baik. Tapi ki kalo tante boleh jujur tante juga kurang suka sama Al" ujar Ratna yang membuat Yuki mendelik tak suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
IF YOU
FanfictionBlurb Yuki terpaksa menikah dengan laki-laki yang tidak ia harapkan sebelumnya karena untuk menuruti permintaan terakhir mendiang sang ayah. Akhirnya ia pun menjalani pernikahannya dengan keterpaksaan. Ia tidak bisa menerima dan mencintai suaminya k...