Sesuai petunjuk Beby, Okta datang ke bioskop yang telah ditentukan kemarin. Walaupun dibilang surprise, tetap saja Okta was-was. Ia berpikiran bahwa seniornya itu mungkin saja mengerjainya.
Okta sengaja datang lebih awal. Ia ingin melihat apa gerangan yang menjadi surprise baginya.
Mall dua huruf itu masih sepi saat Okta datang. Bahkan bioskop di lantai tujuh itu pun tampak baru bersiap-siap buka.
Keluar dari lift, Okta mengendap-endap. Tapi sayangnya tak ada siapapun di depan bioskop.
"Hadeuh, kayaknya salah juga deh dateng kepagian,"
Okta memutuskan untuk menunggu sambil duduk, agak jauh dari bioskop.
Tiga puluh menit berselang, tampak seseorang yang familiar di mata Okta. Desy baru saja tiba di bioskop, dengan setelan kemeja kotak-kotak favoritnya. Tidak lupa kacamata membingkai mata indahnya. Bahkan dari jauh, Okta memuji penampilan Desy dengan baju kasual walau sudah sering melihatnya.
Mulanya Okta ingin menghampiri Desy. Namun ia mengurungkan niatnya. Ia berpikir bahwa mungkin saja Desy sedang janjian dengan orang lain.
Okta tertegun melihat seorang... Laki-laki? Menghampiri Desy. Laki-laki itu kemudian menarik paksa Desy ke arah koridor menuju toilet.
Desy tampak tidak suka dengan laki-laki yang tingginya sepantaran itu. Beberapa kali Desy coba berontak, namun sia-sia. Sepertinya laki-laki itu lebih kuat dari Desy.
Kondisi lantai tujuh yang masih sepi membuat Desy pasrah. Namun Okta di sisi lain, mulai berjalan menghampiri Desy.
Tapi Okta merasa takut. Bagaimana kalau ia tidak bisa menyelamatkan Desy? Ia tak lebih hanya seorang bocah cengeng yang baperan.
Langkah Okta tertahan di ujung koridor. Ia menimbang-nimbang, haruskah?
Kebimbangan lain ikut muncul dalam benak Okta. Perasaan itu, kerinduan itu... Harusnya tidak pernah ada.
"Jangan!! Lepaskan aku!!" Jeritan Desy menyadarkan Okta. Rupanya laki-laki itu berusaha menyentuh Desy.
Duagh!
Dengan sekuat tenaga, Okta memukulkan papan penanda lantai licin ke punggung laki-laki itu. Ia langsung jatuh tak sadarkan diri.
"O...ota?" Desy yang masih dalam kondisi panik, menatap Okta.
"Ci Desy gapapa kan? Udah yuk buruan pergi sebelum orangnya bangun lagi!" Okta menggandeng tangan Desy kemudian menariknya.
"Tunggu!" Desy menahan Okta, kemudian melepaskan genggamannya.
"Ap-"
Okta kaget melihat Desy sedang membetulkan posisi kancing kemejanya. Okta buru-buru memunggungi Desy.
Okta memegang dadanya. Mengatur nafasnya supaya jantungnya tidak berdebar tak karuan.
"Mikir apa sih akuu!" Gerutu Okta dalam hati.
"Udah yuk, Ta," kali ini, Desy yang menggandeng tangan Okta. Keduanya pun lanjut berjalan menjauhi tempat tadi.
"Em... Ci Desy ngapain di sini?" Tanya Okta.
"Aku rencananya mau nonton berdua sama Sisca, tapi ternyata Siscanya ada acara keluarga dadakan..."
"Oh, berdua sama Sisca ya," Okta memberi penekanan pada kata berdua, kemudian bersikap mendadak dingin, "mau nonton apa emangnya?"
"Film horor," jawab Desy.
"Hm. Kebetulan sama. Yaudah bareng aja," ajak Okta, masih dengan nada datarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beby & Shanju: Comblang Mission!
FanfictionSebuah misi comblang untuk Beby Chaesara dan Shania Junianatha! Siapa kliennya kali ini?