5

683 33 0
                                    

"Nak ini penyakitnya menurut ibu sudah parah tapi ibu tidak bisa memastikan bener apa tidak penyakit ini,Lebih baik kalian bawa ke Rumah Sakit aja biar diperiksa lebih lanjut"

"Soal izin kalian nanti ibu urus,lebih baik kalian cepet bawa Aura ke Rumah Sakit,karena penyakitnya udh agak serius",lanjut ibu itu.

"Baik kalau gitu kami permisi dulu bu",pamit Bella.

Bagas langsung mengendong Aura ke mobilnya yang berada diparkiran.

Derepan kaki yang terdengar cepat milik Bagas dan Bella.Bagas menggendong Aura dengan sedikit berlari.

Sampai dimobil,Bagas menaruh Aura dijok belakang dengan pangkuan Bella.

Bagas membawa dengan kecepatan yang tergolong cepet dan Bella merasa takut terjadi apa-apa.

---©---

Di Rumah Sakit Bagas menjadi kalang kabut,ia menjerit-jerit memanggil susternya.

"SUS...SUSTER,TOLONG TEMEN SY SUS!!",teriak Bagas.Bella hanya menyuruh Bagas untuk sabar karena susternya lg mengambil bankar (atau apalah itu namanya).

Suster pun datang,Bagas langsung meletakkan Aura di bankar dan mengengam tangan Aura.Bella hanya mengekori saja.

"Ra,sabar ya terus bertahan sebentar lg dokter dateng meriksa lo Ra",lirih Bagas.

"Maaf mas,anda tidak boleh masuk hanya dokter yang boleh masuk keruangan ini,jadi mas dan mba'nya tunggu diluar aja",perintah suster.

"Tapi sus--",Ucapan Bagas terhenti saat suster menutup pintu ruangan itu.

45 menit..

Bella masih mondar-mandir menunggu dokter keluar dari ruangan tempat Aura berada sedangkan Bagas hanya menatap kosong kedepan.

Seorang dokter keluar dari ruangan Aura,Bella yang sedari tadi mondar-mandir langsung terhenti saat melihat dokter keluar dari ruangan itu.

Tapi Bagas masih diposisi sama,ia tidak mengetahui dokter keluar dari ruangan yang sudah ditunggunya.

"Maaf,disini siapa keluarga pasien?",tanya dokter itu.

Bella masih bingung,ia harus mengatakan yang sebenarnya atau berbohong saja.

"Sy dok,sy sepupu pasien",semoga ini keputusan yang tepat untuk tau penyakit Aura,pikir Bella.

"Apa ada orang tua pasien?".

"Umm...orang tuanya meninggal dia yatim piatu dok".

"Oo,maaf sy tidak tau.Baiklah ikut keruangan sy sekarang".

"Makasih dok".

Sebelum pergi Bella membangunkan Bagas yang masih diem saja.

"Gas,gas bangun!! Lo tunggu diruangan Aura sekarang,gue mau keruangan dokter dulu",Bella mengguncang Bagas dan akhirnya tersadar saat disebutkan nama Aura.

Mendengar nama Aura,Bagas langsung sadar dan ia pergi ke ruangan Aura tanpa menghiraukan wajah congo Bella.

Bella tidak memperdulikan itu dan langsung menuju ruangan dokter.

"Permisi dok",ketuknya dipintu.

"Oh km,silahkan masuk.Ada yang mau sy bicarakan soal pasien",ujar dokter itu.

Bella masuk dan duduk dikursi yang sudah disiapkan dokter itu.

"Baiklah,langsung saja dok".

"Sebelumnya siapa nama pasien?".

"Namanya Aura Fatasya biasa dipanggil Aura dok".

"Oh,baiklah sy melihat kondisi Aura kini memburuk dan Aura mempunyai penyakit Leukemia stadium akhir.Sy tidak dapat membantu karena kondisinya sudah parah dan sy memperkirakan umur Aura tidak lebih dari 1 setengah bulan",ujar dokter.

Air mata Bella lolos begitu saja saat mendengar pernyataan dokter tentang penyakit Aura.

"Jadi selama ini Aura punya penyakit Leukemia stadium akhir",pikir Bella.

"G..gk mungkin dok itu gk mungkin,apa bisa Aura disembuhkan dengan berbagai cara dok?",suara serak Bella,dan air matanya masih menetes.

"Maaf mba sy udh gk bisa lg menyembuhkan peyakit itu,dan kini kita hanya bisa berdoa semoga Aura bisa sembuh dari penyakitnya dan memiliki umur panjang".
Dokter itu mengerti bagaimana perasaan Bella saat ini,ia berusaha menenangkannya yang makin terisak.

"Makasih informasinya dok,sy permisi dulu",Bella pergi meninggalkan ruangan itu,ia makin tidak kuat terhadap cobaan Aura sahabat baiknya itu.

Bella berjalan dilorong dengan perasaan campur aduk antara kecewa,sedih dan marah.

---©---

Bagas memandang Aura yang masih tertidur dengan infus dan selang yang masih melilit ditubuh gadis itu.

Ntah rasa peduli yang datang dari mana,saat Bagas melihat Aura yang seperti ini ia merasa ada yang janggal ditubuhnya tapi bukan diperasaannya namun sesuatu firasat buruk tentang Aura.

Suara pintu terbuka membuyarkan Bagas,Bella yang berdiri dengan tubuh bergetar,air mata yang sudah turun sampai bajunya basah dan isakan tangis yang memilukan Bagas.

Bagas segera berdiri menyambut Bella tapi malah pelukan Bella yang ia dapatkan saat menyambutnya.

Bagas mengelus punggung Bella yang masih terisak,Bella tidak mau berhenti menangis dan itu menyulitkan Bagas untuk membujuk Bella.

"Hush...udh dong Bel,jangan nangis.Gue bingung harus apa kalo lo kyk gini",Bagas berusaha menenangkan Bella.

Tak lama Bella berhenti tapi air matanya terus mengalir.
Bella yang sedikit tenang dan membuat Bagas ingin bertanya padanya.

"Bella lo knp? Kok tiba-tiba nangis gini,apa yang terjadi Bel ceritain ke gue",tapi Bella malah mempereratkan pelukannya ke Bagas.

"Aura Gas,dia kena penyakit---",Bella tidak kuasa melanjutkan pembicaraan tentang kondisi Aura,jadi ia hanya bisa menangis dipelukan Bagas yang masih bingung dengan omongan Bella tadi.

"Bel mending lo tenangin dulu aja diri lo,kalo udh siap ceritain aja ke gue".

Bella berusaha menenangi dirinya.
Saat merasa tenang Bella ingin menceritakan kondisi Aura meskipun ia yakin nanti pasti akan terisak lagi tapi ia berusaha tetap menceritakan.

Mau tau kelanjutannya terus baca ceritanya ya..

PergiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang