Masa Lalu

1K 74 4
                                    

Dulu aku dan kakakku dekat sangat dekat. Mungkin karena usia kami hanya berjarak 2 tahun, dia berusia 8 tahun dan aku 6 tahun. Malam itu aku dan kak Erina baru pulang dari rumah paman, kebetulan rumahnya dekat dengan rumah kami. Untuk cepat sampai keperumahan, kami memotong jalan melewati gang kecil yang sangat sepi, aku menurut saja. Saat itu memang cukup malam untuk anak kecil seusia kami berkeliaran. Ditengah perjalanan terlihat tiga pria dewasa tengah berkumpul sambil berjudi, tanpa menghiraukannya kami pun melanjutkan perjalanan.

"Hei bocah! Jika melewati orang dewasa bukankah sebaiknya kau mengucapkan permisi!" bentak salah satu pria dikerumunan itu.

"Permisi.." jawab kak Erina tanpa menoleh dan tetap berjalan kedepan, aku pun mengikut saja.

Pria tersebut menjadi marah, tidak terima dengan perlakuan kakakku tersebut pria itu menghampirinya dengan cepat. Ia berdiri didepan kak Erina, kak Erina langsung menoleh keatas untuk melihat orang yang menghadangnya. Karena takut aku hanya bersembunyi dibelakang kakakku dan memegangi tangannya.

"Wah.. wah.. wah!! Ternyata keluarga Polly, pantas saja kau tidak sopan" ucap sang pria setelah melihat liontin yang dikenakan kak Erina yang bertuliskan 'Polly'.

"Polly ?! coba kulihat wajahnya!" salah satu pria yang lain menghampiri, mengangkat dagu kakakku dengan kasar. "Ternyata benar, wajah keluarga Polly memang menarik, hei kita kekurangan uang kan? Bagaimana kalau kita.." pria tersebut menggantung kalimatnya tetapi teman yang lain tampak mengerti.

"Yaudah bawa saja mereka!!" jawab pria yang lain yang masih duduk ditempatnya.

"Hei bocah! Ikutlah denganku!" perintah pria yang dari tadi menghadangnya, lalu menarik tangan kak Erina dengan kasar. Aku pun semakin ketakutan.

"LEPASKAN!! KAMI INGIN PULANG!!" teriak kak Erina dingin.

"Iyaa.. disanalah rumahmu"

"Aku bukan bocah tolol! Seperti kalian!!"

PAAAKK!!!

Kak Erina menerima tamparan yang cukup keras dari salah satu pria didekatnya yang benar-benar geram dengan sikapnya.

"KAKAK!!" aku berteriak ketakutan dan mulai menangis melihat pipi kakakku memerah.

"Hei bocah!! Jangan macam-macam, meskipun kau hanya anak kecil bukan berarti kami tidak berani berbuat kasar bahkan melukai mu dengan ini!" bentak pria tersebut sambil mengacungkan pisau digenggamannya.

"Dia benar! Kau itu sudah diibaratkan dengan tikus yang terjerat diperangkapnya, kalau kau melawan kau bisa tewas" ucap pria yang lainnya.

"Itu hanya berlaku untuk tikus tolol! Seperti kalian!" tantang kak Erina.

"Haha.. berani sekali kau bocah! Kami tidak main-main kau tahu kan? Menurutlah!" pria tersebut menarik tangan kak Erina dengan kasar sehingga membuatnya terjatuh, pegangan tanganku pun terlepas dan lagi-lagi aku menjerit.

"Kenapa sekarang kau malah jatuh, Bodoh!" pria tersebut menjambak rambut Erina untuk membangunkanya. Tetapi kak Erina tetap enggan menolehkan wajahnya kepria tersebut, tiba-tiba kak Erina mengambil serpihan kaca yang ada didekatnya dan menggoreskannya ketangan pria yang menjambaknya.

"Arrrgghh!!!" jerit pria tersebut, sambil memegangi tangannya yang terluka dan berceceran darah yang tak kunjung berhenti.

"Beraninya kau bocah, aku tak peduli apapun lagi mati ataupun hidup!" sentak pria yang lain, sambil melayangkan pisau kearah tubuh kak Erina, tapi dengan cepat kak Erina mengelak kebelakang pria tersebut dan menusukan serpihan kaca ketubuh pria itu berkali-kali. Pria tersebut menjerit kesakitan, dan berbalik badan untuk menangkap kak Erina tapi sialnya yang dia lakukan malah merugikannya sendiri, tusukan kaca tersebut mengenai dada sebelah kirinya sehingga hampir mengenai jantungnya. Pria tersebut terkapar ditanah, dengan kondisi hampir sekarat sehingga membuat kak Erina menggorok lehernya dengan serpihan kaca dan membuat pria tersebut kehilangan nyawanya.

WHO?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang