lanjutan

840 74 10
                                    

"Susan telah tewas" ucap Kira tiba-tiba.

"Apa?" tanya Bella.

"Maafkan aku tak dapat menolongnya, aku terlalu takut pada-"

"Jangan bercanda Kira!" tegas Bella.

"Aku tidak bercanda, aku melihatnya sendiri" ucap Kira lemas.

"Dimana?" tanya Peter dengan wajah tak percaya.

"Tadi malam, dipanti asuhan yang tak terpakai lagi. Panti asuhan 'castle'"

"JANGAN BERCANDA KIRA!!" teriak Bella, sempat jadi tontonan siswa yang sedang lewat.

"Aku tidak-" Kira tidak meneruskan kalimatnya saat melihat Bella menangis. "Bella.."

"Aku sudah lama berteman dengannya, dan kau.. apa maksudmu dia yang membunuh ayahku?" ucap Bella bergetar dalam tangisnya. "Katakan padaku!!"

"Bella tenanglah" Peter mencoba menenangkan.

"Maafkan aku Bella. Tapi memang itu kenyataannya, dia bersama kakaknya" ucap Kira menyesal.

"Tapi untuk apa? Untuk apa Kira? Jelaskan !!" tangisnya Bella semakin menjadi. "Tolong.. jelaskan"

"Itu-" Kira menunduk tak berniat meneruskan, dia segera meninggalkan kedua temannya yang sekarang jadi pusat perhatian itu.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Hari itu menjadi hari yang canggung bagi Kira dan Bella. Kira tak berniat menghibur Bella atau semacamnya karena dia yakin Bella butuh waktu untuk menyendiri, selain itu Kira juga berusaha menahan emosi karena mendengarkan siswa-siswa dikelasnya yang berbicara mengenai pembunuhan yang terjadi tadi malam. Kira keluar kelas untuk menghilangkan rasa kesal karena orang-orang yang ada dikelasnya, tapi yang dia dapatkan diluar kelas justru lebih parah. Banyak siswa yang menjauh darinya seakan dia adalah pelaku dari pembunuhan itu. Kira mengabaikan, dia sering diperlakukan seperti ini.

"Hai Kira" sapa Peter yang kebetulan melewatinya. Mereka berakhir disebuah kursi yang ada disekolahnya.

"Kau tak bersama Bella?" tanya Peter memulai pembicaraan.

"Kurasa dia butuh waktu untuk sendiri" ucap Kira dingin.

"Jadi, saat kau meninggalkanku untuk membeli kertas kau melihatnya?"

"Aku tak sengaja melihatnya, kupikir dia adalah Erina. Ternyata mereka, yang sedang membicarakan pembunuhan terhadap ayah Bella" Kira menundukan kepalanya.

"Kau menyembunyikan sesuatu ya?"

"Apa maksudmu?" Kira mengangkat kepalanya.

"Ya, ketika Bella bertanya alasan Susan membunuh ayahnya. Ku yakin kau tahu"

"Ya, aku memang tahu. Itu juga alasan mengapa Susan mendekatiku"

"Mendekat-" ucap Peter terpotong.

"Aku sudah mengatakan pada kalian jika kalian mendekatiku, nyawa kalian dalam bahaya"

"Aku tak peduli Kira, aku akan melindungimu"

Kemudian bell masuk berbunyi. "Kau hanya akan merepotkanku Peter" Kira berdiri meninggalkan pria itu menuju kelas.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Sepulang sekolah Kira langsung mengambil sepedahnya dan meninggalkan sekolah, dia tak berniat langsung pulang jadi dia pergi jalan-jalan terlebih dahulu. Dia mengendarai sepedahnya dan memasuki sebuah perumahan, dia melihat salah satu rumah yang ramai dan tampak berduka. Itu adalah rumah Susan, Kira melihat Bella dan Peter disana. Kira langsung pergi dari sana.

Kira melanjutkan perjalanannya kesebuah pemakaman, Kira hendak mengunjungi makam kedua orang tuanya yang berada berdekatan atau lebih tepatnya bersampingan.

"Ayah, Ibu. Apa kau tersiksa disana? Kak Er, selalu melakukan kejahatan, maafkan aku tak dapat menghentikannya. Ayah, Ibu sebenarnya siapa yang telah membunuh kalian? Apa benar itu Kak Er?" Kira mulai menitikkan air mata. "Oh iya. Aku sudah mempunyai teman, tapi mereka.. kalian tahu kan mereka semua sekarang dalam bahaya. Aku telah kehilangan satu temanku, karena aku tak dapat melindunginya. Ayah, Ibu bantu aku, beri aku kekuatan untuk menghentikan Kak Er dan melindungi semua kerabat, tidak maksudku semua orang. Baik-baik kalian disana, semoga kalian tenang" Kira menghapus air mata yang berlinangan dipipinya. Dia juga berencana untuk membersihkan makam kedua orang tuanya, jadi dia memulainya. Hari sudah menjelang petang, Kira memutuskan untuk meninggalkan makam tersebut.

Kira masih belum berniat untuk pulang, jadi dia memutuskan untuk pergi kesebuah café dikotanya, dia berniat untuk pulang malam hari ini. Kira memesan secangkir kopi, untuk menemaninya menunggu malam tiba.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Malam telah tiba, nyonya Wilson sedang menyiapkan makan malam. Tiba-tiba terdengar suara ketukan dipintu rumah, ternyata dia adalah tuan Wilson, wanita itu segera menghampiri dan membantu membawakan barang bawaannnya.

"Dimana Kira ?" tanya tuan Wilson.

"Dia belum datang sejak tadi" nyonya Wilson melanjutkan menyiapkan makan malam.

"Sejak berangkat sekolah?"

"Iya begitulah. Hei sayang, anak itu dia kan sudah dewasa, dia juga pasti sudah bisa hidup sendiri" ucap nyonya Wilson ragu-ragu.

"Apa maksudmu?" tuan Wilson tampak tak mengerti.

"Biarkan dia hidup sendiri, jika kita terus mengadopsinya nyawa kita dalam bahaya"

"Kita mengadopsinya bukan hanya karena kasihan padanya, tapi dia juga dijadikan sebagai sandera"

"Tapi.."

"Jika kita tidak tau dimana Kira berada, menangkap Erina juga akan sulit karena Erina selama ini mengawasi Kira. Buktinya selama ini Kira tinggal bersama kita, dan Erina juga tetap berada dikota ini"

"Kalau begitu, kau keluar saja dari kepolisian jadi kau tidak perlu repot memikirkan penangkapan Erina"

"Aku tak bisa begitu saja meninggalkan tugas ini. Selain itu, aku sudah berambisi untuk melindungi kota ini dari pembunuh berantai seperti Erina" tuan Wilson mencoba meyakinkan.

"Kau pikir sudah berapa banyak personel polisi yang mati saat menangkap Erina! Aku tak ingin kau mati, anak kita masih kecil dan dia masih butuh figur seorang ayah. Apa kau tak pernah memikirkan keluarga mu?" nyonya Wilson menaikan suaranya.

"Aku melakukan ini untuk keluarga kita juga, supaya kita bisa hidup tenang tanpa khawatir tentang pembunuhan"

"Kau-" TOK! TOK! TOK! Pintu diketuk seseorang, memotong perkataan nyonya Wilson.

"Biar aku saja yang membukakan pintunya" nyonya Wilson menuju kepintu depan dan membukakan pintu.

Arrghh!! Perut nyonya Wilson ditusuk seseorang saat membukakan pintu, wanita itu memegangi perutnya yang terluka. "Kau ! siapa?" tanyanya merintih kesakitan.

"Oh, benar juga. Kau belum pernah bertemu denganku ya? Aku Erina" Erina tersenyum lebar dan mengacungkan sebuah pisau ke arah wanita itu.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Arrghh!!

"Apa itu? Suara rintihan?" ucap tuan Wilson panik dan segera menyusul istrinya ke pintu depan. Alangkah terkejutnya pria itu melihat istrinya terkapar dilantai bersimbah darah, selain itu pintu rumah tersebut juga terbuka.

"Rahita!!" teriak tuan Wilson dan menghampiri istrinya. "Siapa.. siapa yang melakukan ini?" tuan Wilson menoleh kearah kanan dan menemukan tulisan yang terukir oleh darah 'Erina'.

"SIALAN!!!"

Tuan Wilson menelpon ambulan dan melarikan istrinya kerumah sakit bersama sang anak, tuan Wilson menelpon Kira.

"Halo tuan? Ada apa?" tanya Kira ditelepon.

"Erina... gadis itu melukai Rahita" ucap tuan Wilson bergetar.

"Apa! Tidak mungkin, kalian ada dimana?"

"Kami menuju rumah sakit"

"Akuakan menyusul" telepon dimatikan.    

WHO?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang