"Rei-chan~" Terdengar suara pintu terbuka. Aku menoleh, dan mendapati Bibi berdiri di depan pintu kamarku.
"Kenapa, bi..?" tanyaku, meletakkan pensil yang kupegang dan menutup buku di depanku.
"Apa kau sedang sibuk?" Bibi melangkah masuk, kemudian berdiri di samping meja belajarku. "Bibi ingin minta tolong untuk mengantarkan ini ke Paman Yoshida. Kau bisa, kan?" ucapnya sambil mengangkat bungkusan di tangannya.
Aku mengangguk. "Baiklah, aku akan mengantarkannya.."
"Arigatou.." Bibi tersenyum, mengusap lenganku pelan, kemudian berjalan keluar kamar. Aku langsung mengambil jaket di lemari pakaian, memakainya, kemudian beranjak pergi. Paman Yoshida adalah salah satu teman lama bibiku. Mereka teman satu sekolah, dan aku sering mengantarkan bungkusan--entah barang atau makananke apartemen milik Paman Yoshida--dan ia pun sering mengirimkan hadiah balasan pada kami. Jarak antara apartemen kami dan Paman Yoshida tidak terlalu jauh, sehingga aku lebih memilih untuk berjalan kaki ke sana. Apalagi ini Sabtu pagi yang cerah--sekolah sedang libur, dan tidak banyak mobil yang melaju di jalanan.
Tak lama, aku sampai di depan bangunan apartemen milik Paman Yoshida. Apartemen Paman Yoshida terletak di lantai tiga--dan sayangnya, tidak ada lift, sehingga aku harus menaiki tangga ke sana. Selagi menaiki tangga, samar-samar aku mendengar suara--seperti suara orang yang bertengkar. Aku terus melangkah, memelankan langkahku untuk mendengar percakapan dua orang bibi yang berdiri di dekat tangga menuju lantai tiga.
"Mereka berkelahi lagi.. Benar-benar.. Lama-lama aku tidak tahan tinggal di sini.."
"Tapi.. anak laki-laki itu kasihan sekali, ya.. Dia pasti sedang dipukuli oleh ayahnya lagi.."
"Ayahnya bertemperamen kasar, dan hal itu jadi memular pada anaknya.. Kalau sudah begitu, apalagi yang harus dilakukan..?"
"Apa.. tidak sebaiknya kita melaporkan hal ini..? Mungkin.. kita bisa melaporkannya ke polisi..? Apa baik membiarkan hal ini terus berlangsung..?"
"Sudahlah.. Itu urusan mereka.. Kita tidak boleh ikut campur.."
Dan akhirnya aku memilih mempercepat laju langkahku menaiki tangga. Ini tidak ada hubungannya denganku.. Kenapa aku harus sepenasaran ini..? Semakin dekat dengan lantai tiga, suara-suara itu kembali terdengar. Semoga apartemen milik keluarga itu tidak terlalu dekat dengan apartemen Paman Yoshida.. Apartemen Paman Yoshida terletak di paling pojok sebelah kiri, sehingga untuk ke sana, aku harus melewati pintu apartemen yang lain.
"ANAK KURANG A***!! BERANINYA KAU MEMBANTAH AYAHMU!! Baru saja akan berbelok, aku langsung berhenti begitu mendengar suara teriakan yang sangat keras. Kemudian terdengar suara pintu terbanting. Aku buru-buru menundukkan kepalaku, berusaha untuk tidak melihat--dan berusaha mengenyahkan rasa penasaran yang timbul di hatiku. Aku mendengar suara derap kaki di dekatku, dan aku langsung bergerak merapat ke salah satu dinding, masih menatap ke bawah. Kudengar suara langkah kaki itu terhenti, kemudian tidak terdengar suara apa-apa lagi. Kenapa berhenti..? Apa orang itu berbalik pergi ke arah lain..? Akhirnya, didorong rasa penasaran--dan aku juga harus mengantarkan bungkusan untuk Paman Yoshida--aku mengangkat kepalaku perlahan, menoleh--dan napasku tercekat.
Déjà vu terjadi padaku. Kejadian beberapa hari lalu seakan kembali terulang. Di mana aku hanya bisa berdiri diam, terpaku menatap sosok yang berdiri di depanku--dengan sosok yang sekarang kulihat masih sama dengan sosok yang kulihat beberapa hari lalu. Yang membedakan hanyalah.. jika saat itu aku masih diberikan sebuah senyuman kecil, kali ini aku hanya mendapati tatapan kosong. Sorot mata itu begitu kosong, raut wajahnya datar dan dia pun hanya berdiri terpaku, menatap ke arahku. Aku menatap wajahnyapelipisnya terlihat berdarah, ada lebam kecil di pipinya, dan luka sobek di sudut bibirnya. Kemudian aku menatap matanya--kosong, tidak ada emosi sama sekali. Aku tidak tahu harus berbuat apa--yang bisa kulakukan hanya diam, dan terus menatap ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MilKy Love
Random"Don't judge a book by its cover" Ok.. This is not a book--not really. But, let's make a fair judge for this story--by its cover.. Don't make too much expectation.. It's just a simple story.. As simple as you can imagine.. Once again.. Don't hope to...