- Confusion -

11 1 1
                                    

"37,8 derajat.." Miho-sensei--guru yang bertugas di ruang UKS--melihat pada termometer yang ada di tangannya, kemudian memegang dahiku. "Suhu tubuhmu memang sedikit tinggi. Apa kau merasakan hal yang lain lagi..?"

"Hanya.. sedikit pusing.." ujarku pelan.

"Lebih baik kau istirahat sebentar. Mungkin ini hanya gejala flu.. Ibu ke ruang guru sebentar.." Miho-sensei tersenyum, kemudian berjalan ke luar ruang UKS.  Aku melirik ke arah Nana yang sedari tadi hanya duduk diam di samping tempat tidur ruang UKS, menatapku khawatir.

"Aku tidak apa-apa.." Aku berusaha untuk tersenyum. Jika sudah begini, akan sulit bagiku untuk membuatnya percaya. Biar bagaimanapun, dia ibu keduaku, kan..?

"Bukankah sudah kubilang, selalu mengenakan mantel yang tebal di luar rumah. Dan kau pasti tidak minum vitamin dengan teratur. Kau jadi gampang sakit seperti dulu lagi, kan..?" Nana terlihat kesal, tapi aku tahu itu adalah caranya untuk menyalurkan segala kekhawatiran yang dirasakannya. Aku hanya bisa terus tersenyum--memastikan bahwa semuanya memang baik-baik saja. Toh aku sudah sering seperti ini--dan bukannya aku menyukainya juga..

"Aku ke kamar mandi dulu. Tidurlah sebentar.. Dan aku juga akan memberitahu Sensei setelahnya.." Nana mengelus rambutku, kemudian membetulkan letak selimut yang menutupi tubuhku. Aku mengangguk, dan melihat dia berjalan ke luar. Ruang UKS saat ini sedang sepi, tidak ada siapapun di sini kecuali aku. Aku menutup mata, berusaha mengabaikan rasa pusing yang masih menghinggapi kepalaku.

Aku membuka mata dengan perlahan--apakah aku sempat tertidur tadi..? Sepertinya begitu.. Aku memegang kepalakusakitnya sudah mulai berkurang. Aku menggerakkan kepalaku, dan terkejut mendapati Shin sudah duduk di kursi yang tadi ditempati oleh Nana--menatapku dalam.

"Apa yang kau lakukan di sini..?" Aku berusaha untuk bangun, tapi Shin langsung memajukan tubuhnya dan menahan tanganku. "Aku sudah tidak apa-apa.." Aku kembali bangun, mengabaikan tangannya yang masih berada di tanganku. Perlahan aku menyamankan diri untuk duduk bersandar pada kepala ranjang di belakangku. Setelah itu dia pun melepaskan tangannya.

"Kalau Nana melihatmu ada di sini, dia pasti akan mengusirmu.." Aku tersenyum kecil, membayangkan bagaimana Nana akan bereaksi ketika masuk ke sini.

"Tenang saja. Aku tadi lihat dia pergi ke ruang guru. Dan aku rasa dia akan lama berada di sana.." Shin tersenyum lebar. "Lagipula apa haknya mengusirku..? Akulah yang akan mengusirnya duluan.." Aku menganggukan kepalaku pelan. Benar.. itu adalah skenario yang kemungkinan besar memang akan terjadi..

"Aku kira aku sudah tidak akan lagi melihatmu di tempat ini. Ternyata.." Dia bergumam pelan, namun aku masih bisa mendengarnya. Shin menatap ke arahku yang tengah memandangnya bingung. Dia tersenyum kecil. "Bukan hanya kau pengunjung tetap di sini, kau tahu. Aku juga salah satunya.." Dan dia pun tertawa.

"Untuk membolos..?" tebakku, dan tawanya menjadi semakin kencang.

"Tidak hanya untuk itu sebenarnya. Aku juga lebih suka bersembunyi di sini daripada harus membiarkan anak-anak satu sekolah melihat mukaku yang babak belur. Mereka pasti tidak akan suka melihat pemandangan itu.." Shin melipat kedua tangannya di dada, menggelengkan kepalanya pelan, bibirnya sedikit mengerucut. Dalam hati aku tertawa.

"Aku sering melihatmu masuk ke UKS kemudian tidur. Aku tahu kau sering sakit seperti ini.. Mungkin kau tidak tahu, tapi aku sering memperhatikanmu.. Dan ranjang ini.. ini adalah tempatku, kau tahu.." Shin menunjuk ranjang yang kutempati, sudut bibirnya sedikit terangkat.

"Aaahh.. Maaf, karena sudah mengambil tempatmu.." Aku hanya memutar bola mataku malas--tidak punya keinginan untuk berdebat dengannya.

"Tapi.. aku memang benar-benar tidak suka melihatmu di sini lagi.." Shin kembali bicara, kali ini entah kenapa raut wajahnya menjadi lebih serius. "Padahal aku pikir aku bisa sedikit membantumu supaya kau tidak sakit lagi.. Tapi ternyata, itu belum cukup ya.."

MilKy LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang