- Bonus Scene -
"Aaahh.. Mr. Mark benar-benar menyebalkan..! Kenapa dia senang sekali memberikan tugas, sih..?" Dan itu adalah gerutuan kesekian kalinya yang keluar dari mulut Nana semenjak bel pulang berbunyi.
"Apa salahnya..? Anak sekolah seperti kita memang akan bernasib seperti itu.." Dan aku hanya bisa terus-menerus mengeluarkan kalimat 'pembelaan'.
Nana mendengus pelan. "Untung saja wajahnya enak dilihat.." Satu hal lagi ketika Nana sudah emosi--dia akan bicara melantur--dan aku hanya bisa menanggapi dalam diam.
"Hai, Rei-chan~!" Sebagai pelengkap, muncullah satu orang lagi yang-mungkin--bisa membuat siang hari ini menjadi lebih 'luar biasa'--tentu saja itu bukan arti sebenarnya.
"Apa yang kau lakukan di sini..?" Nana menyuarakan pertanyaan yang juga kupikirkan.
"Tentu saja untuk menemui Rei-chan~" Shin mengedipkan sebelah matanya padaku. "Dan aku juga ingin mengajaknya 'kencan'~" Tangannya membentuk tanda kutip, kemudian tertawa. Aku hanya diam, sementara Nana sudah memasang tampang kesal.
"Kau.. Kenapa masih di sini? Pulang sana duluan, Rei akan pergi bersamaku.." ucap Shin sambil menunjuk Nana. Dan aku hanya bisa tertegun. Tindakan buruk.. Dia belum tahu sedang berbicara dengan siapa..
Nana memasang wajah tidak percaya, kemudian berdecak pelan. "Apa? Kencan? Kalian bahkan belum sedekat itu, tapi apa..? 'Kencan'??" Nana ikut membentuk tanda kutip dengan tangannya. "Dan kau.. mengusirku? Benar-benar MENGUSIRku?? Waaahh.. luar biasa.." Raut wajahnya menjadi merah--pertanda emosinya semakin naik.
Belum sempat aku menahan dia untuk bicara, Shin kembali berujar. "Memangnya salah? Lagipula, kenapa kau harus berada di sini? Atau kau mau kencan bertiga?"
Nana menatap tajam ke arah Shin--emosinya benar-benar sudah tinggi. "Baiklah! Aku memang pengganggu! Aku pulang saja! Silahkan kalian berdua berkencanaku tidak akan mengganggu!" Aku hanya bisa menghela napas ketika Nana langsung berbalik dan berjalan pergi, tanpa berpamitan denganku.
"Astaga.. Kenapa dia emosi begitu..? Untung saja sifatnya tidak menular padamu.." Shin tersenyum padaku--dan aku kembali menghela napas untuk kedua kalinya. Benar benar luar biasa--yang satu temperamental, yang satu suka bicara seenaknya.. Benar-benar..
Tiba-tiba aku melihat Nana berbalik, kemudian kembali berjalan menghampiri kami. Dan ketika sudah berdiri di depan kami, sambil terus menatap tajam, tangannya menunjuk ke arah Shin, "Kau.. Jangan berani-berani bertindak yang aneh-aneh pada Rei.. Atau kau akan merasakan balasannya!"
Nana kemudian menatapku. "Handphone mu harus selalu aktif! Jangan lupa!" Aku mengangguk, dan setelah--lagi-lagi--menatap tajam padaku dan Shin, dia kembali berjalan pergi.
Aku melirik ke arah Shin, melihat ke arah Nana dengan raut wajah datar. Menyadari tatapanku, dia langsung mengalihkan pandangannya dan tersenyum padaku.
"Jadi..?" Aku bertanya padanya.
"Apa? Aahh.." Shin menjetikkan jarinya. "Ayo!"
"Ke mana..?" tanyaku.
"Tentu saja pulang ke rumah.." Shin berkata dengan santai, dan mau tidak mau aku terpaku.
"Bukankah tadi kau bilang..."
"Iya, kita akan berkencan.. Mengantarmu sampai ke rumah, bukankah itu bisa disebut kencan..? Sepertinya aku pernah membacanya di salah satu komik.. Atau aku salah...?" Shin terlihat berpikir--maksudku, 'benar-benar' berpikir. Benar, tidak seharusnya aku punya ekspektasi seperti itu.. Mana mungkin dia bisa berubah dalam waktu singkat.. Memilih mengabaikannya, aku kembali melanjutkan langkahku, dan Shin berjalan mengimbangi di sampingku.
KAMU SEDANG MEMBACA
MilKy Love
Random"Don't judge a book by its cover" Ok.. This is not a book--not really. But, let's make a fair judge for this story--by its cover.. Don't make too much expectation.. It's just a simple story.. As simple as you can imagine.. Once again.. Don't hope to...