"Kayaknya gue pulang sendiri aja deh, nyokap minta dianter belanja" Leonard nampak membalas ucapan Leona dengan dahi berkerut
"Bentar lagi gue selesai kok Na" Leonard tetap bersikeras untuk mengantar Leona pulang
"Ngga usah, lo kerjain aja kerjaan lo disini. Gue duluan ya" Leona berjalan keluar perpustakaan dengan langkah gontainya
Kalau dari awal ia tahu bahwa Leonard sudah mempunyai pacar, mungkin perasaannya terhadap cowok itu tak akan sedalam ini. Lagipula jika cowok itu sudah mempunyai pacar, kenapa harus mengantar jemput dirinya?
"Leona" suara familiar khas lelaki itu terdengar di seluruh penjuru koridor, Leona menoleh dan mendapati Leonard berlari kecil kearahnya
"Jalan lo cepat banget, buru-buru ya? Yuk gue anter" kata Leonard lalu berjalan mendahului Leona
Dari posisinya berdiri, Leona dapat melihat bahu Leonard yang naik turun dan nafasnya yang tak terkendali. Kenapa hanya demi dirinya, Leonard harus berlari? Akhirnya Leona berjalan mengikuti langkah Leonard, ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa hari ini adalah hari terakhir ia diantar jemput Leonard
*
Leona telah siap dengan seragam sekolahnya pagi ini, ia mengintip keluar rumahnya melalui celah jendela kamarnya yang tertutup gorden. Ia enggan keluar, di luar rumahnya terdapat Leonard dengan motornya menunggu didepan rumahnya!
Padahal kemarin ia telah berjanji pada dirinya sendiri, bahwa kemarin adalah hari terakhir ia diantar jemput Leonard
"Kalo gini mending ngga sekolah deh" Leona bergerak-gerak cemas, masa hanya masalah ini ia sampai tidak pergi kesekolah?
"Leona, kamu ngga berangkat?" tanya Mama
"Ma, bisa ngga bilang ke Leonard kalau aku udah berangkat?" Leona mengatupkan kedua tangannya menjadi satu, Mama langsung mengangguk tanpa bertanya
Leona mengintip lagi, di luar sana sang Mama sedang berbicara dengan Leonard. Melihat raut kecewa di wajah Leonard membuat Leona merasa bersalah, tapi ini demi hatinya. Agar tak jatuh terlalu dalam pada lelaki yang berstatus pacar gadis lain
Setelah melihat Leonard pergi dengan motornya, Leona buru-buru menuruni tangga dan memakai sepatunya. Pamit pada sang Mama lalu berjalan keluar rumah. Rencananya hari ini ia akan naik busway, yah setidaknya busway lebih baik daripada tumpangan motor Leonard
Malang, di persimpangan jalan Leona dikejutkan dengan Leonard dan motor kesayangannya yang berhenti di hadapannya. Leona menelan salivanya, ketahuan deh bohongnya
"Katanya udah berangkat?" tanya Leonard curiga
"Anu, Mama ngga tahu kalau gue lagi di toilet tadi" tawa renyah Leona hanya dibalas senyum simpul Leonard
"Mau bareng?" tanya Leonard lagi
"Ngga usah, disana ada halte busway. Gue bisa naik busway" Leona menunjuk kearah belakang mereka
"Yaelah 15 menit lagi masuk" kata Leonard sebal
"Ngga usah, gue bisa naik busway" Leona tetap pada pendiriannya
"Naik sendiri atau gue gendong?" Leonard menampilkan smirknya, membuat Leona bergidik ngeri
"Apaan sih, kenapa lo maksa banget gue naik motor lo?" Leona menyilangkan kedua lengannya di bawah dadanya, ada jeda beberapa detik sebelum Leonard menjawabnya
"Kita teman, Leona" jawab Leonard tenang. Mood Leona pagi ini hancur sudah, akhirnya gadis itu tahu alasan Leonard selalu mengantar jemputnya. Karena mereka adalah teman
"Ah iya, teman ya" gumam Leona
"Lo ngomong apa? Ayo naik cepet" kata Leonard gemas
Leona berancang-ancang, lalu berlari sekencang mungkin kearah jalan raya. Lalu berhenti berlari dan memberhentikan taksi yang beruntung lewat didepannya, meninggalkan Leonard yang dibuat melongo akan tingkah Leona
Yang dibutuhkan Leona saat ini hanya makan, karena sejak pagi ia belum makan apapun. Sedangkan Pak Darmo sedang kusyuk menjelaskan pelajaran didepan kelas, bel istirahat masih 20 menit lagi dibunyikan. Dan parahnya, perutnya tak bisa diajak berkompromi sama sekali saat ini
Setelah bel istirahat berbunyi, Leona segera menggandeng Calista dan mengambil langkah seribu menuju kantin sekolahnya. Beruntungnya, karena Leona keluar lebih awal kantin masih sangat sepi. Ia segera memesan soto ayam dan mencari tempat duduk di pojok ruangan lalu disusul Calista
Aktivitas Leona terganggu karena seseorang yang duduk disebelahnya, tubuh gadis itu langsung dibuat tegang begitu tahu siapa yang duduk tepat disampingnya. Leona berusaha mengontrol pergerakan tubuhnya. Leonard menopang dagunya dan menoleh kearah kiri, memperhatikan Leona yang sedang asyik memakan makanannya
"Gimana rencana kaburnya? Berhasil ngga?" sindir Leonard, membuat perhatian Jaya, Fazal, Calista dan Hugo terpusatkan padanya
"Berhasil lah, siapa dulu orangnya" jawab Leona membanggakan dirinya
"Tahu ngga? Orangnya kesel loh lo kabur gitu, udah ditunggu dari pagi eh malah kabur" Leonard menggelengkan kepalanya, sedangkan Leona mendengus
"Gue ngga kabur" kata Leona lalu meminum air mineralnya
"Terus?"
"Iya ngga kabur, cuma lari doang" jawab Leona sekenanya
"Yaelah sama aja kali" Leonard lalu menoyor kepala Leona
Leona terdiam, jika dipikir-pikir. Sejak kapan dirinya dan Leonard sedekat ini? Matanya menangkap tatapan Jaya yang menajam, seakan mengingatkan gadis itu untuk menjaga jarak dengan Leonard.