Beberapa hari ini Jungkook absen dari sekolah karena kesehatannya yang kian memburuk.
Taehyung bersikap dingin tapi antisipasi dengan Jimin yang menurutnya akan mempermainkan Jungkook kapan saja.
Saat Taehyung pulang sekolah ia menyempatkan berdiri didepan apartmen Jungkook sekedar melihat apa Jungkook memang berada disana, tapi sama sekali tidak berniat melangkah masuk kedalam meskipun dalam hati kecilnya ia begitu gusar dengan keadaan Jungkook.
Dan benar saja Taehyung melihat Jungkook termenung diatas balkon dengan keadaan yang dinilainya sangat buruk, ia tahu Jungkook tidak bisa tidur dengan nyenyak dan kurang perhatian. Entahlah sesuatu menerobos dalam benaknya tidak ingin membiarkan Jungkook frustasi atau hal buruk lain. Firasat kuat mengintruksi Taehyung agar menjaga Jungkook dan hanya dirinya yang bisa melakukan itu.
ㅡ
Jungkook menatap punggung Taehyung didepannya setelah sudah lima hari tak dilihat, kakinya menapaki koridor sekolah menuju kelas. Ingin rasanya ia memeluk Taehyung dari belakang seakan punggungnya bagaikan obat penetralisir rasa sakit. Tapi ucapannya tempo hari membuatnya gelisah; saat mengumpat kata muak dan pergi seenaknya dari apartmen sebelum Taehyung mengizinkan.
Tapi satu hal yang sangat diingatnya kemarin malam ia bermimpi Taehyung mencium diam-diam telinganya, membuat pikiran aneh beserta firasat gila tentang Taehyung yang semakin membuyarkannya.
Kenapa mereka berdua bisa datang se-pagi ini?
Jungkook berjalan mendahului berniat melenyapkan besitan gila dalam benaknya, namun siapa sangka Taehyung menahan lengannya satu hentakan membuat Jungkook hampir saja terjatuh.
Jika saja koridor ini tidak dihuni mereka berdua habislah Jungkook oleh gadis pecandu Taehyung yang sangat menggilainya itu.
"Siapa yang menyuruhmu berada disini?!"
Suara husky Taehyung menggaung sampai menggema; menyapa pendengaran Jungkook yang masih dilanda masalah. Nyaris persis saat Taehyung melakukan ini di-apartmen.
Jungkook membalikan tubuhnya menghadap pemuda bersurai coklat ini, berusaha menegaskan wajahnya yang menyendu, tapi mata Taehyung selalu bisa melucuti kebohongan itu.
"Siapa yang menyuruhmu sekolah hah?"
Bahu Jungkook mengeras kala Taehyung mengguncangnya, belum lagi netra tajam Taehyung yang mengintimidasi. Jungkook menatapnya kosong, kedua kalinya pemuda bermata elang ini terlihat membentaknya. Jungkook memang belum pulih hari ini. Ia masih demam, beberapa daerah kulitnya juga dipenuhi lebam.
"Cepat pulang," Lirih Taehyung menenangkan Jungkook yang mulai berkaca, takut jika saja air mata Jungkook jatuh membasahi pipinya.
"Manusia sialan."
Jungkook menunduk dalam menahan lebih umpatan kasar yang segera melesat dalam mulutnya yang bergetar, entah mengapa perasaannya sangat kalut; mendorongnya untuk menangis, tidak perduli sekarang seberapa tetesan air mata yang ia keluarkan didepan Taehyung.
"Katakan yang ingin kau katakan, menangislah sepuasmu."
"Aku t-takut sekali."
Jungkook menjadi lemah, ia menubruk tubuh Taehyung lalu menangis tersedu disana, mengernyitkan wajahnya lebih dalam berusaha melampiaskan sakitnya dengan menangis.
Jungkook sama sekali tidak perduli dengan keadaannya yang dinilai bodoh, ia hanya perlu melawan rasa sakit yang menggerogoti tubuhnya.
Rengkuhan erat Taehyung menjamah tubuh Jungkook, pemuda bersurai coklat ini mengusap surai Jungkook dengan halus disertai kecupan kecil dikepalanya sebagai penenang, tangan kirinya meremas sela-sela punggung Jungkook yang tertutup backpack merasakan hangatnya suhu tubuh Jungkook yang bergetar dan menyengati tubuhnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/64038984-288-k115938.jpg)
YOU ARE READING
Brought - vkook
Fanfiction❝ i brought you now! ❞ Telapak tangan adalah jawaban dari kronologis kematian seseorang? © jeuns2 2016/02/28 - ? (on going)