Ada apa dengan urakan? Sampai hati menarik perhatian si wanita. Ya itu aku. Andai lihat sisi baiknya. Kamu bahkan tak akan menyangka. Aku melihatnya di hampir tiap kesempatan. Populer juga *batin ku
Bermodal jeans, kemeja kotak atau dengan jaket hoodie dan kets usang. Tak segan sampai-sampai. Hingga beralas kaki swallow. Topi ke belakang. Seakan tak lepas dari kesan khasnya. Seakan berkata, inilah gueKali ini aku mendekat [masih] diam diam memperhatikan. Dia selalu saja seperti itu. Membawa bawa gitar. Kemana pun dia berjalan. Ku dapati hanya gitar serta tas selempang mungil. Sesekali dalam pandangan ku, tak terbesit layaknya anak kuliah. Aku pun bertanya pada hati.. Sungguh aku menyukai. Menyukai ketidaksamaan yang membuat beda dari lainnya. 15 menit berbicara. Seperti dibisikkan bahasa. Kamu tahu? Aku tahu itu seni. Seorang dengan selera seni yang tinggi. Begitulah cara dia sampaikan fantasinya sendiri. Percikan daya tarik. Mampu tampil indah. Bukan, bukan urakannya seakan jadi kesan indah. Munafik memang. Kalo ternyata yang lebih rapi terlihat enak dipandang. Namun jauh dari penampilan. Ada isyarat tubuh berbicara. Kita belum tentu bisa sepertinya. Dia pun sebaliknya. Tak akan bisa sama seperti kita. Satu hal yang ku pahami maknanya.
Kalau masih ada orang yang ingin mengenal mu. Itu berarti aku. Jujur aku merasakan kelembutan. Halus tutur kata mu, ia lah pria disudut lorong. Berani tampil aneh. Meski cibiran sekitar ada. Hmm pasti kau pede. Mereka tidak tahu saja, kau punya karya luar biasa.
- tnf -
KAMU SEDANG MEMBACA
Canopus
PoetryCanopus? Sebab Ia tidak membenci dihadirkan di nomor dua. Ada di antara sepasang bintang lainnya. (dan aku) memilih tempat paling nyaman menikmati cerita, meski bukan milik sendiri saja