Sebuah universitas di Indonesia, lebih tepatnya Jakarta. Universitas yang kebanyakan mahasiswa maupun mahasiswinya adalah anak orang-orang kaya maupun berduit, tak jarang juga anak pengusaha, pejabat, maupun konglomerat.
Universitas ini memiliki mutu yang sangat bagus, hingga tak salah menjadi incaran banyak orang untuk bisa masuk disana. Persaingan yang ketat sangat terlihat di universitas ini. SEVIT UNIVERSITY. Yap, itu nama kampus yang sangat diminati banyak kalangan tinggi. Ada juga beberapa anak yang bisa masuk disana dengan beasiswa tapi tak heran jika anak itu akan sering mendapat ledekan ataupun menjadi korban bullying.
Ali Syarief. Nama itu adalah nama paling populer diarea kampus. Lelaki yang sangat tampan, memiliki tubuh atletis, bulu mata lentik, hidung mancung, alis tebal, ditambah bibir merah yang terlihat seksi. Dia juga mahasiswa paling pandai dikampusnya. Selalu mendapatkan peringkat pertama tanpa ada yang mampu menandinginya. Meskipun terkesan pendiam dan sangat menutup diri, ditambah sifat cueknya tapi lelaki ini mampu menjadi idola hampir semua gadis satu kampus.
Ali memiliki seorang sahabat perempuan yang juga berkuliah di kampus itu. Roseane Valerine. Gadis yang sering disapa Rose itu juga cantik, tak jarang banyak cewek yang iri karena melihatnya bisa dekat dengan Ali. Dia berasal dari keluarga sederhana dan bisa masuk ke kampus ini bukan karena beasiswa, otaknya juga pas-pas-an bahkan kadang dia mendapat peringkat sekitar seratus lima puluh kebawah. Hanya ibunya saja yang memaksanya untuk berkuliah di kampus elit ini. Gadis yang dari kecil menjadi teman bermain Ali itu tak pernah dianggapnya lebih dari seorang sahabat karena memang ia hanya memiliki rasa itu.
Terlepas dari itu, ada juga satu nama perempuan yang sangat populer di kampus. Prilly Latuconsina. Gadis yang sangat cantik, bertubuh mungil, memiliki hidung mancung, mata hazel, rambut panjang yang sedikit kecoklatan, serta memiliki kulit yang putih dan mulus. Perfect! Tapi dia tak dapat menyaingi Ali untuk menjadi peringkat pertama, dia hanya bisa mendapat peringkat kedua.
Persoalan itu terasa sangat menekannya saat ibunya menuntut bahwa disemester ini ia harus bisa menggantikan posisi Ali untuk menjadi peringkat pertama. Ini membuatnya sangat pusing dan terus berpikir.
Ibunya memang seperti tak tahu perasaannya, ia merasa tertekan, ingat tertekan! Bahkan tak jarang semalaman ia gunakan untuk belajar hingga terkadang kondisinya drop.~Different~
Dilapangan kampus Ali yang sedang bermain basket dengan beberapa mahasiswa lainnya terlihat begitu bersemangat, tapi disini Ali tak pernah mau bersentuhan dengan anggota timnya saat bermain bahkan jika sedang bertanding Ali akan mati-matian menghindar dari lawan yang mendekatinya dan akan bersentuhan dengannya, tetapi itu tak membuatnya terlihat lemah, justru dari situ Ali bisa mencetak score dengan baik.
Rose yang memperhatikannya dari pinggir lapangan terus menyemangati Ali hingga permainan itu selesai, Ali menghampiri gadis itu dan mengambil tasnya yang daritadi ada disebelah Rose lalu mulai mengelap keringatnya dengan handuk kecil yang ia keluarkan dari dalam tasnya.
Selesai. Ia mengambil sebuah susu stroberi dan menyodorkannya didepan Rose, gadis itu tersenyum senang menerima botol kecil itu, tanpa menyentuh tangan Ali sedikitpun.
"Thanks." Langsung saja dibuka dan diminum susu itu. Ali juga melakukan hal yang sama.
Sekarang mereka sama-sama terduduk dipinggir lapangan sambil menikmati susu stroberi kesukaan gadis cantik itu.
"Lo masih gini aja? kapan bisa lupain kejadian itu?" tanya Rose pada Ali yang hanya memandangi langit-langit lapangan (lapangannya tertutup) dengan senyum yang terukir dibibirnya lalu memalingkan wajahnya ke arah Rose. "Entahlah," jawabnya sangat singkat.
"Apa masuk akal kalo cowok cacat fisik main basket?" tanya Rose lagi dengan ekspresi yang agak kesal.
"Kelihatannya." Dengan santainya Ali menjawab sambil tersenyum simpul.
"Lo bener-bener suka basket?" lagi dan lagi Rose bertanya.
"Iyalah, gue suka! Banyak nanya lo."
Rose hanya berdecak sebal melihat kelakuan sahabatnya yang satu ini. Rose mulai melangkah mengambil bola basket yang terletak disekitarnya lalu melempar ke arah ring. Gagal! selalu saja begitu. Ali tertawa melihat wajah Rose yang tampak cemberut.
"Li, ajarin dong! masa gue gak bisa-bisa cuma masukin bola ginian doang ke ring basket." Ali bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah Rose.
"Lihat." Ali memfokuskan pandangannya pada ring dan saat ia melempar bola basket itu tepat masuk ke ringnya.
Rose coba melempar bola itu lagi, dia memfokuskan pandangannya. Saat dilempar tetap saja sama. Gak masuk. Rose menyerah untuk sekedar memasukkan satu bola basket itu ke dalam ringnya.
"Gak bisa. Gue balik aja deh." Rose mengambil tasnya yang ada dipinggir lapangan. "Bye!" ia berlari sambil melambaikan tangannya ke arah Ali. Cowok itu hanya bisa menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.
~Different~
Malam ini semua mahasiswa maupun mahasiswi sudah berada didalam kamarnya masing-masing. Universitas ini memang menyediakan asrama bagi semua yang berkuliah disana dan tinggal di asrama hukumnya wajib! mereka hanya boleh pulang ke rumah ketika liburan semester atau mendapatkan masalah lalu diskors. Asrama ini juga mendidik untuk hidup mandiri dan disiplin, mengingat peraturan yang ada begitu ketat. Jam 9 malam harus sudah berada di kamar bahkan terkadanga ada yang berkeliling mengecek setiap kamar. Apakah anaknya lengkap? Sangat teratur dan disiplin bukan?
Rose terlihat sedang melakukan salah satu gerakan dance dengan dua temannya didalam kamar, alunan musik dengan volume yang lumayan keras itu menggema. Prilly yang sedang belajarpun konsentrasinya sedikit terganggu. Ya, memang Rose dan Prilly satu kamar di asrama ini ditambah dua mahasiswi lainnya.
"Ros, tolong jangan berisik dong. Gue gak fokus nih." Prilly menolehkan kepalanya ke arah Rose dan meletakkan buku yang daritadi ia baca ke atas meja.
"Sorry, lo juga kenapa sih belajar terus-terusan kaya gak ada berhentinya gitu sekali-kali santai dikit kan bisa," ucap Rose tetap tenang.
"Ya udah gue keluar aja." Prilly langsung mengambil beberapa buku dan satu pack tissue. Dua teman lainnya hanya memandang Rose dan Prilly bingung.
"Prill?" Rose memanggil tapi tak dihiraukan.
Rose melanjutkan saja aksi dancenya, ini memang hobinya. Jika dibidang akademik ia tak mampu berprestasi apa salahnya ia mencoba memiliki prestasi lewat bidang lain.
~Different~
Prilly mengunci pintu utama kamar mandi dan mendudukan dirinya dilantai dekat washtafel lalu menyandarkan tubuhnya ditembok. Membuka buku yang dibawanya tadi. Prilly membaca setiap tulisan dibuku itu dengan sangat teliti dan serius.
Saat masih serius dengan halaman dibuku tiba-tiba saja terasa ada sesuatu yang mengalir keluar dari hidungnya. Darah! Prilly langsung menyekanya dengan tissue yang sempat ia bawa tadi, mendongakan kepalanya agar darah itu segera terhenti.
"Hhh." Prilly menghembuskan napasnya kasar.
Hal seperti ini sudah sering dialami oleh gadis cantik ini. Terlalu sering belajar adalah salah satu penyebabnya, jika dia sudah serius belajar memang kadang sampai lupa waktu.
Dengan satu tangan yang memegangi tissue untuk menghambat darah yang keluar dari hidungnya, Prilly tetap melanjutkan belajarnya dengan serius.
Tak memperdulikan waktu yang terus berjalan ia tetap asyik membolak balikan lembaran buku yang dibacanya.
~Different~
Cerita baru yang masih sangat amat haus akan kritik dan saran! Yang mau kasih krisar comment ae dah :"v
Part awal garing banget ya? Gak greget hehehee
Tinggalin jejak yak!!FYI; Ini terinspirasi sama salah satu Kdrama dan ada beberapa adegannya yang gue ambil terus nanti di tambahin juga.
--Saturday, 23 July 2016--
KAMU SEDANG MEMBACA
Different
Fanfiction"I'm different!" "You are different, but you're special." Perbedaan yang kita miliki mungkin menjadi salah satu cara tuhan menyatukan kita. Penasaran? baca aja. Jangan lupa tinggalkan jejak❤ Note : Terinspirasi dari salah satu Kdrama ... [I think, s...