"Ah. Beneran," kata Rose dengan nada kaget sambil menarik jaket yang di pakai Ali.
"Yoi." Ali menjawabnya dengan santai dan terus berjalan.
"Gue gak yakin Prilly bisa sebaik itu." Rose menghadap Ali sambil terus berjalan dengan pelan.
"Udahlah."
Rose masih memikirkan ada maksud apa di balik semua kebaikan Prilly yang tadi di ceritakan oleh Ali. Cewek itu tiba-tiba merasa khawatir dengan sahabatnya.
Mereka berdua kembali berjalan beriringan menuju kelas masing-masing yang jaraknya memang tak berbeda jauh.
Ali diam mematung dengan ekspresi kagetnya saat mendengar suara pecahan kaca dari atas bangunan kampus dan serpihannya mengarah ke Rose.
Kaki Rose pun rasanya lemas saat melihat pecahan kaca itu jatuh berterbangan dan akan jatuh mengarah ke dirinya.
Ali hanya menatap nanar kaca-kaca yang akan membuat sahabatnya terluka, Ali merasa tidak berguna sekarang. Ali gak bisa melindungi Dinda karena kelemahan fisiknya.
Ali merasa seperti orang yang cacat! Iya Ali cacat.
Tanpa di duga ada seorang lelaki yang melindungi Rose, memeluk cewek itu dan membiarkan punggung tegapnya yang terluka karena terkena kaca-kaca itu.
"June," pekik Rose saat merasa pelukan cowok itu sudah mulai renggang.
Rose meraba punggung June dan mendapati darah yang menempel di tangannya. June terluka!
"Bawa ke rumah sakit Ros," ucap Ali lirih dengan tatapan menyesalnya.
Menyesal karena orang lain bisa melindungi sahabatnya sedangkan dia sendiri malah tak berbuat apa-apa.
"Tolong izinin gue sama June Li," pinta Rose sebelum melangkah pergi.
Rose memapah June ke luar gedung kampus dan memberhentikan taksi.
~Different~
Saat dosen di jam pelajarannya tak ada Ali memilih kembali ke asrama dan berdiam diri di kamar. Teman-teman sekamarnya belum ada yang kembali, mungkin masih ada jam pelajaran.
Ali duduk di bawah, samping tempat tidurnya dengan badan yang gemetar. Dia menyandarkan punggungnya di tembok dan menekuk kedua lututnya.
Ali menggapai handphonenya yang tadi sempat dia lemparkan di atas tempat tidur.
"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar service area." Suara mbak-mbak operator yang terdengar memenuhi indra pendengaran Ali.
Cowok itu memandang kontak Rose sebentar dan mencoba menghubunginya lagi. Namun lagi-lagi suara operator itu yang membalas panggilan teleponnya.
Ali menarik napas dalam dan menghembuskannya kasar.
Aneh memang. Tapi ini yang Ali lakukan sekarang, Ali sedang takut. Ali teringat kejadian beberapa tahun yang lalu, kejadian sepele tapi bisa membuat sahabatnya koma.
"Gue gak berguna." Ali menjambak rambutnya sendiri dengan kasar. "Kapan kelemahan ini bisa ilang?" lanjutnya bertanya pada diri sendiri.
~Different~
"Shh," rintih June saat luka-luka di punggungnya di obati oleh dokter. Beberapa pecahan kaca kecil itu terlihat menancap di punggungnya.
"Tahan dek," kata dokter yang sedang mengobati luka June.
Rose yang melihat itu hanya menggigit bibir bawahnya cemas. June menghembuskan napasnya kasar saat luka-luka punggungnya sudah di tutup dengan plester.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different
Fanfiction"I'm different!" "You are different, but you're special." Perbedaan yang kita miliki mungkin menjadi salah satu cara tuhan menyatukan kita. Penasaran? baca aja. Jangan lupa tinggalkan jejak❤ Note : Terinspirasi dari salah satu Kdrama ... [I think, s...