I have a sad soul behind my smile.
Kata-kata ini terasa sangat pas dengan keadaan Prilly sekarang. Cewek itu terlihat begitu tegar, tapi ingatlah sebuah batu yang keras saja bisa terkikis apalagi seseorang.
Sosok yang tangguh juga bisa rapuh jika dia tidak kuat menahan beban yang menimpanya.
Fisik bisa menunjukkan senyumnya saat sedang sakit, tapi jiwa akan selalu jujur.
"Ngelamun aja lo." Prilly kaget saat seruan Ali terdengar di telinganya.
"Allahuakbar Ali."
"Kaget lo? Ya maaf deh," ucapnya sambil menyengir tanpa dosa.
Prilly memilih menggerakkan jarinya di atas keyboard laptop saja daripada mendengarkan celotehan cowok di sampingnya. Seolah tugas bahasa Inggris itu lebih menyenangkan ketimbang Ali.
Ali diam memainkan gadgetnya membaca sesuatu. Tak lama cowok itu berdiri.
"Gue pergi dulu ya!" ucapnya menatap Prilly yang masih sibuk dengan laptopnya.
"Gak jelas," gumam Prilly melihat Ali berjalan keluar dari area belajar.
Serius dengan tugasnya, tiba-tiba laptop Prilly mati. Dia panik karena data yang belum sempat tersimpan itu bisa saja hilang, dan dia mengerjakan dari awal lagi sedangkan besok sudah harus dikumpulkan pada dosennya. Apalagi ini juga hasil pemikiran kelompok, bukan pemikirannya sendiri. Pasti butuh waktu lebih untuk menyelesaikannya sendiri.
Beberapa kali tombol power itu dipencetnya namun hasilnya nihil. Tetap mati. Dia coba charge mungkin saja baterainya habis, pikirnya tapi tetap sama saja tidak menyala. Prilly kalut seketika. Satu nilai tugas kosong sama saja dia membuat peringkatnya turun karena mendapatkan point, lalu apa yang akan Ibunya lakukan padanya.
Prilly bangkit dari duduknya dan memeluk laptopnya. Melangkahkan kakinya masuk ke dalam asrama.
"Mampus lo Pril. Gue harus ngapain ya?" tanyanya pada diri sendiri saat sedang berjalan.
"Kenapa lo Prill? Kok kaya gelisah gitu sih," ujar Rose padanya.
"Gak papa kok," balas Prilly.
Tapi ya seperti biasa, kata 'gak papa' yang keluar dari mulut cewek pasti mengandung makna 'ada apa-apa'.
Rose ber-oh ria lalu mulai menarik selimut menutupi sebagian tubuhnya dan memejamkan mata, mengingat sekarang sudah pukul sebelas malam.
×××
Pagi ini mata kuliah bahasa Inggris akan segera dimulai tetapi para mahasiswa maupun mahasiswi masih bingung dengan laptop yang tiba-tiba mati semua.
Setiap anggota kelompok bingung memikirkan cara bagaimana menghidupkannya dalam waktu singkat.
Banyak juga yang mengeluarkan umpatan ataupun sumpah serapahnya saking kesalnya."Prill ini tugas kita gimana nasibnya?" panik Oliv, salah satu anggota kelompoknya.
"Kalem dulu Liv, kan sekelas laptopnya pada mati, kali aja Miss Vanya mau ngasih tambahan waktu buat benerin ini," sahut Yeri pada teman sekelompoknya itu.
"Lo kaya gak tau Miss Vanya aja sih Yer, dia kan killer, gak mau dibantah. Mana mau dia ngasih tambahan waktu," kata Oliv ngeyel.
Prilly hanya diam saja tidak ikut berdebat dengan kedua anggota kelompoknya itu. Dia juga masih mengotak-atik laptopnya berharap bisa menyala lagi.
"Miss Vanya guys. Mampus kita!" cetus salah satu mahasiswa sambil kembali ke bangkunya.
Anak-anak yang tadi sempat bergerumbul lantas membubarkan diri dengan ekspresi tegangnya, hanya Ali salah satu mahasiswa di kelas itu dengan tampang paling santainya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different
Fanfiction"I'm different!" "You are different, but you're special." Perbedaan yang kita miliki mungkin menjadi salah satu cara tuhan menyatukan kita. Penasaran? baca aja. Jangan lupa tinggalkan jejak❤ Note : Terinspirasi dari salah satu Kdrama ... [I think, s...